AUD/JPY masih berada di baawah level 104.00 setelah hasil beragam pada data Tiongkok, 1 hari, #Forex Teknikal   |   USD/CHF naik menuju level 0.9100 di tengah lebih rendahnya produksi industri Swiss, 1 hari, #Forex Teknikal   |   Pound Sterling mempertahankan kekuatan di dekat level 1.2700 meskipun dolar AS stabil, 1 hari, #Forex Teknikal   |   EUR/USDtetap bullish setelah koreksi hari Kamis, 1 hari, #Forex Teknikal   |   PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) bakal membagikan dividen kepada pemegang sahamnya senilai Rp136.4 miliar, 2 hari, #Saham Indonesia   |   PT Sepeda Bersama Indonesia Tbk (BIKE) akan membagikan dividen tunai sebesar Rp12.9 miliar dari laba bersih di tahun buku 2023. , 2 hari, #Saham Indonesia   |   Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0.42% ke level 7,277 pagi ini, 2 hari, #Saham Indonesia   |   PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) bakal membagikan dividen kepada pemegang sahamnya senilai Rp300 miliar. , 2 hari, #Saham Indonesia

Dolar Bergerak Terbatas Di tengah Himpitan Dua Isu Ini

Crypholic 11 May 2023
Dibaca Normal 2 Menit
forex > berita >   #dolar-as
Dolar berkonsolidasi terhadap mata uang mayor akibat ketidakpastian terkait kisruh plafon utang AS dan rilis data inflasi.

Indeks dolar (DXY) bergerak konsolidatif dalam rentang 101.00 – 102.00. Ada dua hal yang membuat pergerakan dolar tertahan. Pertama, data inflasi AS terbaru memperkuat spekulasi bahwa kenaikan suku bunga oleh The Fed minggu lalu kemungkinan adalah yang terakhir dalam tahun ini. Hal ini menekan nilai tukar dolar AS. Kedua, isu plafon utang AS mencegah terjadinya pelemahan yang lebih tajam pada nilai tukar dolar AS.

Dolar Dibayangi Prospek Inflasi dan Krisis Utang AS

Pada bulan April 2023, pertumbuhan data inflasi inti dan data inflasi untuk semua kelompok barang dan jasa di AS meningkat sebesar 0,4% (bulan ke bulan), sejalan dengan ekspektasi pasar. Inflasi inti dalam basis tahunan terkoreksi dari 5,6% menjadi 5,5%, sementara inflasi untuk semua kelompok barang menurun dari 5,0% menjadi 4,9%.

Data-data secara keseluruhan menunjukkan adanya penurunan tekanan inflasi. Dampak kebijakan moneter ketat yang diambil oleh The Fed sejak tahun lalu semakin meluas dalam perekonomian, sehingga bank sentral AS kemungkinan tidak perlu menaikkan suku bunga lagi. 

"Rilis data inflasi AS bulan April telah sesuai dengan konsensus ekonom dan memperkuat pandangan kami bahwa The Fed sudah mengakhiri siklus pengetatan moneter," kata Karyne Charbonneau, ekonom senior CIBC Capital Markets dalam sebuah catatan.

Pada awalnya, pasar merespons dengan penurunan laju inflasi di AS dengan mendorong naik bursa saham Wall Street dan memicu penurunan nilai tukar dolar. Namun, kondisi ini tidak berlangsung lama karena pasar masih mengantisipasi kemungkinan terjadinya kisruh plafon utang AS, yang masih menjadi perdebatan di kongres.

Baca juga: Inflasi AS Melambat, EUR/USD Naik Terbatas

 

Pemerintah AS Belum Capai Kesepakatan

Hingga saat ini presiden Joe Biden dan elit politik belum mencapai kesepakatan untuk menaikkan plafon utang. Perpecahan terjadi di parlemen dimana partai Demokrat menginginkan plafon utang dinaikkan. Sebaliknya, partai Republik tidak mau begitu saja menyetujui sebelum adanya kesepakatan terkait beberapa isu penting lainnya.

Jika kesepakatan terkait plafon utang AS tidak dicapai pada tanggal 1 Juni mendatang, maka AS berisiko mengalami default dan pasar keuangan global dapat terguncang. Risiko ini membuat pasar cemas dan dapat mendukung pergerakan dolar AS dalam jangka pendek

Terkait Lainnya
Kategori Terkait
 

Kirim Komentar Baru