Uang yang dialokasikan untuk investasi dan tidak terpakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ataupun kebutuhan darurat.
Trader dan investor wajib menggunakan uang dingin sebagai modal trading dan investasi, untuk menghindari beban psikologis saat bertransaksi. Pada gilirannya nanti, antisipasi ini bisa menjadi faktor penting yang menentukan kesuksesan trading maupun investasi.
Apa yang mempengaruhi nilai tukar mata uang forex?
@ Thohir:
Devaluasi nilai tukar mata uang adalah tindakan penyesuaian nilai tuykar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain oleh bank sentral suatu negara yang menganut sistem kurs tetap. Biasanya adalah berupa pelemahan nilai tukar jika bank sentral menilai bahwa harga mata uangnya terlalu tinggi dibandingkan nilai mata uang negara lain, yang mana nilai mata uang tersebut tidak didukung oleh kekuatan ekonomi negera yang bersangkutan.
Mata uang suatu negara dikatakan mengalami kelebihan nilai dapat dilihat dari perbedaan inflasi kedua negara. Negara yang inflasinya tinggi seharusnya akan segera mengalami penurunan nilai namun dalam sistem nilai tukar tetap proses penyesuaian tersebut tidak berlaku secara otomatis karena penyesuaian nilai tukar tersebut harus melalui penetapan bank setral dari pemerintah egara tsb. Tanda-tanda suatu mata uang yang mengalami kenaikan nilai antara lain ekspor yang terus menurun dan industri manufaktur mulai mengalami penurunan kinerja.
Ada banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang. Berikut ini beberapa diantaranya:
Inflasi menunjukkan daya beli uang. Semakin tinggi inflasi, penurunan daya beli uang semakin cepat.
Secara historis, negara-negara dengan inflasi rendah biasanya punya nilai tukar mata uang lebih kuat daripada negara dengan inflasi lebih tinggi. Misalnya Jepang dan Zona Euro dibandingkan dengan Indonesia.
Namun, di pasar forex, berita tentang data inflasi yang lebih tinggi justru bisa mendorong penguatan nilai tukar mata uang. Kenapa begitu? Karena kenaikan inflasi mungkin akan mendorong bank sentral untuk menaikkan suku bunga.
Suku bunga bank sentral menjadi acuan bagi bunga deposito, bunga obligasi, dll dalam mata uang yang sama. Investor menyukai bunga yang lebih tinggi karena mereka bisa lebih untung. Sehingga nilai tukar mata uang biasanya menguat jika bank sentral mengumumkan kenaikan suku bunga.
Pemerintah sebenarnya sah-sah saja kalau mau berutang. Tapi kalau utang luar negeri terlalu besar, investor akan semakin enggan menanamkan modal ke negeri itu, sehingga nilai tukar mata uang semakin lemah. Utang yang "terlalu besar" ini bukan dilihat dari nominalnya, melainkan dibandingkan dengan berbagai faktor seperti rasio utang/GDP (debt-to-GDP ratio), neraca transaksi berjalan, pertumbuhan ekonomi, dll.
Neraca perdagangan terdiri atas ekspor dan impor. Negara yang impor terlalu banyak, maka nilai tukarnya cenderung lebih lemah daripada negara eksportir.
Kenapa begitu? Karena arus uang lebih banyak keluar untuk bayar impor, sehingga permintaan atas mata uang asing (valas) lebih besar. Sedangkan arus uang masuk dari ekspor itu minim, sehingga permintaan atas mata uang sendiri itu malah lebih sedikit.
Neraca transaksi berjalan juga mengukur keseimbangan arus uang masuk dan keluar dari suatu negara. Negara-negara yang neraca transaksi berjalannya surplus, nilai tukar mata uang biasanya lebih kuat.
Jelas sekali, negara yang perpolitikan dan keamanan lebih baik maka akan lebih dipercaya oleh investor. Jika investor percaya dan mau menanamkan modal, maka arus dana asing masuk dan meningkatkan permintaan atas mata uang lokal, sehingga nilai tukarnya menguat.
Kondisi ekonomi makro di sini mengacu pada kesehatan perekonomian dalam beragam aspeknya, seperti tingkat pengangguran, penjualan ritel, aktivitas industri, dll. Umpamanya, sebuah negara yang punya tingkat pengangguran rendah berarti warganya punya banyak uang untuk dibelanjakan. Dengan belanja masyarakat lebih tinggi, roda-roda ekonomi akan lebih lancar dan mendorong pertumbuhan nasional.
Ada negara-negara yang suka mencampuri nilai tukar mata uang, mungkin karena lebih menyukai kurs lebih rendah atau lebih tinggi dari sekarang. Intervensi itu biasanya dilakukan dengan menjual atau membeli cadangan devisa.
Umpamanya, negara A ingin memperkuat nilai tukarnya, maka negara A harus menjual cadangan devisa berbentuk valas untuk membeli mata uangnya sendiri. Peningkatan permintaan atas mata uang lokal ini akan meningkatkan nilai tukar.
Di era trading forex yang sudah mengglobal, sentimen spekulan bisa memengaruhi mata uang. Satu atau dua spekulan saja memang tidak bisa menggerakkan nilai tukar, tapi nilai tukar tetap bisa terpengaruh jika terjadi perubahan serentak pada mayoritas dana investor di pasaran. Contohnya aksi George Soros dan para spekulan internasional lainnya membobol pound Inggris (1992) dan baht Thailand (1998).
Bisa juga terjadi situasi yang di luar dugaan seperti Franc Swiss pada Januari 2015. Bank sentral Swiss pada saat itu mendadak menghapus acuan nilai tukar franc terhadap euro, sehingga para trader yang kaget langsung beraksi secara spontan untuk menutup semua posisi trading mereka. Akibatnya, franc menguat pesat lalu anjlok dalam tempo yang sangat singkat.
Wawww panjang sekali jawabannya....saya tertarik ke yang terakhir yaitu spekulasi pasar. Nah untuk tahu spekulasi pasar apa saja yang harus dipelajari kak?
Belajar trading forex dulu, ketahui cara membaca candlestick serta cara membaca supply-demand atau arus jual-beli di pasar. Banyak-banyak baca berita seputar mata uang. Kemudian, ada baiknya juga nimbrung di forum trader.
Bagaimana bahasa mudahnya memahami seputar devaluasi mata uang?
Halo pak, apa ya kaitannya pemilu AS dengan pergerakan mata uang USD? Saya masih kurang "Ngeh" dengan hubungannya itu. Memang bagaimana pemilu bisa memberikan imbas ke Uang? Mengapa pemilu AS bisa bikin mata uang USD melemah atau justru menguat? Terima kasih.
@ Jonathan:
Hasil pilpres dan pemilihan legislatif di AS tahun ini akan berdampak pada kebijakan fiskal pemerintah federal, terutama besarnya stimulus untuk membantu mengatasi dampak ekonomi akibat COVID-19. Menurut analis, jika Biden menang dan Partai Demokrat menguasai mayoritas Senat, maka kemungkinan akan ada stimulus besar-besaran dan kenaikan pajak, yang bisa berdampak pada pelemahan USD.
Tetapi jika Biden menang tetapi Partai Republik masih menguasai Senat, maka kemungkinan akan ada veto proposal stimulus yang diajukan Biden, dan bisa menimbulkan risk aversion yang akan menyebabkan USD menguat.
Jika Trump yang menang dan Partai Republik masih menguasai Senat, maka kemungkinan besar pasar saham akan bullish dan USD akan menguat.
Apakah dampaknya akan terjadi terus menerus untuk kedepannya? Dan apakah ketika ada momen besar seperti ini merupakan waktu terbaik untuk masuk pasar? Mohon penjelasannya pak.
@ Irwan Sudjarwadi:
- Mengenai dampak hasil pemilu (pilpres dan pileg) terhadap USD, tentunya tidak berlangsung terus menerus. Setelah selesai pemilu dan berganti pemerintahan, ceritanya akan lain lagi, tergantung nanti bagaimana kebijakan ekonomi pemerintah yang baru.
- Mengenai saat untuk masuk pasar, tidak hanya pada saat momen pemilu atau saat ada berita yang berdampak tinggi. Setiap ada sinyal kita bisa masuk pasar. Sinyal trading bisa diamati dari price action yang dikonfirmasi oleh indikator teknikal.
Mata uang kripto bisa digunakan untuk apa saja?
@Siti Musyarofah:
Selamat malam bu, seperti namanya mata uang kripto umumnya digunakan sebagai alat tukar-menukar layaknya Rupiah ataupun USD. Perbedaan mendasarnya ada pada tidak adanya regulasi pada mata uang kripto ini jika dibandingkan dengan mata uang fiat. Selain itu mata uang kripto juga mengunggulkan transparansinya akan semua perpindahan mata uang dari satu pihak ke pihak lain. Kelemahannya tentu saja karena sifatnya yang tidak teregulasi dan tidak ada backing sehingga menjadikannya tampak seperti tidak memiliki nilai.
Pada perkembangannya sendiri mata uang kripto memiliki banyak fungsi dan dimanfaatkan dalam berbagai macam hal saat ini. Di antaranya adalah:
1. Investasi jangka pendek, menengah atau panjang
Sama seperti mata uang fiat, nilai mata uang kripto juga bisa naik dan turun sesuai dengan valuasinya saat itu. Bedanya valuasi ini tidak ditentukan oleh faktor-faktor fundamental yang sama dengan mata uang fiat. Hal ini menjadikannya sebagai ladang baru bagi investor untuk mengembangkan kekayaan yang dimiliki dengan menjadikan mata uang kripto sebagai asetnya. Beberapa faktor penggerak harga kripto bisa ibu baca pada artikel kami berikut.
2. Penggalangan dana untuk proyek ataupun startup
Mata uang kripto ini juga sekarang aktif dikembangkan sebagai salah satu sistem pendanaan proyek ataupun startup-startup baru. Alasan umumnya tentu saja karena transparansi yang diberikan oleh kripto menjadi fokus utama investor. Selain itu, karena nilainya sendiri bisa meningkat, kesuksesan Startup ataupun proyek sendiri itu dapat menambah value atau nilai dari mata uang kripto yang digunakan sebagai bentuk pendanaan.
3. Support atau mendekatkan diri dengan artis atau public figure
ini salah satu fungsi yang sedang tren beberapa tahun belakangan ini. Banyak artis ataupun Public Figure yang menciptakan mata uang kripto mereka sendiri. Pembelian mata uang ini biasanya dihubungkan sebagai langkah untuk men-support artis tersebut. Selain itu biasanya ada Reward-reward tertentu
Selain beberapa hal di atas, masih banyak fungsi-fungsi lain dari mata uang kripto yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu. Semoga jawaban di atas bisa cukup mewakilkan.
Terima kasih atas pertanyaannya.
apakah ada dampak negatif dari mining kripto?
@Adam Zulfa:
Dampak negatif utama yang dirasakan saat ini utamanya ada pada borosnya sumberdaya energi listrik yang digunakan. Untuk menambang 1 Bitcoin saat ini biasanya membutuhkan energi listrik di kisaran 86,000-286,000 kWh bergantung dari Rig yang digunakan. Untuk Mining Pool bahkan bisa menghabiskan kisaran 128 GWh per hari untuk menambang 900 Bitcoin. Tapi perlu diingat, tidak semua mining kripto menghabiskan daya yang begitu besar seperti ini. Untuk Alt-Coin yang masih sepi biasana konsumsi listrik yang digunakan jauh lebih kecil.
BANK | 12 bulan | 12 bulan | |
Rupiah | USD | ||
MANDIRI | 2.25% | 0.300% | |
OCBC NISP | 2.90% | 0.250% | |
TABUNGAN NEGARA | 2.75% | 0.200% | |
CENTRAL ASIA | 1.90% | 0.090% | |
NEGARA INDONESIA | 2.25% | 0.200% | |
CIMB NIAGA | 2.50% | 0.350% | |
DANAMON INDONESIA | 3.15% | 0.250% | |
MEGA | 3.00% | 0.250% | |
STANDARD CHARTERED BANK | 3.00% | 0.100% | |
PANIN | 2.85% | 0.250% | |
Lihat Bank Lain |
BANK | Korporasi | Ritel | KPR |
Central Asia | 9.75% | 9.90% | - |
Cimb Niaga | 9.40% | 10.10% | 9.55% |
Danamon Indonesia | 10.00% | 10.50% | 17.00% |
Mandiri | 9.95% | 9.90% | 10.20% |
Mega | 11.50% | 11.50% | 11.50% |
Negara Indonesia | 9.95% | 9.95% | - |
Ocbc Nisp | 10.50% | 11.50% | 10.20% |
Panin Indonesia | 10.25% | 10.35% | 10.35% |
Rakyat Indonesia | 9.95% | 9.90% | 9.90% |
Rakyat Indonesia Agroniaga | 11.05% | 12.05% | 12.05% |
Lihat Bank Lain |