Dolar AS melempem di tengah libur awal pekan sehubungan dengan pertimbangan pasar terhadap dampak kebijakan The Fed. Namun, Dolar masih ditopang BoJ.
Dolar AS bergerak melemah pada hari Senin (20/Juni) di kisaran 104.47. Transaksi di pasar finansial AS sedang sepi seiring dengan libur nasional dalam rangka Hari Kebebasan (Juneteenth).
Setelah melemah tajam pasca pengumuman kenaikan suku bunga SNB pekan lalu, Dolar AS sempat rebound pada hari Jumat. Namun, dolar kembali melemah akibat koreksi teknikal. Dolar AS juga melemah terbatas melawan mata uang mayor lainnya karena pasar sedang menghitung ulang dampak kenaikan suku bunga The Fed yang sangat agresif dalam beberapa bulan terakhir. EUR/USD naik hingga menembus level 1.0500, sedangkan AUD/USD menguat 0.7 persen seiring dengan perbaikan minat risiko global.
Akan tetapi, Dolar masih menguat terhadap Yen berkat pengumuman BoJ. Bank sentral Jepang tersebut belum lama ini kembali menegaskan akan mempertahankan kebijakan longgar. USD/JPY pun naik menembus level psikologis 135.00.
Perhatian pasar berikutnya akan tertuju pada sejumlah event penting yang masih berkaitan dengan kenaikan suku bunga. Ketua Bank Sentral AS, Jerome Powell dijadwalkan akan memberikan tetismoni di depan kongres pada Rabu dan Kamis minggu ini. Sebagian analis memperkirakan Powell akan menyinggung kenaikan suku bunga dan optimis Dolar akan mempertahankan trend bullish di tengah musim rate hike bank sentral.
"Kami melihat masih ada kekhawatiran di kalangan pelaku pasar terhadap pengetatan moneter agresif The Fed yang telah mendorong imbal obligasi AS meningkat pesat, menopang penguatan tajam Dolar," kata Osamu Takashima, kepala strategi FX G10 di Citigroup Global Markets Japan.
Takashima memperkirakan USD/JPY berpotensi melaju hingga 140.00 dalam 2 – 3 bulan ke depan, terlebih jika imbal obligasi AS naik dari 3.23 persen menjadi 3.75 persen.