Nilai mata uang suatu negara tidak bisa dijadikan sebagai patokan ekonomi negara tersebut. Memang biasanya mata uang menguat mengindikasikan perekonomian negara tersebut sedang tumbuh. Ingat, mengindikasikan bukan pasti. Oleh karena itu kita perlu melihat situasi dan kondisi negara tersebut juga.
Kebijakan tingkat suku bunga dilakukan untuk menahan/mengimbangi tingkat inflasi di suatu negara. Apabila tingkat suku bunga naik, maka nilai mata uang negara tersebut juga naik. Perlu dicatat, apabila tingkat suku bunga naik terlalu tinggi, maka ekonomi akan terkontraksi.
Bagi investor, tingkat suku bunga tinggi sangat menguntungkan tetapi tidak untuk pebisnis. Ingat, suku bunga tinggi tidak hanya berlaku untuk kreditur tetapi debitur. Sehingga perputaran roda ekonomi pastinya akan terganggu, konsumen akan mengurangi konsumsi mereka, yang memiliki utang bunga akan membayar utang lebih, dan dunia usaha akan melambat karena hal itu, efisensi biaya dilakukan oleh perusahaan salah satunya PHK. Di sisi lain dengan berkurangnya konsumsi maka barang dan jasa diharapkan menurunkan harga jual mereka sehingga inflasi tidak terjadi terus menerus.
Secara simple, apabila kondisi ekonomi dalam 2 kuartal berturut turut dalam keadaan minus maka negara tersebut mengalami resesi. Dan Amerika mengalami hal itu, yang membedakan dengan negara lain adalah USD diminati saat terjadi krisis seperti hari ini karena USD termasuk safe haven yang mengakibatkan permintaan dollar naik.
Pada prinsipnya apabila permintaan banyak maka harga yang ditawarkan juga akan naik. Hal itulah yang menyebabkan dollar semakin naik, meskipun ekonomi Amerika lagi tidak bagus.