Notulen FOMC dari rapat kebijakan bulan Desember memproyeksikan kenaikan suku bunga lanjutan. Akan tetapi, pasar menilai sikap tersebut terlalu optimistis.
Rapat FOMC yang diadakan pada tanggal 13-14 Desember 2022 silam menyetujui bahwa bank sentral AS perlu memperlambat intensitas kenaikan suku bunga sekaligus menjaganya di level tinggi untuk menekan inflasi. Poin itulah yang secara garis besar diungkapkan dalam rilis notulen rapat FOMC dini hari tadi (5/Januari).
FOMC menekankan perlunya "fleksibilitas" dalam pengambilan kebijakan agar suku bunga dapat dinaikkan lebih tinggi lagi apabila inflasi tak kunjung melandai. Di sisi lain, mereka ingin agar perlambatan intensitas rate hike tidak dianggap sebagai kebijakan dovish oleh pasar.
"Partisipan rapat menegaskan kembali komitmen mereka untuk bisa mengembalikan tingkat inflasi ke target bank sentral sebesar 2 persen. Sejumlah peserta menekankan pentingnya komunikasi yang jelas bahwa perlambatan laju rate hike bukan indikasi pelemahan tekad dalam menjinakkan inflasi," demikian ungkap notulen rapat FOMC bulan lalu.
Secara garis besar rilis notulen rapat FOMC tadi malam menyimpulkan bahwa The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps (atau lebih) di pertemuan berikutnya yang digelar pada 31 Januari – 1 Februari mendatang. Selain itu, The Fed juga membantah prospek pemangkasan suku bunga di tahun 2023.
Pasar Cenderung Pesimis
Pengumuman notulen rapat FOMC yang bertendensi hawkish kembali menegaskan proyeksi dot plot suku bunga puncak The Fed yang kemungkinan akan mencapai 5.1 persen tahun 2023.
Kendati demikian, pasar tidak banyak bereaksi dan cenderung menganggap proyeksi The Fed terlalu optimistis. Penyebabnya tidak lain karena prospek ketidakpastian ekonomi yang cukup besar di tahun ini. Sebagian pengamat menyakini The Fed akan berbalik arah dalam beberapa bulan ke depan, terutama setelah rilis data-data yang mengonfirmasi perlambatan ekonomi AS.
"Pandangan kami tetap bahwa laju inflasi akan terus turun dengan penurunan tajam dalam pertumbuhan ketenagakerjaan. Hal ini akan menggeser lanskap perekonomian AS secara dramatis di paruh pertama 2023. Setelah suku bunga puncak tercapai, The Fed akan menurunkan suku bunga sebelum akhir tahun," kata Paul Ashworth dari Capital Economics.