Jerome Powell mengungkapkan perlunya menaikkan suku bunga sekali lagi dalam pidatonya di Jackson Hole. Dolar AS pun menguat menanggapi hal ini.
Pada simposium Jackson Hole akhir pekan lalu, ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral AS mungkin perlu menaikkan suku bunga satu kali lagi.
Langkah tersebut perlu diambil supaya AS dapat mencapai target inflasi secara berkelanjutan. Pernyataannya secara umum senada dengan pesan-pesannya seusai rapat FOMC terakhir.
Greenback menguat pesat menanggapi hal ini. Indeks Dolar AS (DXY) sempat mencapai level tertinggi sejak awal Juni di level 104.44 pada hari Jumat. Namun, pada perdagangan awal pekan (28 Agustus), mengalami penurunan ke kisaran 104.00.
Tingkat Suku Bunga Jadi Fokus Pembahasan
Pidato Powell hanya sedikit mengubah harapan pasar terhadap prospek penundaan kenaikan suku bunga The Fed berikutnya.
Data FedWatch CME menunjukkan probabilitas 80% untuk skenario di mana The Fed mempertahankan suku bunga tetap pada rapat bulan depan. Sementara itu, probabilitas kenaikan suku bunga sebesar 25 bps pada bulan November meningkat dari 33% menjadi 51%.
Menurut Chris Weston dari Pepperstone, kemungkinan tidak akan ada kenaikan suku bunga dari The Fed pada bulan September.
"Tapi November akan menjadi suatu peristiwa 'live' di mana data-data berpotensi mengubah ekspektasi suku bunga. Ketika banyak bank sentral G10 lainnya sudah memperhitungkan perpanjangan jeda (kenaikan suku bunga), kemungkinan The Fed akan melakukannya lagi pada November telah menyokong dolar," tambahnya.
Selain pidato Jerome Powell, tak banyak kejutan signifikan dari simposium Jackson Hole yang berakhir pekan lalu. Mayoritas pemimpin bank sentral utama fokus pada risiko inflasi dan terus menekankan pentingnya tingkat suku bunga tinggi.
Setelah ini, para pelaku pasar akan fokus menyoroti sejumlah data ekonomi AS, termasuk inflasi inti (PCE) dan Nonfarm Payroll (NFP). Jika data-data tersebut mengarah pada risiko kenaikan inflasi, probabilitas kenaikan suku bunga diperkirakan dapat berubah.