AUD/JPY masih berada di baawah level 104.00 setelah hasil beragam pada data Tiongkok, 2 hari, #Forex Teknikal   |   USD/CHF naik menuju level 0.9100 di tengah lebih rendahnya produksi industri Swiss, 2 hari, #Forex Teknikal   |   Pound Sterling mempertahankan kekuatan di dekat level 1.2700 meskipun dolar AS stabil, 2 hari, #Forex Teknikal   |   EUR/USDtetap bullish setelah koreksi hari Kamis, 2 hari, #Forex Teknikal   |   PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) bakal membagikan dividen kepada pemegang sahamnya senilai Rp136.4 miliar, 2 hari, #Saham Indonesia   |   PT Sepeda Bersama Indonesia Tbk (BIKE) akan membagikan dividen tunai sebesar Rp12.9 miliar dari laba bersih di tahun buku 2023. , 2 hari, #Saham Indonesia   |   Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0.42% ke level 7,277 pagi ini, 2 hari, #Saham Indonesia   |   PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) bakal membagikan dividen kepada pemegang sahamnya senilai Rp300 miliar. , 2 hari, #Saham Indonesia

Ancaman Resesi Meningkat Gegara Inflasi AS Makin Tinggi

Crypholic 14 Oct 2022
Dibaca Normal 2 Menit
forex > berita >   #inflasi   #resesi
Dolar AS melemah meski terjadi kenaikan lanjutan pada inflasi di bulan September. Pasalnya, hal itu memantik kekhawatiran terhadap risiko resesi ekonomi.

Indeks Dolar AS melemah cukup signifikan sesuai publikasi data inflasi AS. Harga turun lebih dari 1 persen sampai kisaran 112.15 pada sesi New York tadi malam, dan lanjut melemah pada kisaran 112.32 pada sesi Asia hari ini (14/Oktober).

Dolar Melemah

Rilis data inflasi AS menunjukan kenaikan sebesar 8.2 persen secara tahunan (Year-over-Year) pada bulan September. Angka ini melampaui ekspektasi untuk kenaikan 8.1 persen, meski lebih rendah dari periode sebelumnya (8.3 persen). Sementara itu, inflasi bulanan meningkat dari 0.1 persen menjadi 0.4 persen, dua kali lipat lebih tinggi dari ekspektasi 0.2 persen.

Kenaikan juga terjadi pada data inflasi inti yang melonjak dari 6.3 persen menjadi 6.6 persen pada bulan September, melampaui proyeksi kenaikan 6.5 persen. Hasil ini mencerminkan bahwa kenaikan harga konsumen telah merambah ke barang dan jasa di luar kategori energi.

Baca juga: Inflasi Tinggi? Ini Cara Lindungi Dana Investasi dengan Kripto

Para pelaku pasar mencerna angka inflasi terbaru sebagai isyarat kegagalan Fed rate hike sebesar 75 dalam beberapa bulan terakhir. Tak ayal, spekulasi kenaikan suku bunga 100 bps pada pertemuan FOMC selanjutnya pun mulai bermunculan. Akan tetapi, langkah agresif seperti itu punya efek samping yakni perlambatan ekonomi atau bahkan resesi.

"Siapapun yang mengatakan The Fed bisa mengubah kebijakan di tengah kondisi seperti saat ini sedang berandai-andai. Kami melihat bahwa The Fed harus segera bertindak sekarang dengan cara melanjutkan kenaikan suku bunga lebih agresif," ujar Arthur Laffer, presiden Laffer Tengler Investment.

Ia juga berpendapat bahwa skenario soft-landing tidak akan terjadi mengingat makin tingginya suku bunga dan lonjakan inflasi. "Kita kemungkinan akan menghadapi pertumbuhan ekonomi yang lemah pada kuartal ke-4 atau bahkan terjadi resesi," imbuh Laffer.

Penyataan senada juga dilontarkan oleh Dr. Christoph Balz. Menurutnya, data inflasi AS bulan September mengkonfirmasi ekspektasi pejabat The Fed yang mengatakan jika tingkat inflasi ternyata lebih bandel dibandingkan proyeksi sebelumnya. Walaupun harga minyak mentah akan turun selama beberapa bulan ke depan, inflasi kemungkinan hanya akan turun tipis dan masih jauh di atas target 2 persen.

Terkait Lainnya
Kategori Terkait
 

Komentar[2]    
  Vita   |   14 Oct 2022

apa ya yang menyebabkan inflasi di Amerika serikat? padahal itu kan negara maju, terus digdaya dan sepertinya nggak terkalahkan banget gitu. apalagi teknologi tuh banyak banget yang awalnya diciptakan di amerika serikat? apakah ada pengaruhnya dengan politik?

  Orang Pinter   |   12 Dec 2022

Semua negara pasti memiliki target inflasi, sebab inflasi dibutuhkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi sesuai dengan kebijakan moneter. Namun, inflasi sebisa mungkin dijaga agar tidak terlalu tinggi ataupun rendah.