Agar tidak selalu mengalami kehabisan uang saat akhir bulan, ikuti tips hemat atur gaji ala perantau berikut ini.
Mengadu nasib di tempat yang lebih baik seringkali menjadi alasan utama bagi mereka yang merantau dari suatu daerah jarang penduduk ke daerah lain yang lebih padat penduduk, dan menyediakan lebih banyak lapangan pekerjaan maupun taraf kehidupan yang lebih baik. Dari waktu ke waktu, jumlah perantau ini terus bertambah hingga menjadi bagian penting yang tak bisa dilepaskan dari tatanan masyarakat perkotaan.
Jika kamu termasuk salah satu perantau yang mengadu nasib di kota besar, mungkin sudah akrab dengan yang namanya mudik terjadwal untuk mengunjungi keluarga di kampung halaman. Entah setiap satu minggu, dua minggu, atau satu bulan sekali, kegiatan ini biasanya sudah menjadi agenda wajib para perantau yang direncanakan sedemikian rupa, termasuk untuk urusan keuangannya. Selain untuk biaya transportasi, kepulangan perantau juga biasanya mempertimbangkan biaya lain-lain yang diperuntukkan bagi kebutuhan keluarga di kampung halaman.
Agar tak kehabisan dana sebelum pulang kampung, kamu tentu wajib mengatur gaji dengan cermat agar pendapatanmu tidak termakan oleh kebutuhan-kebutuhan tak terencana yang sebenarnya bisa dikesampingkan. Seperti apakah kiat-kiatnya?
1. Pertimbangkan Biaya Sewa Tempat Tinggal
Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Oleh karenanya, tak heran jika sebagian besar gaji bulanan yang diterima masyarakat pada umumnya akan dialokasikan untuk keperluan ini. Jika kamu seorang perantau, maka urusan tempat tinggal biasanya diatasi dengan cara sewa rumah (kontrak) atau kos.
Di Jakarta, rata-rata biaya kos setiap bulannya mencapai Rp650 ribu - Rp3 jutaan. Biasanya, biaya kos seharga Rp650 ribu hanya berupa kamar berukuran 3x4 meter dengan kamar mandi bersama di luar. Selain aspek-aspek tersebut, kamu juga bisa mempertimbangkan hal-hal lainnya antara lain:
- Lokasi tempat tinggal dilewati transportasi umum atau tidak.
- Apakah kos-kosan yang dipilih memberikan jasa cuci pakaian dan dapur untuk memasak sendiri.
Jika tidak ada, kamu perlu memasukkan biaya-biaya tersebut ke dalam daftar biaya yang perlu dialokasikan. Namun apabila kos tempatmu tinggal sudah memenuhi fasilitas-fasilitas tersebut, tentu kamu tak lagi perlu mengalokasikan dana tambahan karena semua sudah ter-cover oleh biaya kos.
2. Masak Sendiri
Kamu bisa masak sendiri di tempat kos, dengan membeli sayur-sayuran segar dari pasar yang terletak tidak jauh dari lokasi tempat tinggalmu. Jika tempat kos yang kamu tinggali tidak ada dapur sendiri, kamu setidaknya bisa membawa alat masak nasi untuk menghemat pengeluaran.
Bayangkan saja, jika kamu selalu membeli makanan dari luar, untuk satu porsi makan (nasi, lauk, dan sayur) saja kamu perlu mengeluarkan biaya sekitar Rp15 ribu. Jadi, kalau kamu makan tiga kali sehari, maka total pengeluaran untuk makan jadi sebesar Rp45 ribu. Sementara jika kamu masak sendiri di kos, setidaknya kamu bisa menghemat hingga 50% dari biaya makan harianmu.
3. Prioritaskan Jalan Kaki
Jika kamu hanya bepergian ke lokasi yang tidak jauh dari kos, kamu tidak perlu memesan ojek online (ojol) atau mengendarai sepeda motor. Kalau jarak lokasi yang ingin dituju masih memungkinkan untuk ditempuh dengan berjalan kaki, kamu bisa berjalan kaki saja untuk menghemat biaya bensin ataupun sewa ojol. Selain hemat, kamu juga bisa sekalian berolahraga.
4. Nabung Awal Bulan
Ketika tanggal gajian tiba, kamu bisa langsung menyisihkan sebesar 10% dari gajimu untuk ditabung. Soalnya, jika kamu menunda-nunda dan tidak langsung menyisihkan di awal bulan, uang tersebut kemungkinan besar akan kamu gunakan untuk keperluan-keperluan lainnya. Hal ini membuatmu tidak bisa menabung karena uangmu sudah habis duluan untuk hal-hal lainnya yang belum tentu mendesak.
5. Beli Barang Ekonomis
Untuk menghemat gaji bulanan, kamu bisa membeli barang-barang kebutuhanmu seperti sabun, shampoo, deodorant, dll yang memiliki harga ekonomis saja. Soalnya, keren itu nggak perlu mahal kok! Kamu bisa membeli barang-barang tersebut dengan melakukan riset terlebih dahulu berdasarkan harga dan kegunaannya. Tidak perlu mengikuti hedonisme ala anak perkotaan yang belum tentu bermanfaat. Juga, hindari belanja impulsif yang bisa membuat keuanganmu seret dalam sekejap.
Jika ingin membeli barang mahal sebagai bentuk refreshing, maka alokasikan dalam pos kebutuhan sekunder yang tidak melebihi porsi 30% dari pendapatan bulananmu (Baca juga: Jaga Keuangan Tetap Stabil Dengan Sistem 50-30-20).
Kerja Paruh Waktu
Bukan hanya mahasiswa saja yang bisa bekerja paruh waktu. Orang-orang yang telah bekerja di perusahaan pun juga bisa. Misalnya saja, jika kamu bekerja dari Senin – Jumat, kamu bisa bekerja paruh waktu di hari Sabtu atau Minggu, dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia saat ini.
(Baca juga: Cara Cerdas Mengelola Gaji Ala Freelancer)
Misalnya, kalau kamu punya laptop, kamu bisa bekerja paruh waktu sebagai content writer, admin data entry, dll. Selain itu, mendaftar sebagai ojol saat ini juga bisa menambah penghasilan sampingan, terutama karena aktivitas pekerjaannya bisa kamu atur sendiri. Intinya, jika kamu ingin mendapatkan penghasilan tambahan, kamu bisa menggunakan waktu luang yang tersedia dengan melakukan kegiatan atau hal-hal yang produktif untuk bekerja paruh waktu. Hal ini akan sangat berguna apabila alokasi 30% dari gajimu dirasa kurang untuk memenuhi kebutuhan sekunder yang kamu rasa penting, atau pos tabungan 10% dari gajimu ternyata masih kurang memadai untuk memenuhi target keinginanmu.
Bagi kamu para perantau yang memiliki gaji 'mepet' dengan UMR, ada tips menarik yang bisa diterapkan untuk membangun keuangan secara sehat, berkelanjutan, dan bermanfaat bagi masa depanmu. Temukan kiatnya dalam artikel "Bagaimana Cara Menabung Dengan Gaji UMR".