XAU/USD masih wait and see karena trader tunggu NFP AS, 8 jam lalu, #Emas Fundamental | EUR/JPY berada dalam tekanan jual di bawah harga 164.50, kondisi RSI yang oversold dipantau, 8 jam lalu, #Forex Teknikal | GBP/USD bergerak di atas level 1.2550, menguji batas atas channel, 8 jam lalu, #Forex Teknikal | EUR/USD naik mendekati level 1.0750 karena sentimen risiko kembali netral, 8 jam lalu, #Forex Teknikal | Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada awal perdagangan Jumat (3/Mei), naik 0.4% ke 7,160, 15 jam lalu, #Saham Indonesia | PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp691.2 miliar per Maret 2023. , 15 jam lalu, #Saham Indonesia | PT Mitrabara Adiperdana Tbk. (MBAP) menganggarkan belanja modal dan investasi senilai $58 juta, 15 jam lalu, #Saham Indonesia | PT Sumber Sinergi Makmur Tbk. (IOTF) atau Fox Logger membidik peluang bisnis dari implementasi pembayaran tol tanpa sentuh berbasis Global Navigation Satellite System yang akan segera diterapkan di Indonesia, 15 jam lalu, #Saham Indonesia

Ekonomi Inggris Perlu Waspada

M Singgih 15 Nov 2013
Dibaca Normal 3 Menit
forex > analisa > #ekonomi
Diantara beberapa kelemahan data fundamental semisal defisit current account yang besar, Inggris juga mempunyai masalah dengan tingkat inflasi yang bisa mempengaruhi GBP. Inflasi yang masih tinggi membuat GBP telah kehilangan daya belinya lebih cepat dari mata uang negara-negara partner dagang utamanya yang berarti dalam jangka panjang akan berdampak negatif bagi GBP. Harga sektor jasa yang terus naik dan perekonomian Inggris yang cenderung oligopolistik mungkin bisa dipersalahkan, dan sekaligus diwaspadai.

Diantara beberapa kelemahan data fundamental semisal defisit current account yang besar, Inggris juga mempunyai masalah dengan tingkat inflasi yang bisa dengan cepat mempengaruhi nilai mata uang Pound Sterling. Saat ini pasar real estate yang sedang menanjak dan recovery ekonomi yang sedang berlangsung akan sangat mendukung nilai mata uang GBP.



Perjalanan panjang ekonomi Inggris selalu rawan akan inflasi. Saat inipun tidak berbeda. Data terakhir menunjukkan inflasi tahunan di Inggris 2.7% (data paling akhir dari rilis CPI y/y tanggal 12 Nopember lalu adalah 2.2%). Angka tersebut termasuk rendah selama ini, tetapi sangat tinggi dibandingkan dengan partner dagangnya.

Di Amerika Serikat 1.5%, kawasan Euro 1.1% (data terakhir 0.7%) dan di Jepang 0.8%. Hal tersebut berarti GBP telah kehilangan daya belinya lebih cepat dari mata uang negara-negara partner dagang utamanya yang berarti dalam jangka panjang akan berdampak negatif bagi mata uang kerajaan Britania Raya tersebut.

Secara historis upah menjadi kunci penggerak tingkat inflasi di Inggris, tetapi tidak untuk saat ini. Inflasi hanya naik 1% dan tahun-tahun belakangan ini cenderung untuk melambat. Pelemahan GBP sebagai akibat hal itu adalah wajar, tetapi tudak lagi saat ini. Pada tahun 2008 GBP jatuh hingga level 1.4000 terhadap US dollar, namun beberapa tahun belakangan ini relatif stabil pada range 1.5000 hingga 1.6000.

Oligopoli dan sektor jasa
Mengidentifikasi hal utama yang mempengaruhi tingkat inflasi di Inggris adalah sebuah tantangan. Quantitative easing yang telah dilakukan oleh bank sentral (Bank of England) mungkin bisa dipersalahkan, sehubungan dengan GDP yang digunakan sebagai patokan dengan skala yang lebih besar dari Amerika Serikat misalnya, namun M4 Money Supply meningkat secara relatif pada angka 2.1%.

Sektor jasa yang menyumbang tingkat inflasi hingga 3.4% mungkin bisa dipersalahkan. Dalam kondisi perekonomian yang agak melemah hal itu terasa janggal yang mengesankan kurangnya persaingan diantara perusahaan sektor jasa dan mengakibatkan harga terus merangkak naik. Sebagian juga disebabkan oleh perekonomian Inggris yang cenderung oligopolistik.

Di Inggris bank retail secara praktis hanya didominasi oleh empat pemain besar, pasar makanan eceran oleh empat supermarket dan sektor energi oleh enam group perusahaan. Juga pasar perumahan. Sektor-sektor yang seharusnya bisa terjadi persaingan secara sehat tetapi dalam kenyataan pasar yang oligopolistik bisa saja harga terus meningkat.

Saat ini hal tersebut belum menjadi masalah serius. GBP/USD bisa terus naik diantara level 1.6000 hingga mungkin 1.7000 sebelum isu seperti current account yang defisit mengemuka dan mempengaruhi sentimen pasar. Saat ini partai koalisi yang berkuasa sedang sibuk memoles kinerja perekonomian guna menghadapi pemilihan pada Mei 2015 mendatang. Mereka sedang sibuk mengangkat harga perumahan yang dianggap salah satu faktor membaiknya kondisi ekonomi.

Kebijakan bank sentral bisa saja mengarah pada pengetatan, dan dibarengi dengan isu-isu yang melemahkan US dollar, GBP/USD akan berpeluang untuk menguat lebih lanjut ditengah beberapa hal diatas yang mesti diwaspadai.

Sumber : www.forexcrunch.com :
GBP’s Outlook Still Bright, but Beware Lurking Gremlins,
by Justin Pugsley, Markets Analyst

Terkait Lainnya
XAU/USD masih wait and see karena trader tunggu NFP AS, 8 jam lalu, #Emas Fundamental

EUR/JPY berada dalam tekanan jual di bawah harga 164.50, kondisi RSI yang oversold dipantau, 8 jam lalu, #Forex Teknikal

GBP/USD bergerak di atas level 1.2550, menguji batas atas channel, 8 jam lalu, #Forex Teknikal

EUR/USD naik mendekati level 1.0750 karena sentimen risiko kembali netral, 8 jam lalu, #Forex Teknikal

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada awal perdagangan Jumat (3/Mei), naik 0.4% ke 7,160, 15 jam lalu, #Saham Indonesia

PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp691.2 miliar per Maret 2023. , 15 jam lalu, #Saham Indonesia

PT Mitrabara Adiperdana Tbk. (MBAP) menganggarkan belanja modal dan investasi senilai $58 juta, 15 jam lalu, #Saham Indonesia

PT Sumber Sinergi Makmur Tbk. (IOTF) atau Fox Logger membidik peluang bisnis dari implementasi pembayaran tol tanpa sentuh berbasis Global Navigation Satellite System yang akan segera diterapkan di Indonesia, 15 jam lalu, #Saham Indonesia