Dolar AS menguat berkat pernyataan Presiden The Fed Minneapolis. Ia berpendapat bahwa pengetatan moneter masih diperlukan.
Dolar As terpantau kokoh meski sejumlah data ekonomi terbaru meleset dari perkiraan konsensus. Hal ini tak lepas dari pernyataan Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari. Saat ini, indeks dolar AS masih betah menghuni level tertinggi dalam 10 bulan terakhir.
Data-data Izin Mendirikan Bangunan, Kepercayaan Konsumen, serta Penjualan Hunian Baru AS kompak meleset dari perkiraan konsensus. Namun, para pelaku pasar mengesampikan data-data tersebut. Mereka lebih fokus pada rangkaian data inflasi AS, laporan ketenagakerjaan AS, dan prospek suku bunga AS yang tetap tinggi.
Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari, mengatakan bahwa suku bunga mungkin harus naik lagi dan dipertahankan "lebih tinggi dalam waktu lebih lama" hingga inflasi benar-benar turun sampai tingkat 2%.
Pernyataan Kashkari melonjakkan yield obligasi AS tenor 10 tahun sampai ke level tertingginya dalam 16 tahun terakhir dan mendorong penguatan dolar AS.
"Kisah di bulan September adalah lonjakan yield Treasury dan dampaknya terhadap pasar mata uang," kata Adam Button, Kepala Analis Mata Uang ForexLive, "Pasar memperkirakan data ekonomi (AS) akan memburuk, padahal kenyataannya tidak."
Bagaimana Nasib Rival Greenback?
Penguatan dolar AS mengakibatkan para rivalnya melemah. EUR/USD tertekan lebih lanjut ke kisaran 1.0567, sementara GBP/USD terjun bebas ke level terendah di 1.2159 dan diperkirakan dapat melanjutkan bearish.
Sebaliknya, USD/JPY mendaki ke kisaran 148.90 dan memicu peringatan keras dari para petinggi Jepang. Para pengamat pasar terus memperingatkan kemungkinan terjadinya intervensi.
Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki menegaskan bahwa pemerintah saat ini memantau pergerakan mata uang dengan urgensi yang tinggi. Peringatan tersebut cukup mengurangi momentum reli USD/JPY tetapi tak mampu menurunkannya ke rentang lebih rendah.