PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) akan membagikan dividen senilai Rp2.5 miliar dari laba tahun buku 2023, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mengalami penurunan kinerja keuangan pada kuartal I/2024, pendapatannya berkurang 10.49% secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Top losers LQ45 terdiri dari: PT Mitra Pack Tbk (PTMP) -4.20%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) -2.90%, PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) -2.60%, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di awal perdagangan hari ini, turun 0.49% ke 7,120, 7 jam lalu, #Saham Indonesia

Investasi ETF Vs Reksadana, Mana Yang Terbaik?

Febrian Surya 22 Sep 2020
Dibaca Normal 13 Menit
bisnis > keuangan >   #investasi-reksadana
Walaupun sama-sama produk reksadana, ETF dan reksadana ternyata memiliki perbedaan yang perlu diketahui oleh investor. Apa sajakah itu? Manakah yang terbaik?

DI

ETF dan reksadana merupakan produk investasi hasil racikan Manajer Investasi (MI). Walaupun memiliki perbedaan nama, namun kedua produk investasi tersebut sejatinya merupakan reksadana. Hal yang membedakan adalah, saat kamu berinvestasi ETF, kamu membeli semua saham yang ada di suatu indeks di Bursa Efek Indonesia (BEI), misalnya LQ45.

Portofolio investasi yang ditawarkan oleh ETF dan produk reksadana biasa juga berbeda. Bila kamu investasi di reksadana, kamu bisa membeli produk reksadana yang berisikan saham, instrumen pasar uang, dan pendapatan tetap. Sementara itu, ETF hanya menawarkan indeks saham atau obligasi.

Investasi ETF Vs Reksadana

Dalam dunia investasi, ETF mungkin masih terdengar asing bagi sebagian investor pemula, lantaran masih jarang diinvestasikan oleh masyarakat. Pasalnya, mereka lebih memilih untuk membeli produk reksadana biasa lewat agen penjualan reksadana.

Baca juga: Tips Investasi Reksadana Bagi Investor Pemula

Nah, biar kamu nggak tambah bingung dengan apa itu ETF serta perbedaannya dengan produk reksadana biasa, kamu bisa simak penjelasannya di sini.

 

 

Apa Itu ETF?

ETF adalah singkatan dari Exchange Traded Fund, yakni reksadana berbentuk kontrak kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jadi, karakteristik dari investasi ETF adalah menggabungkan produk reksadana berbentuk terbuka (open ended fund) dan saham (common stock).

 

Perkembangan Investasi ETF

Investasi ETF mungkin baru beberapa tahun terakhir mulai banyak diinvestasikan di Indonesia. Namun, sejarah mencatat bahwa investasi ETF bukanlah sebuah produk investasi baru. Instrumen ini sudah ada sejak 1990 saat ditransaksikan pertama kali di Bursa Efek Toronto.

Investasi ETF mulai berkembang ke Amerika Serikat pada 1993, lalu mulai dikenal dan ditransaksikan di Eropa pada 1997. Di Indonesia, investasi ETF pertama kali ditransaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2007. Produk ETF pertama di Indonesia adalah R-LQ45X yang diracik oleh IndoPremier Sekuritas.

Sesuai namanya, R-LQ45X mengacu kepada kinerja indeks saham LQ45, atau kumpulan 45 perusahaan yang dinilai dari sisi likuiditas dan nilai kapitalisasi pasar dan selalu diperbarui setiap 6 bulan sekali.

Indeks Saham(Baca juga: Mengenal Apa Itu Indeks Saham Dan Beragam Manfaatnya)

Berdasarkan info Otoritas Jasa Keuangan (OJK), minat investor kepada produk ETF di Indonesia semakin tinggi, setidaknya dalam periode 5 tahun antara 2015 hingga 2019. Pertumbuhan dana kelolaan ETF pada periode tersebut terhitung naik dari Rp2.6 triliun menjadi Rp15 triliun.

Hingga April 2020, tercatat setidaknya ada 33 produk ETF yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun, tren investasi ETF di Indonesia masih kalah jauh dibanding instrumen pasar modal lainnya seperti reksadana dan saham.

 

Perbedaan ETF vs Reksadana

Seperti yang sudah dijelaskan di awal artikel ini, ETF dan reksadana sama-sama diterbitkan oleh Manajer Investasi (MI). Tetapi, cara berinvestasi kedua produk tersebut memiliki perbedaan dari sisi:

 

Perdagangan

ETF memiliki karakteristik reksadana tertutup. Saat kamu sudah membeli suatu produk ETF yang diterbitkan oleh Manajer Investasi (MI), kamu tidak bisa menjualnya kembali ke Manajer Investasi (MI). Transaksi harus lewat mekanisme jual beli di BEI berdasarkan pergerakan harga secara real time selama jam perdagangan, dan dengan indeks saham yang menjadi acuan underlying asset-nya.

Di lain pihak, produk reksadana saham umumnya memiliki karakteristik reksadana terbuka. Artinya, investor yang telah membeli produk reksadana di Manajer Investasi (MI) bisa menjual aset tersebut kembali kepada Manajer Investasi dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) saat itu juga.

Baca juga: Rekomendasi 5 Manajer Investasi Reksadana Unggulan

Dalam perdagangan ETF, ada istilah dealer partisipan pasar primer yang menyediakan likuiditas (order beli dan jual) bagi investor ETF. Sementara itu, perdagangan untuk produk reksadana biasa bisa melalui Manajer Investasi (MI) maupun agen penjualan reksadana.

 

Minimal Pembelian

Minimal investasi untuk ETF dan reksadana biasa juga berbeda. Jika kamu berinvestasi ETF, kamu harus membeli minimal 1 lot (100 lembar saham) saat melakukan pembelian di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun bila lewat dealer partisipan pasar primer, kamu perlu membeli ETF dalam jumlah yang lebih banyak yakni 1000 lot (100ribu unit).

Minimal Pembelian ETF vs Reksadana

Lalu, bagaimana dengan minimal investasi di reksadana biasa? Di reksadana biasa, kamu hanya perlu berinvestasi minimal 1 unit saja, yang bisa dimulai dari nominal Rp10,000 di agen penjualan reksadana. Namun, minimal biaya investasi reksadana biasa lewat agen penjualan reksadana berbeda-beda, tergantung dari level produk reksadana yang mereka tawarkan.

Baca juga: Mengenal Jenis-Jenis Reksadana

Mengapa terdapat perbedaan biaya minimal investasi ETF vs reksadana konvensional yang sangat drastis? Pada dasarnya, membeli ETF sama halnya dengan membeli seluruh saham-saham yang terdapat di dalam indeks saham acuan misalnya LQ45. Sedangkan jika kamu membeli reksadana saham biasa, kamu hanya membeli beberapa saham saja yang sesuai dengan racikan Manajer Investasi (MI) lewat produk reksadana saham.

 

Underlying Asset

Instrumen investasi yang ditawarkan oleh ETF berupa saham dan obligasi yang mengacu kepada indeks, sedangkan reksadana biasa memiliki portofolio dari berbagai jenis instrumen investasi yang lebih luas, seperti obligasi, deposito, saham, dll.

Untuk obligasi, perlu diketahui bahwa aset satu ini dikenal tidak likuid untuk diperdagangkan. Belum lagi, obligasi memiliki jatuh tempo. Tetapi bila kamu membeli ETF obligasi dari dealer partisipan, obligasi yang kamu miliki masih tetap likuid karena investor bebas untuk memperjualbelikan aset tersebut di saat jam perdagangan.

Risiko Obligasi(Baca juga: Risiko Obligasi: 4 Hal Ini Harus Diwaspadai Investor)

Misalnya, bila kamu membeli ETF obligasi antara 1-3 tahun, obligasi-obligasi yang sudah di bawah 1 tahun akan dijual oleh dealer partisipan untuk dibelikan obligasi yang baru di bawah 3 tahun. Tetapi, investor tidak dijamin uangnya kembali saat berinvestasi ETF obligasi semacam ini, karena tidak memiliki tanggal jatuh tempo.

Hal ini tentunya berbeda bila kamu berinvestasi obligasi (individual). Kamu bisa tetap menerima kembali uang yang kamu investasikan berdasarkan tanggal jatuh tempo, walaupun suku bunga mengalami penurunan sekalipun.

 

Nilai Aktiva Bersih (NAB)

Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang diperoleh investor ETF berasal dari penjumlahan semua saham-saham yang ada di produk ETF, dan bisa ditambah dengan nilai tunai bila ada saham-saham yang membagikan dividen

Dalam berinvestasi ETF saham, kamu bisa digambarkan sebagai seorang pembeli yang sedang membeli satu keranjang berisikan 50 saham.

Misalnya, jika NAB Rp100,000 untuk satu sahamnya, maka bila ada 50 saham di dalam keranjang tersebut, berapa jumlah uang yang perlu kamu bayarkan?

Jawabannya tentu sangat sederhana. Uang yang kamu perlu bayarkan adalah Rp100,000 x 50 = Rp 5,000,000. Bila dalam beberapa waktu kemudian nilai NAB mengalami kenaikan menjadi Rp110,000, nilai investasi ETF saham yang kamu miliki akan menjadi Rp110,000 x 50 = Rp 5,500.000. Artinya, kamu sudah meraup keuntungan Rp500,000 dari investasi awal.

Hal ini juga sama halnya ketika kamu ingin menghitung NAB reksadana milikmu. Yang perlu diketahui, Nilai Aktiva Bersih (NAB) untuk ETF bisa berubah-ubah setiap detiknya selama jam perdagangan masih dibuka. Di lain pihak, NAB reksadana biasa hanya mengalami perubahan setelah penutupan jam perdagangan.

 

Harga

Harga ETF bisa dimulai dari nominal berapapun, sedangkan harga reksadana pertama dimulai dari Rp1,000. Biasanya, harga dibuat sama dengan indeks acuan sehingga bisa memudahkan pemantauan perbandingan dengan indeks acuan.

Investor dapat menjual dan membeli harga ETF di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam satuan 1 lot yang setara 500 unit penyertaan. Namun, transaksi ini hanya diperuntukkan bagi investor ritel yang dinilai bertransaksi dalam jumlah kecil.

 

Kelebihan ETF

Setelah membandingkan ETF vs reksadana dari sisi perdagangan, underlying asset, minimal pembelian, hingga bagaimana cara menghitung Nilai Aktivasi Bersih (NAB) dan harga, kini saatnya kita membahas lebih dalam lagi tentang investasi ETF, dan mengetahui apa saja kelebihan yang bisa diperoleh investor.

Kelebihan ETF

 

Risiko Lebih Kecil Dan Terukur

Dengan memiliki portofolio saham yang mengacu kepada indeks saham seperti LQ45, maka risiko akan lebih minim jika dibandingkan dengan membeli saham secara langsung. Mengapa?

Ketika kamu membeli saham secara langsung, kinerja portofolio investasimu ditentukan oleh kinerja dari masing-masing saham yang dikoleksi. Misalnya saja, kamu berinvestasi di saham A, dan harga saham tersebut turun di bawah harga beli. Tandanya, kamu sudah mengalami penurunan nilai investasi.

Sementara itu, kinerja ETF saham ditopang oleh seluruh saham-saham yang masuk ke dalam indeks acuan. Sehingga, nilai kerugianmu tidak hanya dipengaruhi oleh satu atau dua saham saja, melainkan pengerakan indeks harga yang menjadi acuannya. Selama nilai indeks saham tersebut masih hijau, maka kamu masih untung.

Selain risiko yang kecil, investasi ETF juga lebih terukur. Lantaran, kamu tidak perlu repot-repot harus menganalisa saham satu per satu yang ingin kamu beli dengan melibatkan banyak tenaga dan waktu. Hal itu karena semua pergerakan harga yang terjadi hanya mengacu kepada satu hal saja, yakni indeks yang menjadi acuan.

Belum lagi, indeks saham yang menjadi acuan seperti LQ45 diisi oleh perusahaan-perusahaan besar yang memiliki fundamental terjamin dari sisi manajemen hingga keuangan.

 

Lebih Transparan

Kelebihan lain ETF sebagai produk investasi bagi investor adalah berkaitan dengan transparansi. Investor pasti tidak mau memilih aset investasi seperti membeli kucing dalam karung. Untuk memastikan potensi profit dan risiko, mereka tidak akan langsung saja percaya apa yang dijanjikan oleh Manajer Investasi (MI) terkait komposisi aset investasi. Harus ada sebuah draft yang menunjukkan komposisi aset agar investor bisa mencari tahu lebih lanjut terkait risiko investasi tersebut.

ETF lebih transparan

Di reksadana, Manajer Investasi (MI) wajib mempublikasikan 10 efek terbesar. Sedangkan untuk produk ETF, pihak penerbitnya akan selalu mempublikasikan komposisi asetnya kepada investor secara berkala. Selain itu, ETF pasif yang mengacu ke indeks saham tertentu bisa semakin memudahkan investor untuk mengetahui seluruh saham-saham yang dibeli, dan bisa mempermudah investor untuk mengukur risiko investasi.

 

Proses Jual-Beli Lebih Cepat

Kecepatan dalam hal bertransaksi untuk produk investasi tentunya menjadi harapan bagi setiap investor di luar sana. Dengan cepatnya proses jual-beli yang bisa dilakukan, pastinya investor tidak akan ketinggalan momen untuk menangkap peluang dari pergerakan harga yang diinginkan. Saat kamu berinvestasi ETF, kamu bisa berinvestasi layaknya di pasar saham; kamu bisa keluar masuk pasar sesuai keinginanmu.

Bila kamu membeli ETF di bawah Satu Unit Kreasi (100,000 unit penyertaan), kamu masih tergolong sebagai investor ritel dengan jumlah transaksi yang sedikit. Untuk pembelian di bawah Satu Unit Kreasi, kamu bisa membeli di pialang saham. Sementara untuk transaksi di atas 100,000 unit penyertaan, kamu bisa menghubungi dealer partisipan atau perusahaan sekuritas.

 

Hemat Waktu Dan Tenaga

Investor milenial saat ini gencar mencari jenis instrumen investasi yang bisa diakses secara online. Lantaran, aktivitas investasi seperti ini tidak buang-buang waktu dan tenaga; hanya melalui laptop atau smartphone bisa membeli atau menjual produk investasi.

Platform Online ETF(Kunjungi juga: Pusat Informasi Fintech)

Khusus untuk investasi ETF, kamu tidak hanya bisa melakukannya lewat aplikasi online, karena kamu juga tidak perlu terus memantau terus aset-asetmu satu per satu. Untuk memonitor, kamu hanya perlu mengetahui pergerakan indeks saham atau obligasi yang menjadi acuan produk ETF. Kamu hanya perlu duduk santai seperti kamu sedang berinvestasi di reksadana. Lantaran, ETF adalah produk investasi yang menggabungkan karakteristik saham dan reksadana tertutup.

Sementara itu, investasi saham biasa tidak akan bisa terlepas dari grafik dan pergerakan harga. Hal ini bisa berdampak pada kesehatan dan psikis seorang investor hingga menyebabkan kesulitan tidur akibat takut ketinggalan momen dari pergerakan harga saham-saham yang dimiliki.

 

Likuiditas Tetap Terjaga

Walaupun popularitas ETF masih kalah jauh dibanding saham dan reksadana dari kacamata investor, namun menyoal likuiditas ETF kamu nggak perlu khawatir karena akan dibantu oleh dealer partisipan yang siap membantu.

Likuiditas ETF

Pihak dealer partisipan bisa memasukkan order jual dan beli ke pasar primer maupun pasar sekunder agar aset-aset milik investor tetap bisa terjaga likuiditasnya. Oleh sebab itu, dealer partisipan juga disebut sebagai penyedia likuiditas. Bahkan, untuk investor yang baru pertama kali ingin berinvestasi di ETF, kamu bisa membeli produk-produk ETF tertentu mulai dari Rp10,000 saja.

 

Pilih ETF Dari Saham Yang Suka Bagi-Bagi Dividen

Dividen merupakan momen yang ditunggu oleh setiap investor saham di luar sana. Penentuan pembagian dividen ini berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Untuk mendapatkan opsi ETF yang memungkinkan pendapatan melalui dividen, kamu bisa mengacu kepada indeks IDX High Dividen 20.

Dividen Saham(Kunjungi juga: Jadwal Pembagian Dividen Saham Indonesia)

Indeks ini merupakan kumpulan dari berbagai saham yang rutin memberikan dividen kepada investor setiap tahunnya, dengan imbal hasil (yield) dividen yang relatif besar. Selain itu, perusahaan yang termasuk ke dalam indeks IDX High Dividen 20 adalah perusahaan yang memiliki tranksasi perdagangan mencapai lebih dari Rp1 miliar per harinya, sudah tercatat di BEI selama 3 tahun, dan memiliki nilai kapitalisasi pasar yang besar pula. Sebagai informasi, indeks IDX High Dividen 20 termasuk anak baru di Bursa Efek Indonesia (BEI), karena baru diluncurkan pada Mei 2018 silam.

 

Yang Perlu Diperhatikan Dalam Investasi ETF

Di balik kelebihan-kelebihan yang sudah dijelaskan sebelumnya, satu persepsi yang selalu dianggap sama oleh semua investor adalah tidak ada satu pun produk investasi yang bebas 100% risiko. Hal ini pun berlaku untuk produk ETF.

Faktanya, ETF memiliki risiko penurunan harga saham yang fluktuatif. Faktor ini disebabkan oleh kebijakan moneter Bank Indonesia seperti bunga bank dan nilai tukar mata uang, serta isu-isu geopolitik ataupun ekonomi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Selain itu, investor juga perlu menanggung biaya-biaya saat berinvestasi ETF seperti pajak capital gain, biaya spread, biaya premium, biaya diskon, dan masalah likuiditas (karena pasar ETF masih belum seramai reksadana dan saham).

 

Mana Yang Terbaik?

Satu hal yang perlu diluruskan saat berinvestasi adalah tidak ada produk investasi terbaik yang dipatenkan secara universal. Hanya ada produk investasi yang lebih baik dibanding investasi lainnya, itupun bisa berbeda untuk setiap investor karena harus disesuaikan dengan profil risiko masing-masing.

Bila kamu tidak begitu mementingkan biaya-biaya yang dibebankan saat berinvestasi ETF, kamu bisa memilih ETF sebagai pelabuhan investasi. Namun bila kamu adalah investor yang merasa keberatan dengan mahalnya biaya investasi ETF, kamu lebih baik berinvestasi di reksadana konvensional, karena reksadana bebas pajak dan bebas biaya transaksi jual beli.

Yang jelas, baik ETF maupun reksadana menyediakan model perhitungan keuntungan secara otomatis. Tujuan investor dalam menempatkan dananya di sejumlah instrumen investasi adalah untuk mendapatkan potensi keuntungan dari naiknya nilai investasi yang dimiliki.

Pilihlah Produk ETF yang Memiliki Saham Perusahaan yang Suka Bagi-Bagi Dividen

Untuk menghitung hasil keuntungan saat berinvestasi di ETF atau reksadana, kamu tidak perlu repot-repot melakukannya sendiri. Bila kamu membeli melalui perusahaan sekuritas yang mendukung layanan online via aplikasi, kamu bisa mendapatkan alat hitung otomotis yang lebih akurat dan efektif dibanding harus menghitungnya secara manual.

 

Selain ETF dan Reksadana, alternatif investasi yang tak kalah menjanjikan adalah emas. Logam mulia ini merupakan aset klasik yang sejak dulu dianggap selalu mengalami kenaikan harga. Sebagai permulaan, Anda bisa mempelajari 7 Cara Investasi Emas Yang Terbukti Aman Dan Menguntungkan.

Terkait Lainnya
 
PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) akan membagikan dividen senilai Rp2.5 miliar dari laba tahun buku 2023, 7 jam lalu, #Saham Indonesia

PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mengalami penurunan kinerja keuangan pada kuartal I/2024, pendapatannya berkurang 10.49% secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, 7 jam lalu, #Saham Indonesia

Top losers LQ45 terdiri dari: PT Mitra Pack Tbk (PTMP) -4.20%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) -2.90%, PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) -2.60%, 7 jam lalu, #Saham Indonesia

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di awal perdagangan hari ini, turun 0.49% ke 7,120, 7 jam lalu, #Saham Indonesia

USD/CAD: Area Support di level 1.3600 memegang kunci menjelang PDB kuartal pertama AS, 1 hari, #Forex Teknikal

Schnabel, ECB: Bank sentral paling mengkhawatirkan upah dan jasa, 1 hari, #Forex Fundamental

XAU/USD turun efek meredanya konflik timur tengah, 1 hari, #Emas Fundamental

EUR/USD bergerak lebih tinggi karena data AS mengecewakan, 1 hari, #Forex Fundamental

Pound Sterling bergerak lebih tinggi di tengah optimisnya prospek Inggris dan penurunan dolar As, 1 hari, #Forex Fundamental

Pertumbuhan Ekonomi akan tetap kuat, meskipun melambat dari kuartal IV, 1 hari, #Forex Fundamental

EUR/JPY terus naik di atas level 166.50 di tengah kondisi jenuh beli, 1 hari, #Forex Teknikal

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) membukukan penjualan bersih sebesar Rp10.07 triliun, turun 4.95% YoY, 1 hari, #Saham Indonesia

Top losers LQ45 terdiri dari: PT Mitra Pack Tbk (PTMP) -10%, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) -2.16%, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) -1.77%, 1 hari, #Saham Indonesia

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di awal perdagangan hari ini, turun 0.33% ke 7,151, 1 hari, #Saham Indonesia

PT Menthobi Karyatama Raya Tbk (MKTR) mengungkapkan proyeksi pertumbuhan pendapatan sebesar 51% untuk tahun 2024, 1 hari, #Saham Indonesia


Komentar @inbizia

Reksadana memang jadi salah satu cara berinvestasi yang simpel dan murah. Bahkan, semua orang bisa menyisihkan uangnya agar tiap bulan bisa memperbaharui portfolionya. Tapi, tolong diingat ya teman-teman, kalau dalam berinvestasi apapun, jangan menggunakan uang dapur. Istilahnya, pastikan dulu uang yang digunakan itu benar-benar uang yang sudah tidak terpakai dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bukan apa-apa, kayak yang dibilang mimin di artikel di atas, kita harus siap dengan risiko-risiko yang kemungkinan akan timbul. Bukan hanya siap dapat cuan berkali-kali lipatnya. Tapi siap juga untuk teliti, smart, dan tahu bidang apa yang kita masuki tersebut. Jadi, harus mau belajar banyak agar dapat meminimalkan risiko-risiko yang mungkin akan terjadi.

Yang lebih ditekankan lagi; kita juga harus mengenal diri kita sendiri, sebagai tipe investor yang mana. Risk taker, risk averse atau moderat. Kalau kita agresif (risk taker) dalam mengejar cuan tanamkan prinsip: siap kaya dari reksadana, berarti harus siap miskin juga dari ini.

Kalau yang moderat, biasanya memilih reksadana jenis campuran. Biasanya jenis investor ini paham kalau investasi reksadana bisa bergerak naik dan turun. Ini tipe yang berjaga-jaga kalau pasar sedang turun, setidaknya ada jenis lain yang mendapatkan pasar naik. Jadi meskipun keuntungannya nggak drastis banget gitu, tetap ada cuannya bos.

Nah, tapi yang ane bingung nih yang tipe konservatif alias main aman gini, dapat keuntungannya biasanya dalam jangka waktu lama, apa bisa juga dalam jangka dekat dapat keuntungan yang tinggi?

 Doni |  16 Nov 2022
Halaman: Cara Investasi Reksadana Untuk Pemula Mulai Dari Nol

Deposito penalti adalah denda yang dikenakan kepada nasabah bank jika nasabah tersebut menarik dana deposito sebelum jatuh tempo yang telah ditentukan.

Denda ini dikenakan untuk mengurangi kerugian bank yang disebabkan oleh penarikan dana sebelum jatuh tempo, karena bank memperoleh pendapatan dari bunga deposito.

Nah, ini yang perlu digarisbawahi: deposito penalti hanya dikenakan jika dana ditarik SEBELUM jatuh tempo. Jadi kalau kita menaruh deposito dan tetap hold sampai masa jatuh tempo selesai, tidak akan kena penalti.

Jadi memang sebenarnya deposito itu investasi untuk orang yang dananya sudah cukup gede, punya banyak uang dingin yang tidak butuh dipakai urgent.

Untuk yang dana masih terbatas tapi ingin memutar dana, bisa diversifikasi investasi ke Reksadana online saja yang lebih fleksibel, modalnya kecil, dan tidak ada penalti penarikannya.

 Sefiana |  14 Jan 2023
Halaman: Perhitungan Dan Pengelolaan Bunga Deposito

Yang Anda @Tiara sebutkan dan sarankan tersebut sudah termasuk jenis investasi emas digital. Karena si Investor tidak secara langsung menyimpan emas fisik. Dan mungkin emas digital bisa menjadi alternatif lain untuk @Ratu.

Karena nantinya dalam jangka waktu yang sudah ditentukan Anda bisa mencetak emas tersebut dan tetap mendapatkan emas fisik, yang benar-benar murni, tanpa campuran logam apa pun.

Dan memang risikonya jika Anda sudah memiliki emas secara fisik, harus ada tempat penyimpanan yang aman, dan itu tidak bisa dihindari lagi.

Mungkin @Ratu juga bisa mencoba investasi emas yang lain, misalnya seperti reksadana emas. Jenis investasi reksadana emas merupakan investasi bagi Anda yang memang tidak ingin ribet, tapi bisa mendapatkan keuntungan lumayan besar.

Jika memang memerlukan alternatif lainnya, Anda mungkin bisa cek di sini

 Meimei |  25 Jan 2023
Halaman: Kesalahan Investasi Emas Dan Cara Menghindarinya

Mau numpang nanya nih min, gw emang sering denger ttng reksadana dan itu mrpkan slh satu jenis investasi, tp gw blm paham2 bener nih ttg investasi itu. Jd gw mo nanya gimna sih crnya investasi reksadana?

Trus apa investasi reksadana itu langkah2nya ribet ya? Itu sih yg gw denger dr temen, ktrnya butuh macem2 utk bs inves reksadana, gak smudah klo kita inves emas, dolar, forex atau saham.

Kata temn gw lg nih, klo inves reksadana ktnya jg dikit untungnya jd gak cocok utk investor pemula apalgi yg utk org br mau mulai masuk ke dunia reksadana ini. Bener gak sih min? mhon ptnjuk dan informasinya ya min. thanks.

 Martha |  13 Sep 2023
Halaman: Peluang Investasi Saat Dolar As Melemah

Martha: hai kak...

jd gini kak, sbnrnya reksadana itu sederhananya mrpkan tmpat dana kolektif dr bbrapa org atau investor yg kmudian dikelola utk investasi.

bntuk investasinya mcem2 kak, bs deposito, obligasi, atau saham melalui prusahaan manager investasi yg lgsung diawasi oleh OJK.

nah di perusahaan investasi itu ada org yg sangat ahli dan bersertifikasi dan dipercaya utk mengelola kumpulan dana investasi.

Nah untuk memulai investasi mungkin kakak bs belajar investasi reksadana di sini

sebenernya gak perlu pake ribet kok klo mau investasi reksadana, apalagi saat ini udah bnyk aplikasi online yg nyediain fitur investasi reksadana, tinggal klik aja dan gak perlu modal yg banyak.

klo masalah untung atau rugi sbnrnya semua jenis investasi sama kok, bisa untung dikit, untung banyak, bahkan bisa rugi jd wlpun msh pmula gak perlu takut deh kak utk coba inves reksadana.

 Okky |  15 Sep 2023
Halaman: Peluang Investasi Saat Dolar As Melemah

pagi semuanya, artikelnya cukup menarik dan menambah wawasan ttg investasi reksadana.

Setlah bc2 artikel di atas sy sbnrnya ckp tertarik utk investasi reksadana, sptnya slh satu investasi yg menjanjikan dan aman. tp jujur aja nih klo sy blm tau bener utk mulai bisnis atau investasi reksadana ini. Jd gw pengen tau nih gmn langkah awal utk sy bs investasi di reksadana ini. jika ada senior2 yg udah pnglamn di bdng ini mhn sharing donk ilmunya.

Trus sy juga mau tanya nih, sbnrnya apa sih manager investasi itu? apa tempat perusahaan yg nyediain reksadana atau gimana? trus apa bener kita bisa mulai investasi reksadana ini melalui berbagai aplikasi? apakah bener2 aman tuh jika kita investasi lewat aplikasi?

 Nina |  19 Sep 2023
Halaman: Potensi Keuntungan Investasi Reksadana

Kirim Komentar Baru