Data CPI Australia untuk kuartal IV 2022 mencapai rekor tertinggi lebih dari tiga dekade. Hal ini mendorong ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga RBA yang lebih agresif.
Data inflasi yang dirilis Biro Statistik Australia pada hari Rabu, 25 Januari 2023, mengonfirmasi kenaikan dari 7.3 persen ke 7.8 persen dalam basis tahunan. Hasil ini lebih tinggi dari ekspektasi kenaikan sebesar 7.5 persen, dan mencapai rekor tertinggi sejak 1990.
Dalam basis kuartalan (Quarter-over-Quarter), inflasi konsumen Australia naik dari 1.8 persen ke 1.9 persen, lebih tinggi ketimbang ekspektasi 1.6 persen.
Lonjakan harga terjadi pada beberapa sektor mulai dari makanan, bahan bakar, hingga biaya konstruksi. Harga makanan menanjak 9.2 persen yang merupakan level tertinggi sejak kuartal III 2006. Kenaikan juga terlihat pada biaya transportasi yang meningkat dari 8.0 persen menjadi 9.2 persen. Sektor properti dan perabotan masing-masing naik 10.7 persen dan 8.4 persen, begitu pula dengan kategori alkohol dan tembakau, kesehatan, hingga sektor hiburan.
Bank sentral Australia sejatinya telah melakukan rate hike sejak awal kuartal kedua tahun lalu untuk meredam laju inflasi. Namun, kenaikan suku bunga RBA sedikit diperlambat pada bulan September karena sejumlah kondisi perekonomian yang mengarah pada perlambatan inflasi. Dengan kenaikan inflasi pagi ini yang mencapai rekor tertinggi sejak 1990, pasar meyakini RBA akan kembali meningkatkan laju kenaikan suku bunganya.
Baca juga: Suku Bunga RBA Naik, AUD/USD Menguat
Merespon perkembangan situasi tersebut, AUD/USD menguat 0.76 persen hingga menyentuh kisaran 0.7097. Pair ini sebelumnya juga didukung oleh perbaikan minat risiko pasar global.
Dalam waktu dekat, rilis data GDP AS dan outlook suku bunga The Fed akan menjadi fokus pasar. Berbeda dari prospek suku bunga RBA, pasar justru mengekspektasikan The Fed untuk menurunkan laju rate hike dari 50 bps menjadi 25 bps. Pasalnya, inflasi AS telah menunjukkan penurunan beruntun dalam 4 bulan terakhir.