Fenomena Buy the Rumor and Sell the News tidak hanya marak di pasar forex saja, tetapi juga di pasar finansial secara keseluruhan. Bagaimana cara memanfaatkanya?
Pernahkah Anda mendengar tentang strategi "buy the rumor and sell the news" atau "buy the rumor and sell the fact"? Pada dasarnya, kedua istilah tersebut merujuk pada fenomena yang sama, yaitu konsensus mayoritas pelaku pasar finansial untuk membeli suatu aset berdasarkan rumor atau spekulasi tertentu sampai harganya naik, lalu menjualnya setelah berita sebenarnya dirilis atau saat harga sudah jatuh. Namun, bagaimana pemanfaatan strategi ini secara riil untuk trading forex?
Pemanfaatan Strategi Trading "Buy the Rumor and Sell the News"
Fenomena "buy the rumor and sell the news" tidak hanya dihadapi oleh para trader forex, tetapi juga semua kalangan di pasar finansial, termasuk trader saham, obligasi, hingga komoditas berjangka. Sebagian dari mereka mencari-cari celah yang bisa menjadi peluang, sebagian lagi justru menjadikannya alasan untuk menjauh sejenak dari pasar.
Dalam bursa saham, trader sering melakukan aksi beli dengan antisipasi pendapatan perusahaan yang akan lebih tinggi di masa depan untuk mendapatkan dividen besar. Namun, saham-saham tersebut sering langsung dijual setelah periode cum date atau ex date berakhir. Ini termasuk salah satu strategi trading saham berbasis "buy the rumor and sell the news" yang berisiko tinggi karena harga saham setelah pembagian dividen dapat turun drastis, tetapi ternyata masih banyak yang melakukannya.
Dalam trading forex, penggunaan fenomena "buy the rumor and sell the news" sering terlihat ketika pelaku pasar mengantisipasi perubahan suku bunga. Trader mencari mata uang yang sudah mencapai titik jenuh jual (oversold) atau undervalued.
Ketika muncul rumor, misalnya yang menyatakan bahwa mata uang tersebut kemungkinan akan menguat karena kenaikan suku bunga, maka trader akan membelinya hingga nilainya tidak lagi undervalue, atau bahkan sudah mencapai titik harga yang terlalu tinggi (overvalue).
Saat berita aktual dirilis, hanya kejutan yang berbeda dari ekspektasi saja yang dapat mendorong nilai mata uang untuk naik lebih tinggi. Oleh karena itu, setelah bank sentral mengumumkan bahwa suku bunga naik sesuai harapan, para trader yang sebelumnya membeli mata uang tersebut, memutuskan untuk mengambil untung (take profit) secara masif, sehingga nilai tukar mata uang itu malah jatuh.
Sebaliknya, strategi "sell the rumor and buy the news" juga dapat terjadi jika berkaitan dengan spekulasi terkait pemangkasan suku bunga. Misalnya, jika bank sentral diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 20 basis poin, sebelum pengumuman, trader melakukan shorting sehingga posisinya sudah mendekati atau bahkan melampaui ambang undervalue.
Namun, setelah bank sentral secara resmi mengumumkan pemangkasan suku bunga sebesar 20 basis poin, nilai tukarnya justru melonjak tajam karena para trader memutuskan untuk mengambil untung dari posisi short yang telah mereka buka sebelumnya.
Reaksi pasar tidak selalu serupa setiap kali pengumuman pemangkasan suku bunga, seperti pada dua contoh berikut ini:
-
Dolar Australia Melonjak Pasca Pengumuman Suku Bunga RBA
Tanggal 2 Juli 2019, Reserve Bank of Australia (RBA) menetapkan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin ke level 1 persen. Namun, posisi AUD/USD yang tadinya melemah, langsung melonjak lagi sebesar 0.31 persen ke kisaran 0.6986 di awal sesi Eropa.
-
Dolar New Zealand Turun Drastis Pasca RBNZ Potong Bunga
Tanggal 8 April 2019, Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) resmi mengumumkan pemangkasan suku bunga dari 1.75 persen menjadi 1.5 persen. Rate cut tersebut merupakan perubahan suku bunga acuan pertama sejak November 2016. Saat itu, RBNZ mengindikasikan bahwa ada rate cut kedua di awal tahun 2020. Pasar pun memproyeksikan jika suku bunga RBNZ akan dipangkas 1.4 persen, sebelum dinaikkan hingga 1.9 persen di pertengahan 2022. Pair NZD/USD pun turun tajam hingga menyentuh level 0.65265 sebagai reaksi pernyataan RBNZ yang cenderung dovish. Padahal, harga belum pernah turun lagi ke bawah level psikologis 0.65500 sejak November 2018. Hingga 8 April 2019, NZD/USD sudah mencoba naik ke 0.65802, tetapi harga masih menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan level pembukaan harian di 0.66006.
Baca juga: Benarkah Harga Susu Berdampak Tinggi pada Pair Mayor NZD?
Dampak "Buy the Rumor and Sell the News"
Setelah mengenal tentang "buy the rumor and sell the news", kini Anda harus memahami apa saja dampaknya dalam trading. Secara umum, ada dua dampak penting yang harus Anda ketahui dari fenomena ini, yaitu:
Efek dari Rilis Berita Ekonomi Tak Bisa Diprediksi
Meskipun banyak artikel tentang fundamental forex atau news trading yang mengatakan bahwa "jika berita positif maka mata uang menguat, jika negatif maka mata uang melemah", tetapi kenyataannya tidak semudah itu. Fluktuasi nilai tukar mata uang dalam jangka pendek lebih dipengaruhi oleh persepsi sentimen dan minat risiko pasar daripada oleh teori tertentu.
Secara teoretis, "jika suku bunga naik maka permintaan atas suatu mata uang meningkat, sehingga nilai tukar menguat" dan "jika suku bunga turun, maka permintaan atas suatu mata uang menurun, sehingga nilai tukar melemah". Namun, kenyataannya seringkali berbeda. Pergerakan nilai tukar mata uang juga dipengaruhi oleh beragam faktor lain, bukan hanya suku bunga.
Periode Rilis Berita Penting Adalah Waktu Terburuk untuk Trading
Seperti pada poin sebelumnya, ada kontradiksi antara teori dengan realita yang ada. Oleh karena itu, pada saat rilis berita penting, itu merupakan waktu yang buruk untuk trading karena ketidakpastian yang sangat besar. Tanpa kisi-kisi dari insider, Anda tidak akan mungkin memprediksi dengan akurat.
Selain itu, satu-satunya hal yang pasti dalam trading forex adalah ketidakpastian, dan unsur ketidakpastian dalam situasi ini bahkan jauh lebih tinggi daripada masa-masa trading normal. Inilah yang membuat sebagian trader memutuskan untuk keluar sejenak dari pasar saat periode rilis berita ekonomi.
Sebenarnya boleh-boleh saja jika Anda berpartisipasi dalam pasar di momen-momen tersebut. Namun, daripada tergilas oleh gejolak pasar yang tidak menentu, ada baiknya pula menghindari momen seputar rilis berita penting.
Baca juga: Cara Sukses News Trading Untuk Trader Pemula
Kesimpulan
Strategi "buy the rumor and sell the news" pada dasarnya adalah konsensus mayoritas pelaku pasar untuk buy suatu aset berdasarkan rumor atau spekulasi (hingga harganya meningkat), lalu sell setelah berita yang sebenarnya dirilis (hingga harganya jadi jatuh). Ada sebagian trader yang memanfaatkan peluang dari fenomena ini, ada pula yang sengaja menghindarinya. Pasalnya, metode ini dianggap terlalu riskan dan perlu pemahaman fundamental serta kemampuan membaca sentimen pasar yang baik.
Trading berdasarkan rilis berita ekonomi dikenal sebagai news trading. Simak cara memahami news trading dan penggunaan berita forex untuk memaksimalkan potensi profit Anda.