Indeks dolar AS naik ke level tertinggi 6 bulan. Selain laporan PMI non manufaktur yang apik, dolar juga didukung naiknya yield treasury dan komentar dovish bank sentral lain.
Dolar AS menguat berkat dukungan sejumlah faktor sejak awal pekan. Sekarang, indeks Dolar AS (DXY) mencapai kisaran 105.00 pada awal sesi New York, level tertingginya sejak pertengahan Maret.
Sejumlah faktor yang mendukung penguatan ini adalah:
- Laporan ISM PMI non manufaktur yang melebihi ekspektasi.
- Peningkatan yield US Treasury.
- Komentar dovish dari bank sentral lain.
Sebelumnya, ISM melaporkan bahwa Skor Indeks Manajer Pembelian (PMI) naik dari 52.5 menjadi 54.5 dalam sektor non-manufaktur AS bulan Agustus 2023.
Pertumbuhan substansial berlangsung pada semua subsektor, mulai dari ketenagakerjaan, pesanan baru, aktivitas bisnis, hingga harga. Kondisi ini melebihi dugaan konsensus yang tidak memprediksi adanya perubahan dari bulan Juli.
Meski begitu, ekspektasi pasar terhadap suku bunga The Fed tak banyak berubah. Pelaku pasar masih yakin The Fed tak akan menaikkan suku bunga dalam rapat FOMC tanggal 19-20 September mendatang.
Selain ISM, penguatan dolar juga didukung naiknya yield Treasury AS. Diketahui, yield US Treasury melonjak dari 4.2600% menjadi 4.300%.
Di samping itu, penguatan dolar juga dipengaruhi pernyataan dovish dari bank sentral Inggris dan Kanada. Pasalnya, Gubernur BoE Andrew Bailey menyampaikan sinyal untuk mengakhiri siklus rate hike.
Menurut Bailey, saat ini suku bunga BoE sudah mendekati puncak. Pasar mengartikannya sebagai sinyal rate hike terakhir BoE. Jika suku bunga hanya naik 1 kali saja, tingkat suku bunga terminal aktual cuma mencapai 5.50%. Lebih rendah dari ekspektasi awal di kisaran 6%.
Komentar dovish lainnya datang dari bank sentral Kanada. Bank of Canada (BoC) memutuskan untuk menjaga suku bunga acuan Kanada tetap stabil pada tingkat 5.0% seiring menurunnya pertumbuhan ekonomi.