Apakah benar Bitcoin dan emas memiliki hubungan? Bagaimana pula keterkaitannya dengan saham? Yuk pelajari korelasi harga Bitcoin dengan aset lain di artikel ini.
Bagi trader Bitcoin pemula, meningkatkan pengetahuan tentang Cryptocurrency adalah hal penting. Harga Bitcoin yang cenderung mudah berubah-ubah membuat banyak trader harus mempertimbangkan strategi trading sebaik mungkin agar bisa meminimalisir loss saat trading.
Selain mempelajari strategi trading, penting bagi trader pemula untuk mengetahui korelasi harga Bitcoin dengan aset lainnya.
Melalui pengetahuan ini, Anda tidak hanya bisa mendapatkan analisa harga Bitcoin yang lebih terukur, tetapi juga bisa membangun portofolio Cryptocurrency serta dapat mengelola risiko trading dengan baik.
DI
|
Daftar Isi |
Apa Pentingnya Belajar Korelasi Harga Bitcoin?
Tak ada ruginya mempelajari korelasi harga Bitcoin dengan aset lain. Perlu diingat bahwa Bitcoin dan Cryptocurrency lainnya merupakan aset baru dalam dunia trading. Ini berarti para investor belum memiliki catatan yang jelas terhadap kondisi pasar digital di masa lalu.
Apalagi jika mengingat kondisi Bitcoin yang mudah naik turun. Misalnya saja saat nilai Bitcoin mendadak naik tinggi di awal tahun 2021.
Karena kondisi ini, penting bagi trader Bitcoin pemula untuk 'menabung' aset lainnya. Sebab, hal ini bisa membantu Anda mengurangi risiko loss saat trading Bitcoin.
Menggabungkan aset-aset yang tepat bisa menambah risk adjusted returns Anda.
Apa Itu Korelasi Harga Bitcoin?
Secara singkat, korelasi harga Bitcoin adalah tentang bagaimana hubungan antara harga Bitcoin dengan pergerakan aset lainnya. Korelasi harga dikatakan posiif apabila Bitcoin dengan aset lain bergerak bersamaan. Namun, jika kedua aset bergerak berlawanan arah, maka korelasinya disebut negatif.
Penting bagi trader Bitcoin pemula untuk menggabungkan aset yang nilainya tidak memiliki korelasi positif. Maksudnya, jika salah satu aset nilainya jatuh, maka aset yang lain harganya harus cenderung naik.
Tujuannya adalah untuk mengurangi kemungkinan loss yang besar jika terjadi penurunan nilai aset.
Idealnya, seorang trader memiliki portofolio yang terdiri dari 5 aset berbeda. Masing-masing aset menempatii 20% dari keseluruhan portofolio.
Jika 10% dari aset tersebut nilainya anjlok, maka nilai aset yang lain seharusnya naik sehingga membuat keseluruhan nilai portofolio sama dengan nilai awal.
Baca juga: 5 Tips Diversifikasi Portofolio Investasi
Strategi seperti itu mungkin terdengar mudah, namun terkadang kenyataan tak seindah itu. Dalam beberapa situasi, kondisi aset bisa berubah drastis. Pada saat krisis finansial misalnya, banyak aset yang mendadak jatuh nilainya.
Kondisi seperti ini cenderung memicu banyak investor melakukan panic-selling. Sebaliknya, ketika harga saham naik, banyak orang yang ingin membeli.
Secara garis besar, ada dua aset yang disebut memiliki korelasi dengan Bitcoin. Apakah benar kedua aset ini bisa menjadi acuan untuk strategi trading Bitcoin? Atau itu hanya mitos belaka? Berikut ini ulasannya.
Bitcoin vs Emas
Bitcoin dan emas merupakan dua aset yang kerap dibandingkan. Bahkan, Steve Wozniak dari Apple Inc menyebut Bitcoin sebagai emas digital.
Beberapa analis bahkan menyebut Bitcoin sebagai safe haven, istilah yang juga sering digunakan untuk emas. Namun apakah keduanya memang memiliki korelasi yang signifikan?
Banyak eksekutif keuangan percaya bahwa Bitcoin dan emas memiliki korelasi harga yang menarik. Misalnya saja pada tahun 2017 lalu, Bitcoin mengalami lonjakan harga yang sangat tinggi. Pada saat yang hampir bersamaan, nilai emas justru merosot tajam.
Kunjungi juga: Harga emas hari ini
Bitcoin dan emas kembali dihubungkan pada Januari 2017, ketika Bitcoin mengalami penurunan.
Menurut Daniel Marburger, Direktur Perusahaan Logam Mulia Coininvest, kantornya banyak mendapat permintaan pertukaran Bitcoin ke emas pada 2018.
Kondisi ini membuat banyak orang berpikir bahwa memang ada korelasi antara Bitcoin dan emas. Namun, hal itu belum tentu benar.
Beberapa analis gagal dalam memprediksi hubungan antara emas dan Bitcoin. Menurut Chris Louney seorang ahli strategi komoditas di RBC Capital Markets, cukup sulit untuk memastikan hubungan antara Bitcoin dengan emas. Menjelang akhir tahun 2016, ia justru menyebutkan bahwa hubungan Bitcoin dan emas menunjukan korelasi yang cenderung negatif.
Louney juga menambahkan bahwa ketika harga Bitcoin mencapai puncaknya, saat itulah ia melihat korelasi negatif terhadap emas.
Baca juga: Mengupas Korelasi Harga Emas Dan Dolar AS
Chris Burniske, seorang analis, juga gagal melihat korelasi signifikan antara Bitcoin dan emas.
Korelasi harga antar keduanya mencapai 0.14 pada akhir 2011 dan 10 Juni 2014. Namun pada 27 Juni dan 24 Juni 2016, korelasi keduanya menjadi negatif dengan rata-rata -0.20.
Idealnya, nilai korelasi positif adalah 1 dan nilai korelasi negatif adalah -1. Syarat ini tidak dipenuhi oleh hubungan antara Bitcoin dan emas.
Hal ini mungkin cukup membingungkan untuk trader Bitcoin pemula. Secara singkat, ini berarti korelasi harga Bitcoin dan emas kurang signifikan untuk dijadikan acuan.
Bitcoin vs Saham
Banyak yang mengira bahwa Bitcoin dan saham memiliki korelasi dan bisa dijadikan acuan dalam trading.
Pada kenyataannya, Bitcoin dan saham pernah memiliki korelasi harga yang positif. Contohnya tahun 2017 ketika keduanya naik bersamaan. Lalu pada awal tahun 2018, keduanya mengalami penurunan yang sama. Hal ini seolah mendukung korelasi dua aset ini.
Kendati Bitcoin dan saham terlihat berkorelasi, namun pergerakannya bisa dibilang cukup kecil menurut standard manajemen portofolio. Contohnya, pada tahun 2017, analis Nick Colas mengatakan bahwa korelasi harga Bitcoin dengan S&P 500 berkisar di atas 0.33 selama 90 hari. Ini adalah nilai tertinggi sejak ia mulai mengamati hubungan keduanya pada Januari 2016.
Tapi seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, nilai tersebut terlalu rendah untuk dianggap sebagai korelasi yang signifikan.
Selain itu, hubungan antara Bitcoin dan saham tak selalu sama.
Menurut Tom Lee, korelasi yang terjadi antara Bitcoin dan saham di awal 2018 bisa saja merupakan efek risk-off yang terjadi saat para investor khawatir dan mulai menjual aset.
Secara singkat, hubungan keduanya benar-benar sangat terbatas; menandakan bahwa hubungan antara Bitcoin dan saham kurang cocok dijadikan acuan untuk melihat korelasi harga.
Bagaimana Dengan Altcoin?
Selain emas dan saham, banyak juga yang menerka-nerka korelasi harga Bitcoin dengan Altcoin. Secara singkat, Altcoin adalah kependekan dari Alternative Bitcoin, atau merupakan sebutan untuk jenis Cryptocurrency yang lainnya.
Lalu bagaimana korelasi harga Bitcoin dengan Altcoins?
Secara umum, pergerakan harga Bitcoin berpengaruh terhadap harga Altcoin. Bahkan tak jarang hubungan kedua Cryptocurrency ini dapat diprediksi.
Kunjungi juga: Koin Kripto Terbaik
Namun karena kondisi Bitcoin yang mudah berubah-ubah, perlu diingat bahwa hal ini belum tentu bisa dijadikan acuan tetap. Ada beberapa hal yang bisa terjadi akibat korelasi harga Bitcoin dengan Altcoin.
Misalnya, ketika harga Bitcoin naik dengan cepat, maka Altcoin bisa tertekan karena uang mengalir ke pasar Bitcoin atau nilainya justru ikut naik. Hal yang sama juga bisa terjadi saat nilai Bitcoin turun. Altcoin bisa mengalami boom atau kenaikan tajam, namun tak menutup kemungkinan bila nilai Altcoin akan tertekan.
Sedangkan jika harga Bitcoin stagnan, bisa saja nilai Altcoin ikut stagnan atau justru malah mengalami kenaikan besar karena orang mencari return melalui koin alternatif.
Hal Lain yang Mempengaruhi Bitcoin
Selain korelasi harga Bitcoin dengan aset lain, ada beberapa hal yang wajib diperhatikan trader sebagai acuan strategi. Yaitu, faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga Bitcoin.
Secara singkat, ada tiga hal yang berpengaruh terhadap harga Bitcoin.
1. Supply and Demand
Penting bagi trader untuk mengetahui hukum penawaran dan permintaan. Bukan hanya Bitcoin, harga semua aset dapat ditentukan melalui prinsip Supply and Demand.
Trader harus peka terhadap kesadaran adopsi Bitcoin, minat pasar terhadap Cryptocurrency ini, dan masih banyak lagi. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi harga Bitcoin secara signifikan.
2. Hard Fork
Hard Fork adalah update sistem yang dapat menyebabkan perpecahan terhadap blockchain Bitcoin dan menyebabkan munculnya blok sistem baru atau Altcoin.
Hal ini pernah terjadi terhadap Bitcoin pada tanggal 1 Agustus 2017 lalu. Saat itu, kemunculan Bitcoin Cash atau BCH diprediksi dapat merusak harga Bitcoin. Prediksi ini terbukti salah, sebab harga Bitcoin justru tetap utuh.
Dalam hal ini, munculnya Hard Fork justru memberi pengaruh yang positif terhadap Bitcoin.
Tips Lain Untuk Trader Bitcoin Pemula
Menurut Petar Zivkovski, COO Whaleclub, analisa teknikal bisa efektif sebab ada banyak trader yang menggunakan cara ini.
Bagi trader Bitcoin pemula, analisa ini mungkin sedikit rumit. Namun secara garis besar, Anda bisa memperhatikan indikator yang disarankan oleh para tokoh kripto.
Beberapa indikator yang bisa Anda pelajari adalah Simple Moving Average (SMA), Moving Average Convergence Divergence (MACD), Relative Strength Index (RSI), dan Awan Ichimoku.
Baca juga: Indikator Trading Bitcoin Yang Direkomendasikan Tokoh Kripto
Namun perlu diingat bahwa beberapa indikator seperti MACD dan RSI adalah indikator lagging. Artinya, sinyal indikator hanya merespon harga yang sudah terbentuk.
Banyak yang berpendapat bahwa indikator terbaik adalah Price Action. Petar Zivkovski bahkan mengatakan bahwa indikator yang paling baik adalah harga itu sendiri.
Selain mempelajari indikator, mengetahui sentimen pasar juga sangat penting. Ini karena pasar Bitcoin sendiri mudah dikendalikan oleh berbagai macam isu. Analisis teknikal saja kurang efektif dalam pasar cyrptocurrency. Anda juga wajib mengetahui perkembangan berita terkait Cryptocurrency dan tokoh-tokohnya.
Hal itu agar Anda bisa mengantisipasi gejolak yang dapat mengendalikan sentimen pasar secara tiba-tiba.
Kesimpulan
Mempelajari korelasi harga antar aset adalah hal yang penting untuk trader Bitcoin pemula. Selain untuk menambah pengetahuan, Anda juga bisa menggunakan ilmu ini untuk memperkaya portofolio Anda.
Secara garis besar, tujuan mempelajari hal ini adalah agar trader Bitcoin pemula bisa mengumpulkan aset yang tidak memiliki korelasi positif dalam portofolio mereka.
Hal ini untuk mengurangi risiko loss yang besar saat trading Bitcoin maupun aset Cryptocurrency lainnya.
Namun melakukan hal ini tidak semudah teori. Karena akan ada saat-saat di mana banyak investor menjual aset-aset mereka dan merusak tatanan korelasi harga yang sudah terbaca.
Banyak analis pasar yang membandingkan Bitcoin dengan aset lain seperti emas maupun saham. Namun pada kenyataannya, korelasi antar aset-aset tersebut sering kali tak sejalan dengan harapan.
Dalam menjalankan analisa teknikal, peran chart sangat penting bagi seorang trader. Untuk mendapatkan fasilitas analisa teknikal yang menarik dan secara cuma-cuma, Anda bisa bertolak ke artikel 10 Chart Gratis Terbaik Untuk Analisa Kripto.