Gubernur BoJ Ueda: Penurunan Yen yang cepat dan sepihak berdampak negatif pada perekonomian, 4 jam lalu, #Forex Fundamental   |   GBP/USD rapuh jelang pengumuman kebijakan BoE, 4 jam lalu, #Forex Fundamental   |   Pound Sterling jatuh karena pemulihan dolar AS, ketidakpastian jelang keputusan kebijakan BoE, 4 jam lalu, #Forex Fundamental   |   USD/JPY melonjak ke dekat level 155.50 saat the Fed diprakirakan mempertahankan suku bunga kebijakannya, 4 jam lalu, #Forex Teknikal   |   PT Bank JTrust Indonesia Tbk (BCIC) membukukan laba bersih sebesar Rp44.02 miliar periode Januari-Maret 2024, 12 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Garuda Metalindo Tbk (BOLT) mencatatkan penyusutan penjualan sebesar 11.25% YoY menjadi Rp365.38 miliar, 12 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) membagikan dividen tunai sebesar Rp572.04 miliar dari laba bersih tahun buku 2023, 12 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mengemas laba tahun berjalan pada kuartal 1/2024 sebesar $16.4 juta atau naik sekitar 12.3%, 12 jam lalu, #Saham Indonesia

Defi 2.0, Evolusi Decentralized Finance yang Lebih Canggih

Abideva 12 Sep 2022
Dibaca Normal 9 Menit
kripto > belajar >   #decentralized   #defi   #finansial
DeFi 2.0 menjanjikan penyelesaian terhadap kendala-kendala DeFi sebelumnya, terutama dalam hal likuiditas, keamanan, UI/UX, dan keterbukaan informasi dan data.

Sejak revolusi utilitas crypto pada 2020, berbagai platform dan teknologi baru mulai bermunculan dan mengganggu dominasi sistem lama, tak terkecuali dalam hal keuangan. Decentralized Finance atau DeFi menjadi sebuah penerapan teknologi blockchain yang paling heboh selama dua tahun terakhir.

Inovasi ini jadi perbincangan hangat di kalangan pengembang teknologi blockchain, karena berusaha memanfaatkan keuangan inklusif dalam balutan teknologi digital masa depan. Namun, penggunaan DeFi 1.0 masih sangat terbatas di dunia keuangan praktis dan meninggalkan beberapa permasalahan di blockchain itu sendiri.

Kini, kemunculan DeFi 2.0 berusaha mengatasi kendala-kendala aplikasi tersebut, dan diharapkan menjadi platform keuangan penting yang bisa bersaing, bahkan menggantikan sistem keuangan global konvensional.

Tapi, apa dan bagaimana sebenarnya DeFi 2.0 bekerja, dan apakah ia akan berhasil menembus sistem keuangan yang lebih luas?

apa itu defi 2.0

 

Tentang DeFi

Sejak diperkenalkan pada 2020, perjalanan Decentralized Finance (DeFi) mulai merambah ke banyak mekanisme keuangan crypto yang lebih praktis. Kemunculan platform-platform DeFi seperti UniSwap, Aave, Bancor dan MakerDAO telah menancapkan fondasi yang cukup baik dalam hal potensi DeFi bagi pengguna crypto.

Meski tujuan awalnya adalah menggusur dominasi keuangan yang dikuasai perbankan, akan tetapi potensi penggunaan DeFi sebetulnya bisa lebih luas, dan banyak pihak bisa mengambil keuntungan dari sistem yang lebih terbuka, desentral, dan adil.

Dengan DeFi, setiap orang bisa terlibat dalam sistem keuangan crypto global selama memiliki akses dan kuasa atas digital wallet. Platform Ethereum yang mengadopsi potensi awal DeFi, membuka akses publik untuk saling mengirimkan koin, melakukan pembayaran aset digital dan NFT, menggalang dana sosial, menakar dan mengeksekusi lelang, sampai melakukan operasi trading dan investasi yang menghasilkan berbagai bentuk keuntungan, termasuk perdagangan berjangka.

Baca Juga: 5 Proyek Berbasis Ethereum Terpopuler

 

Kendala-Kendala Utama Penerapan DeFi

Manfaatnya bertambah seiring waktu berjalan dan ditemukannya teknologi-teknologi atau protokol baru yang memanfaatkan desentralisasi blockchain. Hanya saja, penerapan DeFi sebagai pengganti sistem keuangan konvensional masih mengalami berbagai kendala berikut:

 

Tampilan UI/UX

Sebagai platform dan instrumen baru dalam dunia keuangan dunia, blockchain dan crypto masih terdengar dan terlihat asing bagi banyak orang. Kecuali bagi yang punya minat mendalam, masih banyak orang bingung mempelajari, memahami, dan menggunakan UI berbagai platform DeFi.

Selain itu, pengalaman penggunaan (UX) juga masih jadi kendala, terutama di negara-negara berkembang di mana sistem keuangan konvensional masih dipercaya sebagai yang terbaik. Rendahnya literasi digital banyak negara jadi tantangan tersendiri memperkenalkan DeFi bagi publik lebih luas.

 

Masalah Skalabilitas

Protokol DeFi dalam blockchain masih terkendala trafik dan gas fee transaksi yang tinggi. Saat ini, platform-platform DeFi masih berusaha memecahkan kendala fee bagi para miner, terutama dengan memanfaatkan protokol Proof of Stake dan menyusun platform baru dengan gas fee yang lebih murah atau bahkan gratis.

 

Risiko Keamanan

Sebagai teknologi baru yang bertujuan menggeser tirani sistem keuangan sentral dan bank konvensional, blockchain dan crypto masih dihantui kasus-kasus berkaitan dengan celah keamanan protokolnya. Selama separuh 2022 saja, sudah terjadi setidaknya 10 kali pembobolan aset crypto, baik dari sisi token, liquidity pool, atau bahkan pencurian identitas dan pembobolan dompet digital.

Meski hal-hal seperti ini juga terjadi di sistem keuangan konvensional, risiko-risiko keamanan ini harusnya diselesaikan dengan lebih tegas oleh para pengembang crypto dan blockchain.

Baca Juga: Menelisik Kasus Peretasan Celcius Network

 

Potensi Sentralisasi

Meski basis teknologi dan asas penerapan blockchain adalah desentralisasi, potensi terjadinya regulasi, pengaturan pemerintah, atau bahkan sentralisasi itu masih ada. Saat ini, ada banyak organisasi ataupun pengembang blockchain masih menggunakan prinsip-prinsip sentralisasi, terutama karena belum menerapkan DAO sepenuhnya.

 

Info Keuangan Pihak Ketiga

Data dasar untuk berbagai keperluan (autentikasi, basis data publik, anti-kriminalitas) belum dikuasai oleh para pengembang blockchain seutuhnya. Justru, data tersebut sebagian besar dikuasai oleh pemerintah, lembaga keuangan bank, bank sentral, dan institusi pengawas keuangan.

Karenanya, penerapan DeFi 2.0 nantinya juga harus memecahkan masalah alih informasi atau pertukaran teknologi antara pelaku-pelaku blockchain yang desentral, dengan lembaga-lembaga keuangan moneter dan keuangan yang mendapatkan mandat sebagai pengelola informasi.

 

Likuiditas

Seperti sudah disinggung di atas, masalah keadilan likuiditas juga belum sepenuhnya terpecahkan. Pertama, karena likuiditas crypto tersebar ke banyak blockchain dan platform, sehingga memerlukan satu protokol yang sama dan terpilih sebagai basis DeFi yang generik untuk menyatukannya.

Kedua, mekanisme staking meninggalkan celah kerugian bagi investor, di mana token-token yang telah disetorkan sebagai deposit kebanyakan bersifat tidak likuid, atau tidak dapat digunakan di platform atau blockchain lain.

Selain itu, risiko kerugian dari volatilitas harga juga belum bisa tertutupi dengan sempurna. Semua masalah likuiditas ini memunculkan kekhawatiran terjadinya capital inefficiency atau kebocoran-kebocoran halus dari dana yang sudah ditanamkan, pemborosan waktu, dan mekanisme pencairan yang masih terlalu kaku.

 

Apa Itu DeFi 2.0?

DeFi 2.0 yang sedang dikampanyekan saat ini berusaha mengatasi kendala-kendala yang ada pada DeFi 1.0 di atas, dan jika berhasil, akan menjadi terobosan finansial baru dalam hal peran teknologi blockchain dan efeknya terhadap perubahan panggung keuangan global.

Sama seperti versi pendahulunya, DeFi 2.0 merupakan sebuah gerakan global yang berusaha melakukan upgrade pada fitur dan kegunaan dari DeFi, mengatasi kekurangan-kekurangan sebelumnya dan menawarkan  berbagai solusi baru terhadap sistem keuangan yang ada sekarang.

DeFi 2.0 dimaksudkan sebagai terobosan revolusioner dalam jasa keuangan, di mana siapapun dapat terlibat tanpa terhalang oleh kompleksitas peraturan atau birokrasi bank-bank sentral, terutama dalam hal persyaratan pinjaman, perhitungan nilai jaminan, dan sistem pembayaran peer-to-peer.

Ethereum, Solana, dan beberapa platform DeFi mulai mengadopsi dan menyesuaikan regulasi bank-bank konvensional serta menerapkannya dalam blockchain. Misal, autentikasi identitas pemilik modal dan peminjam dalam bursa (exchange) untuk memenuhi protokol Know Your Customer (KYC) dan Anti-Money Laundering (AML),

Selain itu, DeFi 2.0 berusaha menutup celah kerugian Liquidity Provider dengan menawarkan asuransi perlindungan dana yang murah bagi investor, tujuannya adalah untuk meraup lebih banyak modal namun tetap menguntungkan semua pihak.

 

Mengapa DeFi 2.0 Bisa Menyelesaikan Berbagai Kendala Versi 1.0?

Secara umum, tujuan dikembangkannya DeFi 2.0 memang menelurkan jawaban-jawaban atau solusi terhadap poin-per-poin kendala yang sudah terdaftar dalam batasan versi 1.0 di atas.

Ibarat sebuah upgrade dari sistem operasi ponsel, DeFi 2.0 mengidentifikasi, mengurai, dan menyelesaikan masalah-masalah yang telah ada, dengan solusi efektif dan efisien yang bisa diterima oleh semua pengguna blockchain.

Misalnya, kendala likuiditas membatasi pengguna meraup keuntungan dalam waktu tertentu karena dana staking harus tertahan dalam bursa. DeFi 2.0 menawarkan solusi likuiditas melalui protokol Automated Market Maker (AMM) yang tersedia untuk investor-investor crypto baru, sehingga mereka tidak harus bersinggungan dengan pusat data pihak ketiga, seperti bank dan pemerintah.

Dengan mekanisme ini, siapapun, tanpa melewati filter dan birokrasi bank sentral, dapat melakukan penalangan dana melalui deposit guna membantu trader atau investor lain yang hendak melakukan pencairan. Dengan demikian, orang-orang yang telah terbantu nantinya dapat mengambil giliran menjadi penyokong dana di dalam pool, dengan potensi fee yang meningkat mengikuti besaran kontribusi.

DeFi 2.0 berusaha mencapai demokratisasi dalam ketersediaan likuiditas keuangan, dalam hal ini crypto dan berbagai instrumen yang diperlukan di dalam blockchain. Salah satu visinya adalah memberi kesempatan bagi orang-orang yang tidak memiliki akses pinjaman modal dari bank konvensional agar tetap bisa melakukan pembiayaan dan investasi produktif melalui kolam likuiditas crypto.

Di samping itu, DeFi 2.0 berusaha memberikan UI/UX yang lebih baik dari platform keuangan pada umumnya, memberikan rasa aman yang nyata lewat protokol keamanan dan pengawasan desentral, sembari mengembangkan skalabilitasnya menjadi semakin baik.

Baca Juga: Bisnis Crypto Lending, Apakah Menguntungkan?

 

Contoh Penerapan DeFi 2.0

Selain Ethereum, beberapa platform dari blockchain lain mulai mendapat sorotan atas keberhasilan mereka membangun dan memperkenalkan manfaat DeFi 2.0. Contohnya saja BNB milik Binance Smart Chain, serta Solana yang berusaha mengoptimalkan potensi keuntungan investor, peminjam, serta trader crypto pada umumnya melalui platform NFT dan smart contract. 

Penggunaan DeFi 2.0 telah menyebar ke bidang-bidang kehidupan yang lebih luas, termasuk sistem pembayaran kebutuhan sehari-hari, pelunasan utang institusi dan pemerintah, sampai pengembangan pasar derivatif yang lebih aman dari sebelumnya.

Jika Anda berinvestasi dalam liquidity pool, DeFi 2.0 berusaha menjamin likuiditas Anda dengan memperhitungkan pergerakan harga crypto di pasar (price ratio), sehingga berusaha mencegah terjadinya kerugian bagi investor.

Ketika Anda melakukan deposit satu token pada LP, maka DeFi 2.0 secara otomatis akan membentuk pair bagi token Anda dan memberikan fee dari setiap swap yang menggunakan pair token Anda tersebut. Jadi baik protokol blockchain, validator atau miner, dan Anda sebagai investor, semuanya mendapatkan bagian keuntungan atau fee likuiditasnya masing-masing.

Begitupun jika terjadi ekses dari likuiditas, platform DeFi 2.0 akan secara otomatis melakukan pengamanan aset dan membentenginya dengan pembatasan suplai. Sehingga, potensi kehilangan dana investasi bisa diminimalisir.

 

Siapa yang Mengelola DeFi 2.0? Apakah Ada Organisasi Sentral-nya?

Ini mungkin jadi pertanyaan umum orang-orang yang bersikap kritis dan skeptis terhadap potensi crypto, blockchain, DeFi, juga desentralisasi keuangan pada umumnya. Jika blockchain merupakan bagian dari desentralisasi, lalu siapa yang mengatur mekanisme penerapan DeFi, dan apakah mereka juga berlaku sebagai regulator?

Jawabannya adalah: tidak ada.

Memang, pengelola blockchain atau pengembang token tertentu yang digunakan dalam DeFi 2.0 melakukan tugas pengelolaan, pengembangan, dan pemeliharaan jaringan. Akan tetapi, peran mereka bukanlah sebagai pengatur, pengawas, apalagi pemerintah.

Hampir semua teknologi crypto dan khususnya DeFi saat ini berbasis komunitas. Artinya, setiap penemuan baru, rencana penerapan teknologi, pembaruan fitur, atauahkan penentuan fee, semuanya dilakukan atas asas demokrasi semua orang yang terlibat di dalamnya.

Itulah kenapa token-token crypto dan organisasi DeFi selalu membuka portal GitHub, wiki, sampai subreddit untuk membuka kode dasar, protokol, bahkan FAQ dari sistem DeFi 2.0 mereka. Setiap project yang akan dilakukan, tengah berjalan, dan sedang di-upgrade akan dibuka secara jelas prosesnya sehingga siapapun yang punya modal atau minat dalam proyek tersebut dapat memberikan masukan, mengkritik, ataupun menyampaikan keberatan dalam penerapannya.

Jadi, dalam DeFi 2.0 tidak akan pernah ada regulator, dewan pengawas, dan bank sentral yang menguasai mayoritas dana dan mengatur besaran bunga.

Baca juga: Mengenal Web 3.0: Desentralisasi Internet Berbasis Blockchain

 

Kesimpulan

Bagi Anda yang awam dan masih meraba-raba dunia crypto, masalah DeFi ini mungkin terkesan terlalu rumit untuk dipahami. Tetapi teknologi di belakang DeFi sungguhlah menjanjikan, dan mungkin akan menjadi kendaraan keuangan kita di masa mendatang, bahkan tanpa harus menghilangkan sistem keuangan tradisional. Apalagi saat ini, telah banyak token Defi yang prospeknya bagus untuk jadi aset investasi. 

Terkait Lainnya
 
Gubernur BoJ Ueda: Penurunan Yen yang cepat dan sepihak berdampak negatif pada perekonomian, 4 jam lalu, #Forex Fundamental

GBP/USD rapuh jelang pengumuman kebijakan BoE, 4 jam lalu, #Forex Fundamental

Pound Sterling jatuh karena pemulihan dolar AS, ketidakpastian jelang keputusan kebijakan BoE, 4 jam lalu, #Forex Fundamental

USD/JPY melonjak ke dekat level 155.50 saat the Fed diprakirakan mempertahankan suku bunga kebijakannya, 4 jam lalu, #Forex Teknikal

PT Bank JTrust Indonesia Tbk (BCIC) membukukan laba bersih sebesar Rp44.02 miliar periode Januari-Maret 2024, 12 jam lalu, #Saham Indonesia

PT Garuda Metalindo Tbk (BOLT) mencatatkan penyusutan penjualan sebesar 11.25% YoY menjadi Rp365.38 miliar, 12 jam lalu, #Saham Indonesia

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) membagikan dividen tunai sebesar Rp572.04 miliar dari laba bersih tahun buku 2023, 12 jam lalu, #Saham Indonesia

PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mengemas laba tahun berjalan pada kuartal 1/2024 sebesar $16.4 juta atau naik sekitar 12.3%, 12 jam lalu, #Saham Indonesia

Penjualan ritel zona Euro naik 0.8% di bulan Maret dibandingkan prakiraan 0.6%, 1 hari, #Forex Fundamental

USD/CHF pertahankan posisi di atas level 0.9050 di tengah penguatan dolar AS, 1 hari, #Forex Teknikal

USD/CAD rebound di atas level 1.3650 di tengah penguatan dolar AS dan penurunan harga minyak mentah, 1 hari, #Forex Teknikal

Breaking: RBA membiarkan suku bunga tidak berubah di sekitar 4.35%, seperti yang diharapkan, 1 hari, #Forex Fundamental

PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) meraih laba bersih sebesar Rp102.69 miliar pada kuartal I/2024, 1 hari, #Saham Indonesia

PT Puri Sentul Permai Tbk (KDTN) akan membagikan dividen tunai sebesar Rp 1.34 miliar kepada pemegang saham. , 1 hari, #Saham Indonesia

Top gainers LQ45 pagi ini terdiri dari: PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) +3.18%, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) +1.9%, PT XL Axiata Tbk (EXCL) +1.24%, 1 hari, #Saham Indonesia

IHSG mulai menguat pada awal perdagangan hari ini, naik 0.05% ke 7,139, 1 hari, #Saham Indonesia


Komentar @inbizia

Iya memang kyk gitu persyaratannya bro. Sebenarnya masuk akal sih.

Kan tahu sendiri Smart Contract itu jalannya otomatis ga pake lama, jadi buat meminimalisir resiko, jaminannya kudu bener-bener bisa ngecover kalo rugi.

Setau saya sich kalo pinjeman kripto tanpa agunan belom ada. Kalau pinjaman tanpa agunan bt modal usaha gitu ada, contohnya dari aplikasi Modalku.

Cuma krn judulnya "Modal Usaha", ente kudu bisa tunjukkin bukti aktivitas usahanya.

Kalo gak gitu, coba aja pinjeman personal alias pinjem ke temen sendiri yang gabut minjemin kripto tanpa jaminan, xixixi.

 Finland |  26 Jul 2022
Halaman: Pro Kontra Pinjaman Kripto Yang Perlu Anda Tahu

Yang aku pikirkan sih metode Decentralized ini kayaknya rawan banget terjadi pencucian uang ga sih soalnya kan cuma antara pengirim dan penerima yang tau transaksi yang terjadi sedangkan kalau yang centralized kan masih ada campur tangan pihak ketiga gitu jadi bisa dilacak siapa yang lakuin pencucian uang.

Apalagi adanya aplikasinya lebih gampang lagi lakuin hal kayak gitu, tapi memang sih dari segi privasi pastinya lebih unggul yang decentralized karena kayak yang dijelaskan sih hanya pengirim dan penerima yang tau transaksi ini.

 Bobby |  1 Nov 2022
Halaman: Mengenal Decentralized Application Dapp Dalam Dunia Kripto

Halo kak Tono,

Kemungkinan itu transaksi yang memang tidak di-privat atau bisa jadi transaksi tersebut berasal dari CEX (Centralized Exchange) seperti Tokecrypto, Indodax, Triv, dan lain-lain, bukan DEX (Decentralized Exchange) atau antar wallet.

Mengenal Monero Koin Kripto Untuk Pecinta

Baca Juga: Ini Dia Exchange Kripto Terdaftar Bappebti yang Terpercaya

 Inbizia Support |  15 Dec 2022
Halaman: Mengenal Monero Koin Kripto Untuk Pecinta Privasi

Okey, sebelum saya menjelaskan terkait Jenis jenis spread dan lein sebagainya. saya akan menjelaskan apa itu Spread? Secara sederhana, spread forex adalah selisih antara harga jual (bid) dan harga beli (ask) dari nilai mata uang yang kita gunakan dalam trading.

Untuk memudahkan kita memahami definisinya, kita bisa ambil contoh saat kita menukarkan uang di money changer. Saat menukarkan uang, kita harus menyesuaikan antara kurs tukar dan kurs beli, hal tersebut dipengaruhi oleh nilai mata uang yang sedang berlaku saat kita melakukan penukaran. Selisih dari kurs tukar dan kurs beli merupakan spread dalam konteks penukaran uang. Dalam konteks perbankan juga terdapat istilah spread bank.

Terdapat selisih harga yang menjadi kewajiban setiap trader untuk dibayar agar bisa melanjutkan transaksi trading forex. Contoh spread EURUSD di atas juga merupakan contoh sederhana dalam cara menghitung bid ask spread. Pada umumnya, perhitungan nilai spread dibagi menjadi tiga jenis, yaitu fixed spread, floating spread, dan zero spread.

  • Fixed Spread : Jika broker menggunakan fixed spread, maka komisinya tidak berubah-ubah sampai kapanpun karena sudah ditetapkan sejak awal dengan perhitungan tersendiri. Jadi, walaupun terjadi pergerakan nilai tukar pair mata uang dalam investasi forex, maka tidak mempengaruhi jumlahnya.
  • Floating Spread atau bisa disebut spread mengambang: Berkebalikkan dengan fixed spread, floating spread nilainya dapat berubah-ubah, tergantung dengan pergerakan pasar. Jadi, besar kecilnya spread terus mengikuti perubahan. Jika kondisi harga naik terus menerus atau terjadi suatu peristiwa besar, maka kemungkinan akan terjadi kenaikan spread dari harga semula. Hal tersebut sebenarnya membuat trader keberatan, karena tidak bisa memperoleh peluang keuntungan yang maksimal.
  • Zero Spread : yaitu spread 0 pip yang dikenakan broker. Bukan berarti, zero spread broker tidak konstan pada kisaran 0 pip ya. Dalam ketentuan beberapa broker forex, zero spread memiliki arti yang sama dengan spread yang lebih rendah dari 1 pip. Dengan begitu, istilah zero spread juga berlaku untuk kisaran spread 0,5 pip, 0,2 pip, 0,1 pip, dan seterusnya. Selain itu, biasanya broker mengenakan komisi trading di akun zero spread. Beban komisi tersebut biasanya dinyatakan langsung dalam satuan mata uang dan dikenakan untuk setiap trading dengan ukuran tertentu.

Setiap jenis spread memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Anda dapat memilih broker dengan jenis spread yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Jika Anda masih bingung dalam memilihnya, Anda dapat mencoba satu per satu ketika belajar forex melalui akun demo terlebih dahulu. Biasanya setiap broker menawarkan akun demo didalamnya termasuk Maxco dan RoyalFX. Saya sarankan untuk mencoba di Maxco terlebih dahulu mengingat di broker tersebut memiliki akun dengan spread rendah agar Anda bisa memperoleh peluang keuntungan trading secara maksimal.

 Haris |  6 Jul 2023
Halaman: Perbandingan Broker Maxco Vs Royalfx Mana Lebih Unggul

Level retracement Fibonacci menghubungkan dua titik mana pun yang dianggap relevan oleh trader, biasanya titik tinggi dan titik rendah. Tingkat persentase yang diberikan adalah area di mana harga dapat terhenti atau berbalik arah.

setiap angka adalah jumlah dari dua angka terakhir sebelumnya. Sederet angka tersebut mengikuti pola mulai dari 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144 hingga seterusnya. Rasio yang paling umum digunakan antara lain 23,6%, 38,2%, 50%, 61,8%, dan 78,6%. Level ini tidak boleh diandalkan secara eksklusif, jadi berbahaya untuk berasumsi bahwa harga akan berbalik arah setelah mencapai level Fibonacci tertentu.

Sementara itu, konsep dasar pemakaian teknik ini, yakni mencari peluang buy saat harga berada pada kisaran support serta mencari peluang sell di kala harga berada pada kisaran resistance. Bagi Kamu yang masih pemula serta belum mendalami soal sinyal buy dan sell, Kamu dapat memakai teknik ini sebagai alat bantu dalam membaca pergerakan harga.

Jika kmu menggunakan fibonacci retracement dalam trading, ini merupakan indikator teknis yang kalau dipakai secara benar maka ia akan memberitahu trader secara definitif waktunya harus masuk dan keluar market dengan peluang kerugian yang sangat kecil. Di lain sisi, sekalipun tidak sedikit pula trader yang memandang bahwa teknik ini membingungkan, tetapi sejatinya teknik ini bisa sangat menguntungkan kalau diaplikasikan dengan cara serta skenario yang benar.

 Stella |  10 Jul 2023
Halaman: Trik Trading Menggunakan Fibonacci Retracement Versi Finex

Untuk memudahkan kita memahami definisinya, kita bisa ambil contoh saat kita menukarkan uang di money changer. Saat menukarkan uang, kita harus menyesuaikan antara kurs tukar dan kurs beli, hal tersebut dipengaruhi oleh nilai mata uang yang sedang berlaku saat kita melakukan penukaran. Selisih dari kurs tukar dan kurs beli merupakan spread dalam konteks penukaran uang. Dalam konteks perbankan juga terdapat istilah spread bank.

Terdapat selisih harga yang menjadi kewajiban setiap trader untuk dibayar agar bisa melanjutkan transaksi trading forex. Contoh spread EURUSD di atas juga merupakan contoh sederhana dalam cara menghitung bid ask spread. Pada umumnya, perhitungan nilai spread dibagi menjadi tiga jenis, yaitu fixed spread, floating spread, dan zero spread.

Baca Juga: Mengenal Spread Dalam Trading Forex

  • Fixed Spread : Jika broker menggunakan fixed spread, maka komisinya tidak berubah-ubah sampai kapanpun karena sudah ditetapkan sejak awal dengan perhitungan tersendiri. Jadi, walaupun terjadi pergerakan nilai tukar pair mata uang dalam investasi forex, maka tidak mempengaruhi jumlahnya.
  • Floating Spread : Berkebalikkan dengan fixed spread, floating spread nilainya dapat berubah-ubah, tergantung dengan pergerakan pasar. Jadi, besar kecilnya spread terus mengikuti perubahan. Jika kondisi harga naik terus menerus atau terjadi suatu peristiwa besar, maka kemungkinan akan terjadi kenaikan spread dari harga semula. Hal tersebut sebenarnya membuat trader keberatan, karena tidak bisa memperoleh peluang keuntungan yang maksimal.
  • Zero Spread : yaitu spread 0 pip yang dikenakan broker. Bukan berarti, zero spread broker tidak konstan pada kisaran 0 pip ya. Dalam ketentuan beberapa broker forex, zero spread memiliki arti yang sama dengan spread yang lebih rendah dari 1 pip. Dengan begitu, istilah zero spread juga berlaku untuk kisaran spread 0,5 pip, 0,2 pip, 0,1 pip, dan seterusnya. Selain itu, biasanya broker mengenakan komisi trading di akun zero spread. Beban komisi tersebut biasanya dinyatakan langsung dalam satuan mata uang dan dikenakan untuk setiap trading dengan ukuran tertentu.

Setiap jenis spread memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Anda dapat memilih broker dengan jenis spread yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Jika Anda masih bingung dalam memilihnya, Anda dapat mencoba satu per satu ketika belajar forex melalui akun demo terlebih dahulu. Biasanya setiap broker menawarkan akun demo didalamnya termasuk Finex dan GKInvest. Saya sarankan untuk mencoba di GKInvest terlebih dahulu mengingat di broker tersebut memiliki akun dengan spread rendah mulai dari 0 pip agar Anda bisa memperoleh peluang keuntungan trading secara maksimal.

 Magnus |  4 Aug 2023
Halaman: Kiat Memilih Broker Finex Atau Gkinvest Untuk Day Trading

Komentar[1]    
  Ardiansyah   |   12 Dec 2022

Saya sebenarnya agak skeptis dengan sekelompok orang yang menganggap bahwa perbankan itu rumit dan tidak privasi. Dimana seperti yang dijabarkan oleh penulis :

"DeFi 2.0 dimaksudkan sebagai terobosan revolusioner dalam jasa keuangan, di mana siapapun dapat terlibat tanpa terhalang oleh kompleksitas peraturan atau birokrasi bank-bank sentral, terutama dalam hal persyaratan pinjaman, perhitungan nilai jaminan, dan sistem pembayaran peer-to-peer".

Padahal peraturan bank ditujukan agar keuangan tetap sehat dan juga perbankan tentunya membantu kita dalam menentukan kemampuan kita dalam membayar pinjaman dan perhitungan nilai jaminan lebih detail lagi.

Saya pribadi kurang tau maksud dari "kompleks" yang dimaksud. Kalau kripto dengan membebaskan atau menyerdehanakan beberapa birokrasi yang sebenarnya sudah bagus itu akan cukup berbahaya sebenarnya. Birokrasi perbankan yang kompleks saja masih banyak kekurangannya apalagi disederhanakan?

Ini hanya pendapat saya, karena saya orangnya memang sekali lagi skeptis dengan kripto