Dampak kebangkrutan SVB yang terjadi beberapa waktu lalu dapat dirasakan di berbagai aspek. Apa yang bisa dipelajari dari hal ini?
Beberapa waktu lalu, pasar sempat dikejutkan atas kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB). Sebagai informasi, SVB merupakan bank yang khusus menyediakan layanan untuk perusahaan-perusahaan start up di bidang teknologi. Kebangkrutan yang dialami SVB adalah kegagalan perbankan terbesar kedua dalam sejarah AS.
Sebetulnya, SVB sudah berusaha mengumpulkan dana untuk mencegah kerugian. Akan tetapi, kepanikan yang terlanjur melanda pasar membuat sejumlah investor mencabut modal mereka. Hasilnya, perusahaan yang sudah berjalan lebih dari 40 tahun itu harus mengalah pada keadaan. Lalu, bagaimana dampak kebangkrutan SVB pada pasar keuangan? Sebelum membahas hal itu, mari menyelam lebih jauh tentang penyebab kebangkrutan SVB.
Penyebab Kebangkrutan SVB
Seperti diketahui sebelumnya, Silicon Valey Bank sudah memiliki pengalaman yang tidak main-main di industri keuangan AS. Lalu, bagaimana perusahaan sebesar itu bisa kolaps dalam waktu kurang dari 48 jam?
Menurut beberapa sumber, kenaikan suku bunga The Fed yang berlangsung sejak tahun 2022 adalah salah satu penyebabnya. Hal tersebut memang dilakukan bank sentral AS untuk menekan inflasi. Sayangnya, suku bunga tinggi juga menyebabkan banyak investor takut mengambil risiko. Akibatnya, klien SVB memilih untuk mencabut dananya karena khawatir akan risiko suku bunga tinggi.
Karena banyak klien yang menarik dana mereka, Silicon Valley Bank mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan likuiditas. Padahal, likuiditas sangat diperlukan untuk memenuhi permintaan klien yang mengajukan penarikan dana. Sebagai upaya mengatasi hal ini, SVB memutuskan untuk menjual saham mereka. Namun, hal ini memiliki dampak yang tidak diinginkan dan menyebabkan nilai saham perusahaan tersebut turun hingga 60%. Akibatnya, banyak investor yang enggan membeli saham tersebut dan berujung pada keputusan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) untuk menutup SVB.
Apa Saja Dampak Kebangkrutan SVB?
Meskipun peristiwa ini menimpa perusahaan keuangan di Amerika Serikat, bukan berarti dampaknya tak dirasakan di pasar keuangan global. Berikut ini sebagian dampak kebangkrutan SVB yang banyak menjadi sorotan pasar:
Anjloknya Saham Perbankan di Berbagai Negara
Dampak kebangkrutan SVB juga dirasakan oleh sejumlah bank di seluruh dunia sehingga menimbulkan krisis perbankan. Beberapa saham bank di Amerika Serikat, Asia, dan Eropa mengalami penurunan menyusul kebangkrutan Silicon Valley Bank. Investor khawatir bahwa kegagalan SVB akan menjalar ke perusahaan-perusahaan keuangan lain. Para investor pun menarik dana mereka dari sejumlah saham perbankan dan melikuidasi aset mereka. Salah satu bank ternama yang sangat terdampak adalah Credit Suisse setelah mengalami penurunan saham sebanyak 20% lebih. Untungnya, bank tersebut berhasil bertahan setelah diselamatkan oleh bank sentral Swiss. Meskipun demikian, kepercayaan masyarakat pada sektor perbankan belum sepenuhnya pulih.
Imbas Terhadap Suku Bunga
Sebagaimana diketahui, The Fed telah menaikkan suku bunga secara agresif sejak tahun 2022. Sebelum kasus yang terjadi pada SVB terungkap, The Fed dikabarkan berencana untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi lagi. Namun karena kenaikan suku bunga menjadi salah satu penyebab terbesar krisis perbankan, pelaku pasar meyakini jika krisis akan terus berlanjut apabila suku bunga masih dinaikkan secara agresif. Akibatnya, para ahli berspekulasi bahwa Federal Reserve mungkin akan mengurangi kenaikan suku bunga atau bahkan menurunkannya. Namun, The Fed mungkin akan mengevaluasi tingkat inflasi AS terlebih dahulu sebelum membuat keputusan tersebut.
Industri Terdampak
Perlu dicatat bahwa kebangkrutan SVB bukan hanya berdampak pada industri perbankan, tetapi juga pada berbagai sektor lainnya. Sebagai pemberi pinjaman, SVB merupakan mitra perbankan bagi hampir separuh dari perusahaan teknologi dan perawatan kesehatan di AS yang terdaftar di pasar saham tahun lalu. Oleh karena itu, kebangkrutan SVB juga berdampak pada perusahaan-perusahaan yang menjadi mitranya.
Salah satu contohnya adalah perusahaan online marketplace Etsy yang menjadi korban dari kejadian ini. Setelah kejatuhan SVB, Etsy mengalami penundaan pembayaran pada sejumlah penjual yang menggunakan platform tersebut untuk menjual produk mereka. Tentu saja, hal ini secara tidak langsung mempengaruhi pendapatan penduduk AS yang menggunakan platform tersebut sebagai sumber penghasilan.
Turunnya Kepercayaan Pasar
Meskipun sebenarnya SVB bukan termasuk 10 bank terbesar di AS, kejatuhannya sanggup merusak kepercayaan nasabah di Amerika Serikat. Kondisi ini menunjukkan bahwa beberapa perusahaan keuangan dalam posisi tertentu dapat menimbulkan persepsi sistemik. Ketika sebuah bank mengalami masalah likuiditas, bank tersebut akan menjual aset-asetnya. Namun, hal ini malah membuat nasabah merasa tidak aman dan akhirnya menarik dana mereka.
Apa yang Bisa Dipelajari?
Peristiwa yang menimpa SVB tergolong cukup masif dan memiliki dampak besar terhadap pasar global. Bukan hanya pengambil kebijakan saja yang perlu mencerna dampak kejatuhan SVB, namun para investor juga dapat belajar dari insiden ini.
Jangan Menyimpan Dana Terlalu Besar
Beberapa investor meyakini bahwa menyimpan dana di bank lebih aman. Pernyataan ini memang tidak salah, namun bukan berarti investor harus menyimpan seluruh dana mereka di satu tempat yang sama. Tak ada salahnya menyimpan dana dalam jumlah kecil untuk disebar di sejumlah bank berbeda. Jadi ketika salah satu bank ambruk seperti SVB, investor masih memiliki simpanan di tempat lain. Konsep ini sama halnya dengan menyebar portofolio investasi.
Lalu, berapa jumlah dana yang dapat disimpan dalam satu bank? Umumnya, setiap negara memiliki penjamin simpanan. Di Indonesia, hal ini diatur oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sementara AS memiliki FDIC (Federal Deposit Insurance Corporation). Keduanya memiliki aturan terkait batas penjaminan simpanan. Menurut beberapa ahli, ada baiknya uang yang disimpan berada di bawah batas maksimal yang telah diatur lembaga tersebut. Misalnya, FDIC hanya menjamin simpanan sebesar $250.000 atau Rp3.75 miliar, maka pastikan uang yang disimpan masih di bawah jumlah tersebut.
Perlunya Pedoman Krisis
Salah satu hal yang mempercepat kejatuhan SVB adalah kepanikan yang melanda para investor dan nasabahnya. Ketika bank tersebut mengumumkan butuh tambahan modal, kliennya justru menanggapi hal ini dengan panik dan beramai-ramai menarik dana. Kepanikan makin tak terkendali karena SVB tampak kurang sigap untuk melakukan tindakan dalam menenangkan para kliennya. Kegagalan upaya meyakinkan investor tentang apa yang sebetulnya terjadi menjadi salah satu penyebab mengapa kejatuhan SVB berlangsung sangat cepat.
Menurut Boston Consulting Group (BCG), ada baiknya bank menyiapkan pedoman untuk menghadapi peristiwa semacam ini. Pedoman ini memungkinkan pihak bank untuk berkomunikasi dengan lebih baik dalam hal internal maupun kepada kliennya. Tak perlu pedoman yang terlalu rumit, yang penting hal ini bisa dilaksanakan dengan cepat. Masing-masing tim harus memahami peran yang mereka mainkan supaya koordinasi di semua area bank bisa lebih maksimal.
Dampak Kejatuhan SVB di Indonesia
Apakah kejatuhan SVB berdampak pada Indonesia? Menurut Sri Mulyani, Menteri Keuangan Indonesia, dampaknya tidak seburuk krisis keuangan tahun 2008. Keterkaitan SVB dengan sektor keuangan Indonesia terbatas. Meskipun begitu, volatilitas pasar keuangan di Indonesia meningkat, terlihat dari indeks volatilitas pasar saham (VIX) dan indeks pasar obligasi (MOVE) yang naik. Hal tersebut adalah efek tidak langsung dari meningkatnya sentimen negatif akibat kejatuhan SVB. Namun secara umum, pasar keuangan di Indonesia masih relatif aman.