Yield Farming dan Staking adalah dua tren investasi kripto yang patut diketahui. Untuk tahu mana yang paling cuan, simak penjelasannya.
Ini dia bahasan yang penting untuk disimak kaum milenial dan Gen Z, yaitu cara menambah passive income lewat investasi kripto. Usut punya usut, belakangan ini lagi populer istilah Staking sama Yield Farming.
Sekilas, dua hal ini memiliki mekanisme yang sama. Investor menitipkan sejumlah dana dalam kurun waktu tertentu sebelum menikmati imbal hasil sepersekian persen dari modal setoran.
Meskipun serupa, ada beberapa perbedaan penting yang harus diperhatikan investor pemula agar dapat cuan maksimal. Yuk cek satu-satu detailnya.
Nabung Gaya Kekinian, Yield Farming Vs Staking
Kegiatan menabung saat ini tak terbatas hanya dengan instrumen konvensional seperti deposito saja. Banyak lembaga-lembaga finansial menyediakan alternatif lain dengan potensi cuan bahkan lebih tinggi daripada deposito.
Yang menarik tentu saja besarnya imbal hasil dari kegiatan menabung tersebut. Misalnya saja, Crypto Staking rata-rata mampu menghasilkan 10% sampai 20% APY (return per tahun), hampir dua kali lipat rata-rata imbal hasil deposito. Di lain sisi, Yield Farming juga menawarkan potensi cuan yang tak kalah menarik, bahkan sampai 100% APY!
Penasaran kan, bagaimana kedua alternatif tabung-menabung ini bisa menghasilkan passive income sebesar itu? Berikut adalah beberapa alasannya:
Likuiditas Besar dan Cepat Berputar
Likuiditas adalah faktor utama yang menentukan seberapa besar imbal hasil bertumbuh seiring waktu. Semakin besar likuiditas, semakin cepat transaksi berjalan, sehingga maka makin cepat pula potensi imbal hasil bertumbuh.
Sudah jelas pasar kripto memiliki likuiditas yang sangat besar. Total valuasinya saja mencapai lebih dari USD1 triliun, sementara volume transaksi harian lebih dari USD1 miliar. Dengan trafik transaksi sebesar itu, tak heran jika potensi imbal hasilnya lebih cepat daripada aset konvensional lain.
Baca juga: Top 10 Kripto dengan Market Cap Terbesar
Jumlah Nasabah Cepat Bertambah
Semakin banyak investor melirik aset kripto karena potensi cuan yang sangat besar. Tak heran jumlah nasabahnya pun juga bertambah dari hari ke hari. Dengan bertambahnya jumlah nasabah, tentu juga menambah kolam likuiditas total aset kripto terkait.
Proses menjadi nasabahnya pun sangat mudah dan cepat. Inilah faktor yang menyebabkan imbal hasil pasar kripto sangat kompetitif dibanding aset konvensional lain.
Teknologi Canggih
Pasar kripto dilengkapi dengan teknologi blockchain terdepan. Itu artinya, keamanan serta kecepatan transaksi lebih unggul dibanding perbankan tradisional. Teknologi blockchain ini selalu terbarukan (up-to-date) untuk menjamin pelayanan, kecepatan, dan keamanan terbaik.
Singkat kata, menabung di pasar kripto punya masa depan yang cukup cerah. Kalau kalian tidak mau ketinggalan, inilah saat terbaik untuk memulai investasi. Nah, berikutnya tinggal pilih bentuk investasi yang paling cuan.
Mana yang Cocok untuk Investor Pemula?
Untuk mempermudah pemahaman, berikut adalah perbedaan antara Staking dan Yield Farming:
Tujuan Pengumpulan Dana
Staking pada dasarnya adalah penawaran sejumlah dana sebagai alat jamin (Stake) selama proses validasi transaksi. Sejumlah dana tersebut akan dibekukan di e-wallet, di mana dana simpanan tak dapat ditransaksikan sampai periode Staking selesai.
Semakin besar jumlah Staking, semakin besar kemungkinan sistem untuk memilih e-wallet tersebut sebagai validator. Jadi, makin besar dana disimpan, makin besar pula imbal hasilnya nanti.
Simak Juga: Cara Dapat Passive Income di Fitur Staking Triv
Beda cerita dengan Yield Farming; imbal hasilnya didapat dari bunga proses peminjaman dana ke kolam likuiditas. Tujuannya adalah untuk meningkatkan likuiditas transaksi dan mendukung ekosistem DeFi.
Masa Penyimpanan
Sebelum menikmati imbal hasil dari tabungan, tentu nasabah harus bersabar mempercayakan alokasi dana sampai masa penyimpanan selesai. Hampir sama seperti deposito, alokasi dana di Staking tidak dapat ditarik atau ditransaksikan selama periode penyimpanan.
Simak Juga: Cara Menghasilkan Passive Income dari Staking Koin Tokocrypto
Sedangkan pada Yield Farming, beberapa platform memperbolehkan nasabah untuk menarik dana selama masa simpan, hanya saja imbal hasil akan berkurang sebagai kompensasi.
Bergantung dari jenis aset, masa simpan pada Yield Farming umumnya berbanding lurus dengan besarnya imbal hasil. Jadi semakin lama masa simpan, semakin besar imbal hasil nantinya.
Risiko
Risiko di sini adalah faktor-faktor eksternal dan internal yang dapat mengakibatkan kerugian selama masa investasi. Risiko dari Staking relatif lebih kecil dari Yield Farming karena sudah dijalankan secara otomatis oleh sistem blockchain yang seharusnya sangat aman.
Sementara itu, risiko Yield Farming sangat bervariasi karena pada dasarnya nasabah meminjamkan sejumlah dana ke pengguna lain. Yang perlu diperhatikan, selalu ada risiko default atau gagal bayar. Tetapi, risiko ini dibatasi oleh sistem dengan kebijakan-kebijakan tertentu seperti credit and background checking.
Karena ketiga faktor di atas, bisa disimpulkan Staking lebih cocok untuk investor pemula karena relatif aman dan nilai imbal hasilnya stabil selama masa penyimpanan. Di lain sisi, Yield Farming cocok bagi investor bermodal besar dengan selera risiko lebih tinggi karena potensi imbal hasilnya lebih menggiurkan.
Selain Staking dan Yield Farming, ada juga lho cara menghasilkan passive income dari Crypto Saving Account. Jadi, pilih saja mana yang paling sesuai untuk kalian, ya!