Harga minyak mentah terkoreksi setelah pemerintah AS menentang keputusan OPEC dalam memangkas produksi secara masif.
Keputusan OPEC dalam memotong produksi minyak secara masif mendapat sorotan dari Menteri Keuangan AS, Janet Yellen. Ia mengatakan bahwa kebijakan tersebut mencerminkan tidak ada itikad baik dari OPEC untuk membantu perekonomian global yang suram akibat lonjakan inflasi. Menurut Yellen, langkah OPEC tidak bijaksana dan akan memperburuk ekonomi di banyak negara.
"Kami sangat khawatir terhadap perekonomian negara berkembang dan masalah yang mereka hadapi atas lonjakan inflasi," kata Yellen dilansir Financial Times.
Keputusan OPEC bersama mitra (OPEC+) untuk memangkas produksi harian di awal bulan ini semakin meningkatkan ketegangan antara Gedung Putih dan Arab Saudi yang merupakan pentolan organisasi tersebut.
Gedung Putih selama ini memang gencar menentang langkah pemotongan produksi yang dilakukan OPEC. Pasalnya, pemotongan produksi akan mendorong harga minyak dunia meningkat dan memicu kenaikan harga bahan bakar secara global, termasuk di Amerika Serikat.
Sikap pemerintahan Biden yang menjadi oposisi kebijakan OPEC dicurigai bertendensi politik, mengingat Partai Demokrat sedang berupaya mempertahankan kendali Kongres menjelang diadakannya pemilu sela (Midterm Elections).
OPEC Dapat Dukungan Rusia, Minyak Melemah Terbatas
Terlepas dari pernyataan kontra Janet Yellen, Rusia memuji keputusan OPEC karena dinilai berhasil melawan "kekacauan" yang ditaburkan oleh Amerika Serikat di pasar energi global. Juru bicara Dmitry Peskov mengatakan bahwa Amerika Serikat mulai kehilangan ketenangan atas keputusan OPEC, terlihat dari upaya melepaskan lebih banyak volume cadangan minyak strategis ke pasaran.
"Mereka (AS) mencoba memanipulasi harga pasar dengan cara melepas cadangan minyak. Permainan seperti itu tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik," kata Peskov.
Baca juga: Harga Minyak Naik Merespon Pemangkasan Produksi OPEC
Pada perdagangan Asia pagi ini (10/Oktober), harga minyak melemah terbatas karena diterpa aksi profit taking investor setelah menorehkan kenaikan dalam lima sesi perdagangan berturut-turut. Minyak Brent bergerak pada kisaran $97.70 per barel, sementara minyak mentah WTI (West Texas Intermediate) berada pada kisaran $92.31 per barel.