Yen Jepang turun setelah tidak ada perubahan dari BoJ, fokusnya bergeser ke inflasi PCE As, 21 jam lalu, #Forex Fundamental   |   USD/CAD melemah mendekati 1.3650 karena harga minyak mentah yang lebih tinggi, PCE AS dipantau, 21 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Inflasi PCE inti As akan tunjukkan tekanan harga kuat karena pasar tunda prediksi penurunan suku bunga the Fed, 21 jam lalu, #Forex Fundamental   |   EUR/USD siperdagangkan dengan bias negatif, di atas level 1.0700 karena para pedagang menunggu indeks harga PCE AS, 21 jam lalu, #Forex Teknikal   |   PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) akan membagikan dividen senilai Rp2.5 miliar dari laba tahun buku 2023, 1 hari, #Saham Indonesia   |   PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mengalami penurunan kinerja keuangan pada kuartal I/2024, pendapatannya berkurang 10.49% secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, 1 hari, #Saham Indonesia   |   Top losers LQ45 terdiri dari: PT Mitra Pack Tbk (PTMP) -4.20%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) -2.90%, PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) -2.60%, 1 hari, #Saham Indonesia   |   Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di awal perdagangan hari ini, turun 0.49% ke 7,120, 1 hari, #Saham Indonesia

Pengaruh January Effect dalam Trading Saham

Cahyaning 10 Jan 2022
Dibaca Normal 8 Menit
bisnis > saham >   #trading-saham
Pengaruh January Effect merupakan topik yang menarik untuk didiskusikan. Tak jarang trader memanfaatkan fenomena ini untuk menjemput rezeki di awal tahun. Bagaimana pendapat ahli?

DI

Pernahkah Anda mendengar istilah January Effect? Jika Anda sering trading saham, tentu istilah ini sudah sangat akrab di telinga. January Effect merupakan fenomena peningkatan harga saham di awal tahun. Sebetulnya, keberadaan January Effect sendiri masih merupakan perdebatan di kalangan trader saham. Beberapa mempercayai adanya fenomena ini, sedangkan sisanya menganggap hal ini hanya mitos belaka. Akan tetapi, jika Anda tertarik untuk mencoba stock trading, maka tak ada salahnya mempelajari pengaruh January Effect.

Pengaruh January Effect

 

Berkenalan Dengan January Effect

January Effect merujuk pada hipotesis tentang anomali yang terjadi di pasar finansial, dimana harga saham terkerek naik di awal bulan Januari. Penguatan yang terjadi kadang bisa lebih kuat dari pada bulan-bulan yang lain. Pengaruh January Effect cukup besar, sebab banyak trader yang memanfaatkan fenomena ini untuk mendapatkan keuntungan. Umumnya, trader akan membeli sejumlah besar saham di bulan Desember, dengan harapan harganya akan naik berlipat-lipat di awal bulan Januari. Ketika January Effect terjadi, mereka akan menjual aset tersebut supaya profit yang dihasilkan lebih banyak.

Baca juga: Panduan Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula

Fenomena January Effect pertama kali dimulai ketika seorang bankir bernama Sidney B. Wachtel melakukan observasi saham pada tahun 1942. Hasil observasinya kala itu menunjukkan bahwa saham-saham kecil cenderung mendominasi saham-saham besar. Rupanya, hal ini karena saham kecil cukup baik sebelum pertengahan bulan Januari.

Hasil pengamatan ini juga didukung oleh sebuah penelitian yang dilakukan Rozeff dan Kinney mengenai analisis data bursa saham Amerika Serikat (New York Stock Exchange) tahun 1904 sampai 1974. Riset tersebut menunjukkan bahwa return saham lebih besar lima kali lipat, khususnya pada saham-saham yang kapitalisasinya kecil. Return saham di bulan Januari adalah sebesar 3.48%, lebih tinggi daripada di bulan-bulan selain Januari yang rata-ratanya hanya 0.42%. Bisa disimpulkan, hasil profit pada Januari lebih besar lima kali lipat dibandingkan bulan-bulan lainnya pada periode penelitian.

Selain studi di atas, masih ada beberapa penelitian lagi yang membahas tentang pengaruh January Effect. Salah satunya dilakukan oleh firma investasi Salomon Smith Barney. Penelitian ini melakukan studi analisis data saham dari tahun 1972 sampai 2002 dan menemukan bahwa pertumbuhan nilai saham berkapitalisasi rendah terus mengalahkan saham berkapitalisasi tinggi atau saham Blue Chip.

Meskipun studi ini terkesan mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rozeff dan Kinney, tetapi ada beberapa hal yang justru melawan penelitian sebelumnya. Dalam riset Barney, ditemukan bahwa harga saham yang melambung tinggi di bulan Januari cenderung berkinerja buruk di bulan-bulan berikutnya. Karena itu, Barney berasumsi bahwa pengaruh January Effect kemungkinan bukanlah hal yang cukup penting dalam trading saham.

 

Mengapa January Effect Terjadi?

Sebetulnya, tidak ada yang mengetahui alasan pasti mengapa January Effect bisa terjadi. Apakah memang fenomena ini nyata, ataukah hanya imbas dari markup yang dilakukan pada akhir tahun. Namun, ada beberapa teori yang dianggap bisa menjelaskan mengapa fenomena tahunan ini bisa terjadi. Tapi perlu diingat bahwa ini merupakan asumsi semata, bukan alasan sesungguhnya mengapa January Effect terjadi.

 

1. Trader Memborong Aset

Salah satu teori penyebab January Effect adalah bonus akhir tahun. Beberapa ahli berpendapat jika banyak trader yang memanfaatkan bonus akhir tahun mereka untuk memborong saham di pasar. Jika banyak pelaku pasar yang membeli, sudah pasti harga saham pun menjadi naik di bulan Januari, dan inilah yang menyebabkan harga saham bisa naik di awal tahun. Tak jarang, trader menjual saham-saham berkapitalisasi rendah dengan alasan menghindari pajak di akhir tahun. Lalu, saat awal tahun mereka kembali membelinya sehingga berdampak pada kenaikan harga saham tersebut.

Baca juga: 5 Strategi Unik Trading Saham Demi Profit Menarik

 

2. Window Dressing

Selain karena trader yang memborong aset di akhir tahun, masih ada teori lain yang menyebabkan January Effect terjadi, yakni Window Dressing. Sebagai catatan, Window Dressing merujuk pada strategi yang digunakan oleh manajer investasi untuk memperbaiki portofolionya sebelum dipresentasikan kepada klien. Umumnya, mereka akan menjual saham-saham yang merugi, kemudian membeli saham berharga tinggi di akhir tahun. Dengan demikian, portofolio aset mereka akan terlihat memiliki return yang cukup meyakinkan.

 

3. Efek Psikologis

Selain kedua hal di atas, efek psikologis juga menjadi salah satu penyebab mengapa harga saham bisa naik di bulan Januari. Karena beberapa trader mempercayai dengan sungguh-sungguh bahwa January Effect memang ada, maka mereka pun membeli saham pada akhir tahun. Di sisi lain, ada juga trader yang melakukan resolusi akhir tahun untuk mulai membeli saham pada bulan Januari. Hal ini juga berimbas pada naiknya harga saham saat awal tahun.

 

Histori Pergerakan Saham di Bulan Januari

Hingga kini, pengaruh January Effect untuk harga saham masih menjadi perdebatan. Benarkah setiap tahun harga memang naik? Untuk itu, mari cermati grafik IHSG berikut. Chart ini merupakan rekaman pergerakan indeks saham Indonesia dalam time frame 1 minggu mulai dari tahun 2018 sampai 2022. Untuk mencermatinya, cukup perhatikan saja periode bulan Januari yang ditunjukkan dari kotak berwarna hijau dan merah.

Baca juga: 5 Chart Gratis Terbaik Untuk Analisa Saham

Pergerakan saham Januari

Pertama, pada akhir tahun 2017, harga saham ditutup di angka 6353.74. Lalu, pada minggu pertama bulan Januari 2018 (kotak pertama), harga menunjukkan tanda-tanda penguatan yang ditandai dengan candlestick body pendek dengan sumbu panjang. Harga pun berhasil ditutup pada 6370.06. Tak berhenti sampai di situ, harga kembali bergerak naik dan berhasil mencapai Auto Rejection Atas (ARA) di 6660.62. Setelah itu, harga terkoreksi ketika memasuki bulan Februari.

Lalu bagaimana pada tahun 2019? Tak jauh berbeda, harga saham pada awal bulan Januari berhasil ditutup di angka 6448.16 pada minggu pertama. Kemudian, harga masih lanjut menguat selama 4 minggu berturut-turut hingga mencapai puncaknya di kisaran 6538.64. Namun, berbeda dengan yang terjadi pada tahun 2018, harga justru bergerak sideways di bulan-bulan berikutnya sebelum merosot di bulan Mei.

Perjalanan harga saham pada tahun 2020 cukup menarik untuk disimak. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana harga naik di awal tahun, IHSG justru bergerak sideways. Indeks tertahan di kisaran 6274.94 sebelum akhirnya anjlok ke 4194.94 di bulan Maret. Lalu apakah ini berarti pengaruh January Effect tidak berlaku pada waktu itu? Bisa saja. Namun, perlu diingat bahwa ada faktor eksternal yang berperan. Pasalnya, kala itu dunia sedang dihebohkan oleh kemunculan virus COVID-19. Virus ini sendiri baru dinyatakan resmi masuk Indonesia di bulan Maret. Bisa jadi, itulah yang menyebabkan harga saham memasuki Auto Rejection Bawah (ARB) di bulan tersebut.

Baca juga: Cara Menjual Saham ARB (Auto Reject Bawah)

Memasuki tahun 2021, harga saham kembali menunjukkan penguatan dan berhasil mencapai 6373.61 di minggu pertama Januari. Sayangnya, harga anjlok dua minggu berikutnya dan bahkan sempat diperdagangkan di 5862.35. Meskipun begitu, IHSG akhirnya kembali menguat dan berhasil mencapai 6151.73 di penghujung bulan Januari.

Perjalanan Indeks saham Indonesia di tahun 2022 memang belum bisa sepenuhnya dijadikan acuan terkait pengaruh January Effect. Tetapi, jika ditilik dari minggu awal tahun ini, harga menunjukkan pergerakan yang menjanjikan dan sukses mencapai angka 6701.32 pada penutupan minggu pertama bulan Januari.

 

Pendapat Ahli Mengenai January Effect

Diskusi mengenai pengaruh January Effect membuat banyak trader tak yakin untuk membeli aset di akhir tahun guna dijual pada awal tahun. Sebetulnya, apakah fenomena ini dapat menjadi acuan untuk menyusun strategi trading saham?

Menjawab hal ini, Burton Malkiel yang merupakan penulis "A Random Walk Down Wall Street" mengatakan bahwa anomali seperti ini tidak bisa dijadikan acuan pasti untuk para trader yang mengharapkan hasil maksimal. Ia juga mengatakan bahwa profit yang didapatkan saat January Effect tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan transaksi.

Burton Malkiel

Perlu diingat bahwa ada banyak hal yang dapat mempengaruhi naik turunnya harga suatu aset. Misalnya, kondisi politik yang berkaitan langsung, pandemi, maupun hal-hal lain yang berpotensi mengubah kondisi ekonomi suatu negara. Faktor-faktor ini tak boleh dikesampingkan saat menyusun strategi trading. Kenaikan harga pada awal tahun bisa saja terjadi, tetapi sebaiknya tak dijadikan acuan utama dalam analisis. Jangan beranggapan bahwa harga saham pasti akan naik di awal tahun, sehingga langsung memborong sejumlah besar saham yang belum terlalu jelas fundamentalnya di akhir tahun. Jangan lupa lakukan diversifikasi aset dan manajemen risiko supaya tak rugi di awal tahun.

Baca juga: Mencari Harga Saham Murah Dengan Analisa Fundamental

 

Kesimpulan

Pengaruh January Effect di kalangan trader saham hingga kini masih menjadi perdebatan. Beberapa sangat meyakini adanya fenomena ini dan mungkin saja memanfaatkannya untuk memperoleh keuntungan besar di awal tahun. Tetapi, beberapa ahli justru beranggapan bahwa hal ini merupakan anomali saja dan tidak sebaiknya dijadikan acuan untuk menyusun strategi. Meskipun memang ada probabilitas bahwa harga akan melonjak di awal tahun, jangan lupa bahwa pergerakan harga di bulan-bulan lain juga layak untuk diperhatikan.

 

Selain menerapkan strategi trading terbaik, faktor lain yang menjamin kesuksesan trading saham adalah pemilihan emiten yang tepat. Untuk itu, sebaiknya simak panduan sederhana memilih saham terbaik bagi pemula.

Terkait Lainnya
 
Yen Jepang turun setelah tidak ada perubahan dari BoJ, fokusnya bergeser ke inflasi PCE As, 21 jam lalu, #Forex Fundamental

USD/CAD melemah mendekati 1.3650 karena harga minyak mentah yang lebih tinggi, PCE AS dipantau, 21 jam lalu, #Forex Teknikal

Inflasi PCE inti As akan tunjukkan tekanan harga kuat karena pasar tunda prediksi penurunan suku bunga the Fed, 21 jam lalu, #Forex Fundamental

EUR/USD siperdagangkan dengan bias negatif, di atas level 1.0700 karena para pedagang menunggu indeks harga PCE AS, 21 jam lalu, #Forex Teknikal

PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) akan membagikan dividen senilai Rp2.5 miliar dari laba tahun buku 2023, 1 hari, #Saham Indonesia

PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mengalami penurunan kinerja keuangan pada kuartal I/2024, pendapatannya berkurang 10.49% secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, 1 hari, #Saham Indonesia

Top losers LQ45 terdiri dari: PT Mitra Pack Tbk (PTMP) -4.20%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) -2.90%, PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) -2.60%, 1 hari, #Saham Indonesia

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di awal perdagangan hari ini, turun 0.49% ke 7,120, 1 hari, #Saham Indonesia


Komentar @inbizia

Secara umum emang perlu modal agak besar di trading saham. Ini krna trading dngna saham CFD itu memiliki mekanisme berbeda dngn Forex dan trading komoditas ato yg berkaitan ama mata uang. Yg pertama adalah harga saham itu sndiri, kita bsa contohkan bgini, dalam trading saham itu biasa memiliki nilai per lembar saham berapa. Nah, di broker sndiri memiliki ketentuannya sndiri. Misalkan di Finex, itu klu ditelusuri, contohnya saham Nike, itu memiliki minimal trading sebesar 0.1 lot dengan margin 100%. Artinya kita perlu menyediakan jaminan margin hingga 100% utk membuka 0.1 lot di saham Nike. Resiko lebih gede, modal yg diperlukan jga gede.

Menilik dari situ, wjar aja broker biasa menawarkan trading saham CFD utk akun yg memiliki minimal deposit yg lumyan tinggi.

 Edianto |  31 Jul 2023
Halaman: Panduan Trading Cfd Pemula Di Finex Berjangka

Nyanggah yaa! Itu kan trading klu tanpa leverage, makanya dibutuhkan margin yg cukup besar. Cuma dalm trading CFD itu biasa ada bantuan leverage, misalkan leverage 1:100 aja. Bisa diitung begini :

Misalnya, elo ingin trading CFD saham Nike dengan leverage 1:100. Harga saham Nike saat ini adalah $100 per lembar.

  • Modal yang Dibutuhkan:
    Jika elo ingin membuka posisi trading dengan nilai kontrak $1,000, berapa margin (modal) yang dibutuhkan?
    Modal (margin) yang dibutuhkan = (1% dari nilai kontrak) = 1% x $1,000 = $10

Dalam contoh ini, elo perlu menyediakan $10 sebagai margin untuk membuka posisi trading CFD saham Nike dengan nilai kontrak $1,000 menggunakan leverage 1:100.

Perihal mengapa broker menyediakan trading saham di akun yg memiliki deposit tinggi itu semata2 krna membatasi tingkat resiko yg bakal terjadi dan kebijakan broker itu sndiri sihh

Baca Juga: Cara Menentukan Lot Trading Modal 10 Dolar

 Minto |  1 Aug 2023
Halaman: Panduan Trading Cfd Pemula Di Finex Berjangka

Halo, terima ksih udah menuliskan beberapa poin penting ketika membandingkan akun MRG utk trading saham. Ya sejauh ini sihh, yg mngkn cocok buat aku itu emang MRG krna selain bsa trading saham, pilihan akun jga bervariatif menyesuaikan tipe2 trader.

Nah, aku agk bingung mengenai istilah trading itu sndiri yakni margin. Jad dikatakan bahwa biaya transaksi di akun Gold MRG itu memeiliki margin per lot sebesar $200 dan margin per lot sebesar $2,000 di akun platinum.

Prntnyaan aku agak sederhana yaa. Kira2 apa itu margin yaa, terus mengapa ada hubungannya dngn biaay trasaksi? Krna setau aku kan biaya trading itu kan meliputi spread, komisi, dan biaya swap. DAn bru pertama kali ku mndgr istilah margin di biaya trading.

Baca Juga:Untung Rugi Trading di Broker MRG Mega Berjangka

 Evan |  1 Aug 2023
Halaman: Perbandingan Akun Mrg Untuk Trading Saham

Maaf ini aku mau tanya lebih lanjut mengenai isitilah ukuran kontrak di trading saham. Dan dari pemaparan table perbandingan di artikel bsa jelas banget bahwa ukuran kontrak di indeks sham masing2 S&P, Dow Jones, dan NASDAQ itu memiliki ketentuan berapa USD dikalikan dngn Indeks. Di S&P sndiri memiliki ukuran kontrak sebesar $50 x Indeks; terus di Dow Jones memiliki ukuran kontrak sebesar $5 x Indeks, dan NASDAQ sebesar $20 x Indeks.

Apa itu berarti dalam trading Indeks sahaam memiliki biaya open posisi yg lbih gede dibandingkan dngn Forex? Dan apakah itu berarti utk pemula yg baru belajar trading berjangka sebaiknya start di Forex aja? Sbnrya aku menemukan trading saham itu lebih menarik, tetapi ngeliat trading indeks saham terutama saham AS, kliatannya lebih menarik dbandingkan Forex itu sndiri

 Frendy |  1 Aug 2023
Halaman: Perbandingan Akun Mrg Untuk Trading Saham

Rana: Pagi kak Rana

Jadi gini kak, sbnrnya psikologi trading dpt diartikan sbg suatu emosi yg timbul atau suatu prilaku yg terjadi pd seseorang atau trader yg mlakukan trading, bisa saham, komoditi, kripto atau trading lainnya.

Aspek psikologi menjd ckp pnting pd saat seseorang berbisnis atau trading salah satunya trading saham krn pd saat transaksi tsb peran psikologi bermain.

Biasanya para trader pd saat berinvestasi saham memiliki ekspektasi yg sangat tinggi krna mrka melihat org lain yg sukses atau berhasil saat berinvestasi saham. Tp realita bs saja berkata lain dan tdk sesuai dg hrapan trader tsb.

Nah kondisi tsb bs berpengaruh dg keadaan psikologi trader yg scra mental blm siap menghadapi knyataan yg terjdi.

jd utk menghdpi hal itu pr trader butuh eduksi psikoli trading juga dalam berinvestasi. sbnrnya ada bbrapa aspek psikologi trading, mungkin bs dijelaskan ama senior2 yg udh lebih pengalaman. thanks.

Baca Juga: 15 Buku Psikologi Trading Terbaik Untuk Trader Pemula

 Wiwin |  10 Aug 2023
Halaman: Finex Vs Hsb Aplikasi Trading Mana Yang Lebih Unggul

Gilang: Bantu jawab ya! dlm konteks trading saham, terutama di bursa saham seperti NASDAQ, istilah2 seperti "fee per lot" dan "komisi" memiliki makna yg berbeda. Mari kita bahas keduanya secara terpisah:

  • Fee per Lot: Fee per lot adalah biaya tetap yg dikenakan oleh broker setiap kali elo membuka atau menutup posisi (lot) dlm trading. Jumlah fee ini biasanya tidak tergantung pada ukuran posisi atau nilai transaksi, melainkan hanya berdasarkan jumlah lot yg diperdagangkan. Fee per lot bisa mencakup berbagai biaya operasional dan administratif yg diakumulasi oleh broker saat mereka memproses dan mengeksekusi perdagangan elo. Namun, fee per lot ini bukanlah komisi, meskipun kedengarannya serupa.

  • Komisi: Komisi adalah biaya yg dikenakan oleh broker sebagai imbalan atas layanan mereka dlm memfasilitasi perdagangan elo. Komisi dihitung berdasarkan persentase dari nilai transaksi atau nilai posisi yg elo perdagangkan. Ini berarti semakin besar nilai transaksi atau posisi elo, semakin besar juga komisi yg harus elo bayar kepada broker.

Baca Juga: Finex Vs DCFX, Manakah Broker dengan Biaya Trading Termurah?

 Haryo |  24 Aug 2023
Halaman: Trading Indeks Saham As Di Broker Finex
Saham Untung
Kode Saham Last Change  
TINS 880 4.76%
SDRA 555 4.72%
BFIN 1,040 4.52%
MCAS 1,155 5.48%
KINO 1,455 3.93%
TBMS 960 3.78%
DSNG 680 3.82%
LUCK 60 3.45%
SSMS 1,005 3.61%
CARE 144 3.60%

Kirim Komentar Baru