Perbandingan reksadana dan saham menunjukkan bahwa keduanya bisa untung sama besar, tetapi masing-masing cocok bagi karakter investor yang berbeda.
Dalam artikel sebelumnya, kita telah membahas berbagai keunggulan reksadana dan potensi keuntungannya yang luar biasa. Namun, bagaimana perbandingan reksadana dan saham? mana yang lebih menguntungkan diantara kedua wahana investasi keuangan ini? Sebenarnya, keduanya bisa sama-sama untung besar, tetapi cocok bagi karakter investor yang berbeda. Simak ulasannya dalam artikel ini.
1. Modal Minimal Investasi Reksadana Lebih Rendah
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi keuangan (Financial Technology) telah sedemikian pesat hingga muncul konsep baru penjualan reksadana via marketplace online. Sejumlah marketplace terkemuka telah ikut andil dalam tren ini, termasuk Bukalapak dan Tokopedia. Sementara itu, bermunculan pula situs yang khusus menjajakan beragam jenis reksadana secara online, seperti Bareksa dan Supermarket Reksadana.
Peningkatan persaingan antar agen penjual reksadana ini membuat spesifikasi produk yang ditawarkan pun makin menguntungkan bagi calon investor. Diantaranya dari segi modal minimal. Dahulu, pembukaan investasi reksadana akan membutuhkan dana mulai dari ratusan ribu hingga beberapa puluh juta. Kini, investasi reksadana bisa dimulai dengan dana hanya Rp10,000.
Di sisi lain, dalam rangka membumikan investasi saham, Bursa Efek Indonesia juga memangkas syarat modal minimal awal menjadi Rp100,000 saja dan volume perdagangan per lot hanya 100 lembar. Namun, standar minimal itu hanya berlaku untuk pembukaan rekening pada kesempatan tertentu saja. Pada umumnya pialang saham masih mengharuskan setoran awal minimal untuk pembukaan rekening efek antara 1-10 Juta Rupiah.
2. Investasi Reksadana Memungkinkan Diversifikasi Dengan Modal Lebih Rendah
Berdasarkan definisinya, reksadana adalah produk investasi yang menghimpun dana dari masyarakat untuk dialokasikan ke berbagai instrumen investasi, bukan hanya saham. Artinya, saat menanamkan dana pada suatu produk reksadana, di saat yang sama kita bisa punya portofolio yang terdiversifikasi antara saham, obligasi, deposito, dan lain sebagainya.
Memang ada jenis reksadana saham, tetapi dalam produk itu belum tentu semuanya dialokasikan ke instrumen saham karena syarat minimal hanya 80 persen dana yang terhimpun akan diinvestasikan pada saham. Selain itu, dalam satu produk reksadana saham, Manajer Investasi dapat membagi-baginya ke dua atau lebih emiten. Atau dengan kata lain, kita patungan bersama investor reksadana lain untuk membeli banyak saham sekaligus.
Contoh konkritnya: Umpama si A membeli suatu produk reksadana saham senilai Rp1,000,000, maka portofolionya bisa mencakup saham BBCA, BBRI, UNVR, dan lain sebagainya. Namun, jika si A ingin membeli saham sendiri dengan uang Rp1,000,000 tersebut, maka ia takkan bisa melakukannya karena harga saham BBCA saja saat ini sudah Rp26,275 per lembar, sehingga dibutuhkan modal Rp2,627,500 untuk membeli satu lot. Perbedaan reksadana dan saham inilah yang paling mencolok dan penting untuk dipertimbangkan calon investor pemula maupun berpengalaman.
3. Investasi Saham Membutuhkan Analisa Lebih Mendalam
Saat akan memilih saham untuk dibeli, seorang investor perlu menganalisa perusahaan penerbit (emiten) terlebih dahulu. Analisa saham bisa mencakup aspek fundamental, teknikal, hingga struktur manajemen perusahaan. Hal ini membuat banyak orang enggan berinvestasi saham karena malas mempelajari dunia baru yang kemungkinan jauh dari latar belakang pendidikannya sendiri.
Di sisi lain, pembelian reksadana cukup dilakukan dengan memeriksa prospektus yang sudah mencakup kebijakan investasi dan histori imbal hasil. Calon investor hanya perlu membandingkan keuntungan dan biaya yang akan diperoleh di masa depan, karena alokasi dana akan ditangani oleh Manajer Investasi. Manajer Investasi-lah yang bakal melakukan analisa hingga dicapai keputusan dana akan dibelikan instrumen apa atau saham apa.
3. Keuntungan Saham Diperoleh Dari Dua Sumber
Investasi saham menawarkan dua jenis keuntungan, yakni Capital Gain dan Dividen. Dividen makin tinggi akan diperoleh jika emiten memperoleh laba makin besar di masa depan. Sedangkan Capital Gain didapat jika harga saham meningkat dari waktu ke waktu. Asalkan calon investor dapat melakukan analisa dengan baik, maka mudah sekali untuk untung dari perusahaan yang bagus.
(Simak Juga: Jadwal Dividen Saham Indonesia)
Di sisi lain, profit investasi reksadana hanya akan diperoleh dari peningkatan Nilai Aktiva Bersih (NAB) atas dana yang dikelola oleh Manajer Investasi. Apabila Manajer Investasinya canggih, maka NAB bisa mencapai puluhan hingga ratusan persen dalam setahun. Namun, kalau Manajer Investasinya kurang bagus, maka NAB bahkan bisa lebih rendah dari bunga deposito tahunan ataupun kenaikan IHSG. Oleh karenanya, pembeli reksadana harus sangat peka pada reputasi Manajer Investasi dan wajib memeriksa histori imbal hasil.
4. Biaya Investasi Saham Lebih Rendah Ketimbang Reksadana
Masalah biaya tak bisa tidak dibahas jika kita membicarakan soal perbandingan reksadana dan saham. Untuk hal ini, saham lebih unggul karena fee jual/beli yang harus dibayarkan ke perusahaan sekuritas jauh lebih rendah dibandingkan berbagai fee yang harus dibayar investor ke Manajer Investasi.
Struktur biaya reksadana mencakup tiga jenis, yaitu Subscription Fee, Redemption Fee, dan Switching Fee yang masing-masing umumnya antara 1-5 persen. Seandainya Switching Fee digratiskan, maka kemungkinan diikuti dengan fee lain yang lebih tinggi. Di sisi lain, fee jual/beli saham untuk broker saham hanya antara 0.1-0.3 persen saja. Hal ini bisa dipahami, karena upaya Manajer Investasi untuk memilih instrumen investasi dan memastikan return yang tinggi itu tidaklah murah.
Dari uraian di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa perbedaan reksadana dan saham utamanya bukan terletak pada besar kecilnya keuntungan, melainkan dari karakter masing-masing dan kecocokannya bagi calon investor. Lebih jelasnya: Saham bisa lebih menguntungan dibandingkan reksadana, tetapi itu hanya jika kita bisa melakukan analisa dengan baik dan punya dana investasi memadai. Apabila kita masih tergolong pemula dan atau tidak punya waktu untuk mempelajari seluk beluk investasi saham sendiri, maka investasi reksadana akan menghindarkan kita dari kerugian sekaligus tetap profit cukup besar.