Dolar AS naik dan sempat mencapai level tertinggi 1 bulan berkat publikasi data retail sales yang impresif. Ekonom prediksi tekanan inflasi masih tetap tinggi.
Biro Statistik AS pada Senin malam mempublikasikan data Retail Sales yang meningkat 3.1% (Month-over-Month) selama bulan Januari. Angka ini lebih tinggi ketimbang ekspektasi untuk kenaikan 1.8% saja, sekaligus pulih setelah merosot 1.1 persen pada periode sebelumnya. Angka tersebut sukses mengerek pertumbuhan ritel tahunan dari 5.9 % menjadi 6.4%.
Market Pagi Ini: Inflasi Inggris Mengecewakan, Emas Tertekan Retail Sales AS
Data tersebut juga menorehkan pencapaian yang impresif dengan kenaikan 2.3% bulan lalu, jauh melampaui estimasi ekonom yang memperkirakan kenaikan 0.8%. Hal ini menunjukkan daya beli masyarakat terhadap kebutuhan pokok seperti makanan tetap tinggi ditengah trend kenaikan suku bunga dan inflasi AS.
"Data penjualan ritel AS yang terbaru tampil menyakinkan dan mengonfirmasi bahwa ekonomi AS di awal kuartal pertama memiliki permulaan yang lebih kuat daripada perkiraan sebelumnya. Kondisi ini turut memperkuat perlunya kenaikan suku bunga lebih tinggi dalam waktu yang lebih lama lagi," kata Katherine Judge, ekonom CIBC Capital Markets dalam sebuah catatan.
Nicholas Van Ness, ekonom Credit Agricole CIB memperkirakan akan ada 2 kali kenaikan suku bunga The Fed tahun ini, yaitu pada Maret dan Mei. Hal ini diperkirakan mendorong batas suku bunga final menjadi 5.25%.
Dolar AS Sempat Meroket
Indeks dolar AS awalnya sempat merayap naik dengan hati-hati sebelum rilis data Retail Sales setelah publikasi data inflasi konsumen kemarin menampilkan kondisi yang ambigu. Namun, sebagian analis menyakini tekanan inflasi ke depan masih tetap tinggi selama pasar tenaga kerja dan trend belanja ritel tetap seperti sekarang ini.
Indeks dolar AS meroket 0.75% hingga menyentuh 104.06, rekor tertinggi sejak bulan Januari. Penguatan ini merupakan imbas dari data penjualan ritel AS yang impresif. Namun, pada Kamis pagi, Greenback sudah terkoreksi pada kisaran 103.70.
Greenback juga sempat menguat lebih dari 1% terhadap dolar Australia, dolar New Zealand hingga Poundsterling. Sementara itu, pair EUR/USD melemah terbatas 0.6% pada kisaran 1.0650-an atau berada dekat batas terbawah dalam rentang konsolidasi yang terbentuk sejak pekan lalu.