Dolar mulai menguat di tengah performa bullish Euro. Namun, sikap hawkish ECB dan perbedaan pandangan pejabat The Fed membuat kenaikan Dolar masih rentan.
Pada perdagangan hari Rabu (25/Mei), Indeks Dolar AS (DXY) bergerak menguat dan menjauhi level terendah sebulan yang tersentuh pada sesi sebelumnya. DXY menguat 0.36 persen pada kisaran 102.13 saat berita ini diturunkan. Reli Euro atas Dolar AS pun terhenti menjelang rentetan rilis data penting ekonomi AS minggu ini.
Euro memang menguat signifikan terhadap Dolar AS dalam beberapa sesi terakhir, terutama setelah pernyataan hawkish dari Christine Lagarde. Presiden ECB tersebut belum lama ini mengutarakan bahwa suku bunga kemungkinan besar akan berada di zona positif pada kuartal ketiga mendatang. Ia juga tidak melihat potensi terjadinya resesi di kawasan Eropa dalam waktu dekat sehingga mendasari sikap hawkish ECB untuk segera meninggalkan suku bunga negatif.
Baca juga: Pengaruh Suku Bunga Terhadap Perekonomian Suatu Negara
Lagarde menyiratkan bank sentral Eropa setidaknya akan menaikkan suku nunga sebesar 50 basis poin dalam waktu dekat. Analis melihat pergeseran sikap yang lebih hawkish ini sebagai upaya meredam gejolak inflasi yang memaksa bank sentral di banyak negara termasuk The Fed menaikkan rate secara agresif akhir-akhir ini.
Pernyataan dari orang nomor satu bank sentral Eropa itu seolah menjadi pelepas dahaga bagi mata uang Euro yang selama ini tertekan atas Dolar AS. Tak ayal, Euro menguat signifikan hingga menyentuh level tertinggi sebulan terhadap Dolar AS. Pelemahan Euro hari ini pun lebih disebabkan oleh koreksi terbatas karena pelaku pasar menghitung ulang dampak kenaikan suku bunga ECB terhadap outlook pergerakan Euro ke depannya.
Silang Pendapat di Tubuh The Fed
Sementara itu, pejabat The Fed mulai terpecah terhadap prospek suku bunga. Sebelumnya, presiden The Fed Kansas, Esther George, mengatakan bahwa suku bunga akan bertengger di kisaran 2.0 persen pada bulan Agustus. Namun, pernyataan berbeda justru dilontarkan oleh presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic, yang mengisyaratkan bahwa The Fed tidak boleh gegabah menaikkan suku bunga karena bisa menimbulkan "dislokasi ekonomi signifikan".
"Tidak jelas apakah kita semakin dekat dengan target suku bunga The Fed, tetapi kami melihat adanya hambatan pada ekonomi AS saat ini. The Fed tentu saja tetap berfokus pada inflasi sehingga kita perlu melihat data inflasi ke depan... Jika inflasi tampak menjinak, maka Bostic telah membuka prospek penangguhan rate hike," kata Tapas Strickland, ekonom senior National Australia Bank.