Ada berbagai platform pengembang smart contract di luar sana, mulai dari Ethereum hingga Rootstock. Artikel berikut akan menjelaskan lima platform pengembang smart contract terbaik beserta perbandingannya.
Istilah smart contract atau kontrak pintar tentu tak akan asing lagi bagi Anda yang telah lama terjun di pasar kripto. Seperti yang kita ketahui, banyak token kripto tercipta dengan smart contract sebagai protokol dasarnya.
Smart contract sebagai protokol dasar token kripto membuat kinerja transaksi digital yang terjadi di jaringan blockchain dapat dipercaya tanpa menggunakan pihak ketiga. Berdasarkan fungsi vitalnya tersebut, maka tak heran bila platform-platform pengembang smart contract mulai bermunculan.
Mungkin mayoritas pengguna kripto saat ini hanya mengetahui smart contract yang ada di platform Ethereum. Hal ini wajar, mengingat jumlah token di Ethereum sudah lebih dari 500 ribu yang menggunakan standar ERC-20, belum lagi standar token lainnya. Padahal kenyataannya, pengembangan smart contract tak hanya dilakukan pada platform Ethereum, lho.
Artikel di bawah ini akan membahas dan menganalisis lima platform pengembang smart contract yang paling berpengaruh, yaitu Ethereum, Hyperledger Fabric, Corda, Stellar, dan Rootstock, serta membandingkan popularitas dengan kematangan teknisnya masing-masing di komunitas blockchain.
DI
|
Daftar Isi |
Apa Itu Smart Contract?
Seperti yang dijelaskan singkat di atas, pada dasarnya smart contract adalah protokol digital dengan tujuan memfasilitasi atau menegakkan kinerja suatu kontrak di jaringan blockchain. Smart contract membuat transaksi yang terjadi dapat dilacak secara publik, namun tidak bisa diutak-atik oleh siapapun.
Selain itu, kontrak pintar mampu mengotomatiskan tugas dan menghosting aplikasi terdesentralisasi (DApps). Hal ini membuat pengembang DeFi (Decentralized Finance) sering menggunakan smart contract untuk mengotomatiskan pinjaman kilat, pinjaman standar, staking, dan fitur unik lainnya pada Decentralized Exchange (DEX).
Konsep smart contract awalnya dicetuskan oleh Nick Szabo, seorang pakar kriptografi, sekaligus lulusan sarjana hukum terbaik di University of Washington. Ia menyebutkan bahwa intinya, konsep ini merupakan proses pengikatan kerjasama dalam perdagangan dan transaksi digital dengan orang lain secara transparan.
Baca Juga: Mengenal Smart Contract dan Manfaatnya
Bila biasanya orang membutuhkan perantara yang dianggap memiliki otoritas, seperti badan pemerintahan, bank, ataupun notaris untuk membuat kontrak, maka dengan keberadaan smart contract, pengguna dimungkinkan untuk melakukan pertukaran uang, properti, saham, ataupun instrumen digital lain secara aman tanpa perantara tersebut.
Dengan pemotongan alur birokrasi transaksi, biaya yang dibutuhkan smart contract pun menjadi jauh lebih murah. Selain itu, proses transaksi juga semakin singkat dan mudah. Melihat kegunaan praktis smart contract, maka tak heran bila pengembangan protokol ini menjadi salah satu prioritas utama di era blockchain.
Beberapa Platform Pengembang Smart Contract Terpopuler
Seperti yang sudah dituliskan di atas, setidaknya ada 5 platform pengembang smart contract yang paling sering digunakan. Kelima platform tersebut adalah Ethereum, Hyperledger Fabric, Corda, Stellar, dan Rootstock.
1. Apa Itu Ethereum?
Ethereum merupakan salah satu platform terdesentralisasi yang memungkinkan smart contract untuk dieksekusi atau dioperasikan.
Berbeda dengan sistem skrip dalam Bitcoin, proses verifkasi pada Ethereum adalah Turing Complete dengan dukungan bahasa pemrograman seperti Serpent, Solidity, Low-level Lisp-like Language (LLL), dan Mutan dalam bentuk smart contract.
Sehingga, Ethereum dapat digunakan siapapun untuk membangun dan merilis aplikasi terdistribusi (DApps). Karena alasan inilah, jaringan blockchain Ethereum bersifat publik. Istilah Turing Complete mengacu pada mesin buatan Alan Turing yang dapat menyelesaikan hitungan komputasi secara universal.
Platform ini nantinya akan mengubah kontrak pintar Solidity, Serpent, LLL, dan Mutan menjadi kode mesin yang kemudian dimuat ke dalam Ethereum Virtual Machine (EVM) atau mesin virtual Ethereum untuk dioperasikan. Ditambah, smart contract pada Ethereum juga membuat data penggunanya dapat dikenali melalui dompet Ether mereka.
Sama seperti dengan Bitcoin, Ethereum hingga saat ini masih menggunakan mekanisme algoritma Proof-of-Work (PoW), yang secara komputasi tergolong mahal dan boros biaya.
Namun, sejak beberapa waktu lalu, pihak pengembang Ethereum telah mengumumkan akan segera berganti menggunakan algoritma Proof-of-Stake (PoS) seiring dengan proyek peralihan menuju Ethereum 2.0 (Serenity) pada tahun ini.
Baca Juga: 5 Proyek Berbasis Ethereum Terpopuler
2. Apa Itu Hyperledger Fabric?
Platform Hyperledger Fabric adalah teknologi buku besar terdistribusi atau lebih sering disebut Distributed Ledger Technology (LDT), sebuah protokol yang memungkinkan keamanan basis data digital terdesentralisasi menggunakan smart contract.
Berbeda dengan Ethereum yang menggunakan mesin virtual untuk mengoperasikan kontrak pintar, Hyperledger Fabric memakai kontainer dari Docker, sebuah layanan virtual seperti cloud, untuk menjalankan smart contract.
Platform ini menggunakan bahasa pemrograman tradisional tingkat tinggi seperti Java dan Go atau Golang dalam pembuatan smart contract. Hyperledger Fabric termasuk Turing Complete, menggunakan model penyimpanan database key-value pair.
Jaringan blockchain Hyperledger Fabric bersifat privat, karena mengakomodasi banyak aplikasi perusahaan investor. Untuk dapat bergabung dalam jaringan ini, Anda harus mendapat persetujuan dari pihak yang memiliki otoritas atau Certificate Authorities (CA). Algoritma yang digunakan Hyperledger Fabric adalah PBFT (Practical Byzantine Fault Tolerance).
3. Apa Itu Corda?
Tidak seperti Ethereum yang memiliki kegunaan luas dan umum, smart contract pada Corda hanya berfokus pada aplikasi mata uang digital saja. Corda merupakan platform buku besar terdistribusi untuk menyimpan dan memproses data aset digital.
Kontrak pintar milik Corda bekerja pada Java Virtual Machine dan menggunakan bahasa pemrograman tingkat tinggi seperti Java dan Kotlin. Meski demikian, untuk dapat melakukan proses verifikasi, Corda harus menggunakan Turing Incomplete seperti Bitcoin.
Selain itu, model data yang dimiliki Corda adalah pendekatan berbasis transaksi, yaitu konsep memperoleh hasil keuangan bisnis dengan mencatat pendapatan individu, biaya, dan transaksi pembelian lainnya.
Karena berada di jaringan blockchain privat, maka Corda sering digunakan dalam pembuatan platform bisnis seperti aplikasi exchange aset digital privat agar lebih terjamin keamanannya. Algoritma yang digunakan di Corda adalah Raft.
4. Apa Itu Stellar?
Mirip dengan Corda, Stellar adalah platform khusus untuk pembuatan aplikasi mata uang digital. Stellar memiliki mata uang kripto Stellar Lumens (XLM) yang lebih sederhana dan mudah diakses dibandingkan Ether (ETH), namun sama secara fungsi.
Dari segi bahasa pemrograman, Stellar dapat mendukung berbagai bahasa seperti Python, JavaScript, Golang, dan PHP. Meski demikian, smart contract pada Stellar merupakan Turing Incomplete, sama seperti Corda dan Bitcoin.
Kontrak pintar Stellar adalah kumpulan transaksi yang terhubung dan dieksekusi menggunakan berbagai batasan, lalu dirancang untuk mengirim, menyimpan, serta memperdagangkan aset.
Dalam pengoperasian smart contract, Stellar menggunakan cara yang sama seperti Hyperledger Fabric, yaitu menggunakan kontainer Docker. Hal ini membuat kecepatan dan biaya transaksi dalam platform Stellar lebih unggul daripada Ethereum yang sama-sama menggunakan pendekatan berbasis akun sebagai model datanya.
Algoritma yang digunakan platform ini adalah Stellar Consensus Protocol (SCP), sebuah algoritma konsensus perusahaan. Algoritma inilah yang akhirnya membuat Stellar berada di jaringan blockchain konsorsium atau gabungan antara publik dan privat.
5. Apa Itu Rootstock atau RSK?
Rootstock adalah platform yang bekerja di atas blockchain Bitcoin, namun dengan proses transaksi lebih cepat, karena menggunakan bahasa pemrograman Solidity. Hal ini juga yang membuat platform RSK menjadi kompatibel dengan Ethereum.
Karena kompatibilitas RSK dengan Ethereum, maka secara algoritma dan model data, keduanya memiliki kesamaan protokol, yaitu PoW serta pendekatan berbasis akun. Smart contract RSK termasuk Turing Complete yang dijalankan dengan menggunakan mesin virtual ciptaannya sendiri.
Meski memiliki banyak kesamaan dengan Ethereum, penggunaan smart contract RSK dikhususkan untuk pembuatan aplikasi mata uang digital. Selain itu, platform Rootstock juga berada di jaringan blockchain publik.
Kesimpulan
Agar lebih jelas memahami perbandingan kelima platform smart contract di atas, simak tabel berikut ini:
Setelah mengenal dan mengetahui perbandingan tiap platform di atas, maka pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa smart contract menjadi penting saat ini? Apa gunanya dalam memahami dunia blockchain dan cryptocurrency?
Dalam dunia industri dan organisasi, salah satu permasalahan yang paling signifikan dihadapi adalah kurangnya kepercayaan saat berurusan dengan pihak ketiga. Minimnya kepercayaan tersebut biasa disebabkan oleh transparansi yang kurang dalam penyelesaian suatu kontrak atau kesepakatan. Masalah ini akhirnya menimbulkan pemborosan biaya dan waktu.
Hal tersebut menjadi berbeda apabila pembuatan kontrak atau kerjasama tersebut dapat dilihat secara publik dan transparan menggunakan teknologi blockchain, di mana smart contract akan menghapus peranan perantara.
Selain bermanfaat untuk meningkatkan kepercayaan dan transparansi antar pihak terkait, smart contract juga memastikan keamanan kerjasama tersebut lantaran tidak ada yang bisa mengubah kontrak.
Pada akhirnya, teknologi smart contract ini dianggap sebagai solusi dalam meningkatkan efisiensi di berbagai industri dan organisasi. Hal ini terlihat dari semakin maraknya perusahaan atau organisasi yang menggunakan smart contract untuk memangkas pengeluaran dan mempercepat, serta mengamankan transaksi.
Kedepannya, smart contract juga diprediksi bisa mengambil alih posisi sebagai mediator semua jenis kontrak, seperti pengacara dalam proses hukum perdata, notaris memproses kesepakatan transaksi properti, dan bahkan pencatatan sipil untuk akta kelahiran hingga kematian.
Dari segi pengamanan, struktur blockchain yang terdesentralisasi membuat transaksi smart contract susah untuk diretas. Hal ini dikarenakan, jika seorang peretas hendak mengubah jumlah uang dalam suatu transaksi smart contract, maka ia harus bisa mengendalikan minimal setengah dari kekuatan komputasi seluruh blockchain.
Baca Juga: Awas, Ini 5 Cara Hacker Mencuri Uang Kripto
Selain itu, karena smart contract ditulis dalam kode komputer, maka potensi membuat kesalahan selama proses penyusunan kontrak relatif menjadi lebih sedikit. Sehingga potensi konflik yang terjadi akibat kesalahan teknis di kemudian hari dapat lebih diminimalisir.
Perkembangan dunia blockchain dan cryptocurrency saat ini tak hanya soal pengembangan smart contract saja. Salah satu topik paling hangat di antara pengiat kripto adalah kemunculan Web 3.0 yang digadang-gadang sebagai masa depan internet. Simak penjelasan lengkapnya di artikel Mengenal Web 3.0: Desentralisasi Internet Berbasis Blockchain.