Yen Jepang turun setelah tidak ada perubahan dari BoJ, fokusnya bergeser ke inflasi PCE As, 2 hari, #Forex Fundamental | USD/CAD melemah mendekati 1.3650 karena harga minyak mentah yang lebih tinggi, PCE AS dipantau, 2 hari, #Forex Teknikal | Inflasi PCE inti As akan tunjukkan tekanan harga kuat karena pasar tunda prediksi penurunan suku bunga the Fed, 2 hari, #Forex Fundamental | EUR/USD siperdagangkan dengan bias negatif, di atas level 1.0700 karena para pedagang menunggu indeks harga PCE AS, 2 hari, #Forex Teknikal | PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) akan membagikan dividen senilai Rp2.5 miliar dari laba tahun buku 2023, 2 hari, #Saham Indonesia | PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mengalami penurunan kinerja keuangan pada kuartal I/2024, pendapatannya berkurang 10.49% secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, 2 hari, #Saham Indonesia | Top losers LQ45 terdiri dari: PT Mitra Pack Tbk (PTMP) -4.20%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) -2.90%, PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) -2.60%, 2 hari, #Saham Indonesia | Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di awal perdagangan hari ini, turun 0.49% ke 7,120, 2 hari, #Saham Indonesia

Mengenal Beragam Lapisan Pada Blockchain

Evan 26 Apr 2022
Dibaca Normal 5 Menit
kripto > belajar > #blockchain
Pada awal-awal pembangunan lapisan 1 blockchain, terdapat kondisi yang disebut scalability trilemma. Seiring berkembangnya waktu, muncul solusi-solusi dengan pembangunan lapisan 2, 3, dan 0 blockchain. Baca penjelasannya di artikel ini.

DI

Anda mungkin pernah mendengar istilah lapisan (layer) ketika membaca informasi atau berbincang mengenai blockchain. Istilah tersebut memang terdengar cukup asing, namun konsep layer dalam blockchain sangat penting untuk diketahui dan dipelajari.

Seperti yang kita ketahui, teknologi blockchain adalah campuran unik dari beberapa konsep seperti kriptografi dan game theory, dengan berbagai kemungkinan implementasi, salah satunya adalah cryptocurrency. Dalam cryptocurrency, blockchain sendiri berperan menghilangkan perantara, menurunkan gas fees, dan meningkatkan efisiensi serta keamanan, namun tetap transparan dalam transaksi.

Selain berperan seperti di atas, blockchain juga harus sangat terukur dalam menangani peningkatan pengguna, transaksi, dan data lainnya. Dari sinilah muncul permasalahan dasar blockchain yang akhirnya melahirkan layer 0-3 pada blockchain.

Baca Juga: Apa Saja Jenis Blockchain Yang Perlu Diketahui?

Maka, sebelum Anda mengenal lapisan-lapisan blockchain, ada baiknya memahami alasan mengapa layer ini bisa ada di jaringan blockchain. Lapisan-lapisan blockchain muncul sebagai imbas dari sebuah kondisi yang disebut trilema skalabilitas (Scalability Trilemma).

Melihat hal tersebut, artikel ini ditulis untuk mengupas secara singkat pemahaman mengenai scalability trilemma dan lapisan-lapisan pada blockchain.

Scalability Trilemma atau Blockchain Trilemma

Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh pendiri Ethereum, Vitalik Buterin. Mengapa Trilemma? Karena blockchain memiliki 3 ciri dasar yang harus bisa diseimbangkan. Ketiga aspek utama blockchain tersebut, ialah desentralisasi, keamanan, dan skalabilitas.

Sayangnya, para pengembang blockchain tidak bisa menyeimbangkan ketiga aspek tersebut secara bersamaan. Sering kali, mereka harus merelakan salah satu aspek agar dua ciri lainnya bisa berjalan secara optimal.

Hal ini juga dialami oleh Buterin sebagai pengembang Ethereum, di mana ia dapat mencapai desentralisasi tinggi dan keamanan yang mumpuni, namun kurang secara skalabilitas. Padahal, tujuan awal adanya blockchain jelas untuk menghilangkan perantara (desentralisasi), meningkatkan keamanan dan transparansi (keamanan), serta dapat menurunkan biaya tanpa mengurangi efisiensi transaksi (skalabilitas).

Dari kondisi seperti itulah, akhirnya para pengembang blockchain tersebut terjebak dalam suatu trilema untuk memilih satu atau dua aspek utama yang dapat dimaksimalkan.

Analoginya seperti ini, bila Anda seorang mahasiswa, akan mustahil untuk mendapatkan nilai bagus, kehidupan sosial yang asik, dan tidur cukup setiap hari selama menempuh kuliah, apalagi jika Anda analah seorang perantau.

Lalu bagaimana untuk bisa mengatasi kondisi trilema tersebut? Apa hubungannya dengan layer-layer dalam blockchain? Berikut penjelasan lengkapnya.

Mengenal 4 Lapisan Blockchain

Seperti yang sudah ditulis di atas, keempat lapisan di dalam blockchain adalah layer 1, layer 2, layer 3, dan layer 4. Berikut merupakan penjelasan akan masing-masing layer:

Lapisan Blockchain 1

Layer 1 dalam blockchain sering diketahui sebagai "lapisan implementasi" yang merujuk pada arsitektur blockchain sebenarnya. Lapisan ini merupakan tempat kediaman aset kripto yang terkait dengan blockchain tersebut. Selain itu, aktivitas fungsionalitas serta algoritma konsensus juga berlangsung di layer 1 ini. Contoh layer 1 blockchain adalah Bitcoin, Ethereum, dan Solana.

Scalability Trilemma biasa terjadi pada layer 1 blockchain. Misalnya, blockchain tersebut boleh jadi punya sifat desentralisasi dan keamanan mumpuni, namun skalabilitasnya cukup terbatas. Hal ini terjadi disebabkan karena awal pembangunan jaringan blockchain memang fokus pada aspek desentralisasi dan keamanan, daripada aspek skalabilitasnya. Ini lantaran kedua aspek tersebut sulit untuk dibangun ketika blockchain tersebut resmi diluncurkan.

Makanya, tak heran jika jaringan blockchain yang sudah ada memiliki skalabilitas kurang mumpuni untuk bisa menampung arus pertukaran data berukuran global. Kalau pun mereka mau berkonsentrasi di aspek skalabilitas di awal, mereka harus merelakan keandalan aspek desentralisasi dan keamanannya. Dari sinilah muncul ide agar pengembang terlepas dari masalah Scalability Trilemma. Apakah itu?

Lapisan Blockchain 2

Lapisan 2 blockchain biasanya disebut sebagai solusi lapis kedua atau protokol blockchain yang berlokasi di luar blockchain aslinya (off-chain). Selain itu, layer 2 blockchain ini juga menjadi solusi atas masalah skalabilitas di blockchain lapisan pertama.

Secara teori umum, lapisan blockchain pertama akan membagi "beban" skalabilitasnya ke layer blockchain kedua. Kemudian, lapisan blockchain kedua akan memproses transaksi yang seharusnya menjadi "beban" layer blockchain pertama. Pada akhirnya, skalabilitas blockchain bisa meningkat dan biaya transaksi bisa lebih murah.

Namun, Anda juga perlu memahami bahwa layer 2 pada blockchain ini tidak hanya merujuk pada jaringan off-chain yang mengurusi aspek skalabilitas semata. Sebab, ia juga memfokuskan diri pada seluruh protokol atau jaringan yang berfungsi membenahi masalah interoperabilitas serta menambah fitur-fitur lainnya di atas jaringan blockchain utama (lapisan 1).

Adapun contoh-contoh jaringan blockchain lapisan kedua, dalam hal ini yang terdapat di jaringan Ethereum, antara lain seperti Matic, Rollups, ZK rollups, Optimistic rollups, State channels, Plasma, Validium, Sidechains, dan Hybrid solutions.

Baca Juga: 5 Proyek Berbasis Ethereum Terpopuler

Lapisan Blockchain 3

Selain layer 1 dan layer 2, terdapat pula layer 3 blockchain. Lapisan ini membuat aplikasi terdesentralisasi (DApps) bisa beroperasi di atas jaringan blockchain. Selain itu, lapisan ini juga mencakup aplikasi-aplikasi atau platform yang dibangun di atas bloockchain.

Contoh layer 3 blockchain yang populer pada jaringan Ethereum adalah Uniswap, Aave, dan Axie Infinity.

Lapisan Blockchain 0

Setelah Anda mengenal ketiga lapisan blockchain, ada satu lapisan lagi yang digadang-gadang akan menjadi masa depan pengembangan blockchain dan jalan menuju Web 3.0: lapisan blockchain 0.

Bila selama ini ketiga lapisan tersebut fokus pada trilema di atas, maka pada layer 0 blockchain sudah lebih memfokuskan aspek interoperabilitas, yaitu kemampuan blockchain untuk berbagi informasi antara satu dengan blockchain lainnya.

Lapisan blockchain 0 berada di bawah jaringan blockchain utama (lapisan 1) dan berfungsi menghubungkan beberapa layer blockchain menjadi satu blockchain besar.

Itulah kenapa, blockchain layer 0 ini memiliki kekuatan luar biasa karena dapat menopang keandalan aspek skalabilitas dan interoperabilitas blockchain dengan menghubungkan beberapa blockchain yang mempunyai keunggulan dan manfaat masing-masing secara spesifik.

Perlu diketahui bahwa lapisan 0 pada blockchain ini hanya ada pada platform Polkadot.

Untuk lebih lanjut mengenal dan memahami lapisan blockchain 0 ini, Anda bisa membacanya secara lengkap di artikel berjudul, "Mengenal Polkadot, Salah Satu Kompetitor Terbesar Ethereum".

Terkait Lainnya

Komentar @inbizia

Setau ane, kalau suatu produk di blockchain sudah ditetapin pake currency tertentu ya harus pake currency itu. Dan biasanya, kalo udah berbeda blockchain gitu, ente kudu ubah dulu ke token atau koin yang sesuai dengan blockchainnya. Buat paling gampangnya, ente bisa beli USDT atau stablecoin lainnya, buat invest ke banyak semua koin yang ada di exchange tanpa harus cross swap macam cross currency.

Abdul | 13 Dec 2022
Halaman: Kripto Murah Terbaik Untuk Investasi Pemula

Halo kak Yuni,

Untuk BTC sendiri biasanya memang bisa cross swap dengan hampir semua kripto lainnya. Dan kalau di mata uang fiatkan, akan terlihat ada perbedaan. Contohnya seperti di bawah ini, antara ETH = BTC = IDR:

Inbizia Support | 14 Dec 2022
Halaman: Apa Itu Cross Chain Pada Jaringan Blockchain Kripto

Nah, klo menurut gw sih, Bitcoin ini hanya sebagai role model pertama untuk penggunaan teknologi blockchain oleh bank sentral sebagai pembayaran yang sah. Terlepas dari pengurangan emisi, teknologi blockchain bisa beroperasi secara otomatis sesuai dengan smart contract selama 7x24 jam non-stop. Ini tentu bisa bikin perputaran ekonomi semakin cepat.

Ciro | 19 Dec 2022
Halaman: Penambangan Bitcoin Bisa Mencegah Perubahan Iklim Mitos Atau Fakta

Numpang nanya nih, saya masih belum sepenuhnya mengerti akan fork yang terdapat pada blockchain kripto. Untuk Soft Fork saya sepertinya lumayan mengerti ini hanya sekedar ngeupdate tambahan tanpa ngerubah blockchain.

  • Dari penjelasan artikel ini saya bisa tau kalau hard fork itu seperti game-lah ya, jadi terdapat update besar-besaran misalkan seperti game yang saya mainkan biasanya contohnya pes 2020 ke pes 2021. Jadi engine game akan berbeda tetapi aset yang sudah didapat bisa diconvert ke sana tetapi ada beberapa aset yang akan digantikan.

Nah pertanyaan saya apakah hard fork dalam kripto ini misalkan saya punya 10 ETH, apakah dengan perubahan hard fork ke The Ethereum 2.0 saya masih akan tetap memiliki 10 ETH (Baik ga perlu convert ataupun digantikan otomatis) karena engine/blockchain udah berbeda?

Fernando | 21 Dec 2022
Halaman: Perbedaan Hard Fork Vs Soft Fork Pada Blockchain Kripto

Buat aku, cryptocurrency itu mata uang halu. Blockchain itu hanya akal-akalan orang-orang Silicon Valley belaka. Kalo mau mencegah climate change kita semua harus balik ke zaman batu.

Yora | 27 Dec 2022
Halaman: Penambangan Bitcoin Bisa Mencegah Perubahan Iklim Mitos Atau Fakta

@Hubert, menurut saya kalau dibilang akan menjadi mata uang yang sah di masa depan, belum benar-benar dapat dipastikan tetapi kalau untuk penggunanya mungkin akan semakin banyak karena ada beberapa keunggulan dari crypto yang transparan dan kecepatan transaksi. Oh iya selain itu crypto yang berbasis Ethereum sendiri sekarang menyediakan smart contract dalam arti sederhana bila syarat-syarat dalam kontrak terpenuhi, transaksi kripto baru akan dilakukan.

Berbicara soal keamanan sebenarnya kripto benar-benar aman lho dan mustahil mengehack blockchainnya, yang tidak amannya adalah ketika anda memberitahukan password atau passcode wallet (temnpat anda simpan kripto) anda kepada orang lain. Ibaratnya anda memberitahukan PIN kartu debit/kredit anda atau menginstal APK yang ternyata ngehack ke M-banking anda.

Berbicara soal fisik, nowadays, ketika anda transfer melalui m-banking atau e-banking ataupun melakukan transaksi scan QR juga tidak memegang uang fisik lagi. Kripto pun demikian, dan karena dia uang virtual, anda bisa menukarkan kripto ke bentuk rupiah di exchange kripto dan memiliki nilai.

Mengenai spekulasi dalam kripto sebetulnya juga terjadi di mata uang kita, mengingat banyak juga spekulan juga di Forex. Yang terkenal adalah George Soros. Dimana ada sesuatu yang menguntungkan disitu ada spekulan. Nah yang membedakannya adalah kripto itu terkadang dibuat sesuka hati oleh beberapa orang dengan tujuan itu. Sedangkan untuk kripto lama yaitu bitcoin dan ETH itu fundamentalnya udah kuat karena terbukti bertahun-tahun masih memiliki nilai dan beberapa negara juga menerima pembayaran dengan kripto terutama bitcoin.

Wily | 27 Dec 2022
Halaman: Alasan Nabung Kripto Cocok Bagi Milenial
Komentar[2]
Polpot | 27 Apr 2022

Wah, ternyata mumet ya belajar blockchain. Belum khatam satu topik, udah muncul topik-topik baru lainnya. Hahaha

Joni Pulungan | 7 Jun 2022

Itu Solana termasuk layer 1 ya? Tapi kok sistemnya lebih bagus daripada BTC dan ETH ya? Btw, Ethereum 2.0 bakal tetep di layer 1 atau di layer lainnya? Kayak Shiba yang katanya mau bikin blockchain sendiri di layer 2.