Scalping adalah strategi yang cukup populer di kalangan trader Indonesia. Sudahkah Anda tahu cara menggunakan Stochastic yang akurat untuk Scalping?
Jika Anda sering ke forum-forum atau grup Telegram yang diisi oleh trader Indonesia, maka Anda tidak akan asing dengan istilah gaya trading Scalping. Seseorang yang menggunakan strategi trading ini disebut scalper.
Daya tarik scalping terletak pada keuntungan yang diperoleh dalam waktu cepat. Dalam waktu beberapa menit, seorang scalper sudah bisa menghasilkan profit dari tradingnya.
Strategi trading scalping dilakukan pada time frame rendah untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu singkat. Time frame yang digunakan biasanya dari 15-menit sampai 1-menit. Target profit scalping pun biasanya hanya 5 sampai 10 pips saja. Dengan demikian, maka dalam satu hari, seorang scalper bisa membuka banyak posisi karena strategi ini cukup memberikan peluang entry yang banyak.
Pada artikel kali ini, strategi scalping akan menggunakan alat bantu berupa indikator Stochastic Oscillator. Agar lebih efektif, maka pembahasan saya bagi menjadi beberapa poin berikut:
DI
|
Daftar Isi |
Penasaran dengan uraian dari poin-poin di atas? Simak penjelasannya di bawah ini.
Setting Stochastic Oscillator
Pertama-tama, setting terlebih dahulu indikator Stochastic yang akan kita gunakan. Saya menyarankan menggunakan settingan standar dengan rincian:
- %K Period: 14
- %D period: 3
- Slowing: 3
Jika Anda menggunakan Metatrader 4, ketika Anda menginput indikator Stochastic, akan muncul tampilan seperti di bawah ini.
Settingan ini sudah default sehingga tidak perlu diubah. Setelah klik OK, maka indikator Stochastic akan menampilkan grafik seperti di bawah ini.
Terlihat pada pojok kiri atas di jendela indikator Stochastic tulisan: Stoch(14,3,3). Angka (14,3,3) merujuk ke settingan Stochastic dengan urutan (%K, %D, slowing). Stoch (14,3,3) artinya %K periode 14, %D periode 3, dan slowing 3.
Namun jika Anda menggunakan platform Tradingview, maka ketika menginput indikator Stochastic, settingan default bukanlah 14,3,3 melainkan 14,3,1 sehingga Anda perlu mengubah periode slowing/smoothing-nya.
Dengan klik OK, maka akan tertampil jendela indikator Stochastic seperti ini.
Cara Membaca dan Trading Menggunakan Stochastic Oscillator
Cara membaca indikator Stochastic cukup mudah, pertama kita melihat tanda jenuh beli (overbought) dan jenuh jual (oversold) yang ditunjukkan dengan angka 20 dan 80.
- Angka 20 adalah batasan oversold. Jika indikator berada di bawah 20 artinya harga sudah jenuh jual.
- Angka 80 adalah batasan overbought. Jika indikator berada di atas 80 artinya harga sudah jenuh beli.
Kedua, perhatikan persilangan yang terjadi. Persilangan yang menjadi acuan entry adalah yang terletak di bawah 20 dan di atas 80.
- Persilangan di bawah 20 menunjukkan harga akan berbalik arah naik (menguat)
- Persilangan di atas 80 menunjukkan harga akan berbalik arah turun (melemah).
Panduan Scalping Menggunakan Indikator Stochastic Oscillator
Pada penerapan di strategi scalping, indikator Stochastic berfungsi sebagai trigger atau sinyal entry, bukan penentu struktur atau level. Dengan demikian, kita harus menentukan terlebih dahulu alat bantu penentu struktur dan level.
Penentu Struktur Market
Ada 2 jenis struktur market, yaitu trending dan sideways/ranging. Untuk menentukan struktur market, kita bisa menggunakan 2 cara, yaitu dengan indikator atau tanpa indikator. Karena saya adalah trader price action, maka dalam penentuan struktur saya biasanya hanya menggunakan high (harga tertinggi) dan low (harga terendah).
Market trending ditandai dengan adanya higher high (high yang lebih tinggi dari high sebelumnya) dan higher low (low yang lebih tinggi dari low sebelumnya) dalam trend naik. Sedangkan dalam trend turun ditandai dengan lower low (low yang lebih rendah dari low sebelumnya) dan lower high (high yang lebih rendah dari high sebelumnya). Sementara itu, market sideways ditandai dengan harga yang bolak balik dalam range harga tertentu tanpa membentuk higher high atau lower low.
Jika ingin menentukan struktur market menggunakan indikator, manfaatkan indikator berjenis trend seperti Moving Average (MA) atau MACD.
Level
Untuk penentuan level juga bisa menggunakan 2 cara, tanpa indikator dan menggunakan indikator. Tanpa indikator contohnya menggunakan level Support dan Resisten (S&R) atau Supply and Demand (S&D). Menggunakan indikator bisa dengan Relative Strength Index (RSI) atau Bollinger Bands. Tools teknikal lain seperti Pivot point atau Fibonacci Retracement juga bisa dimanfaatkan.
Trigger Entry Menggunakan Stochastic Oscillator
Bagian terakhir baru masuk ke trigger entry menggunakan indikator Stochastic. Jika market sedang trending, maka gunakan Stochastic sebagai trigger entry sesuai arah trend yang sedang terjadi pada level-level penting. Namun apabila kondisi market sedang sideways, maka posisi entry bisa dua arah, sell dan buy pada level penting.
Saya akan berikan 2 contoh untuk penerapan strategi ini, yaitu pada kondisi market trending dan market sideways:
1. Contoh pertama, kondisi market sedang trending yaitu trend naik, ditunjukkan oleh higher high dan higher low.
Dalam kondisi trend naik, kita fokus entry buy dan abaikan signal Stochastic untuk sell. Level yang kita gunakan adalah support sebagai area entry buy.
Pada grafik contoh di atas, terlihat signal entry buy di area support saat terjadi persilangan di bawah angka 20. Ini artinya harga sudah memasuki jenuh jual dan ingin berbalik naik (menguat). Ternyata harga menguat hingga membentuk higher high yang baru.
2. Contoh kedua pada market sideways. Pada grafik dibawah ini, kondisi market sedang sideways yang ditunjukkan oleh harga bergerak bolak balik pada range tertentu. Tidak ada higher high dan lower low seperti pada kondisi market trending.
Dalam market sideways seperti ini, kita bisa entry dua arah, sell apabila terjadi persilangan Stochastic di atas 80 pada level resisten, atau buy apabila terjadi persilangan Stochastic di bawah 20 pada level support.
Kotak merah sebagai signal entry sell dan kotak biru sebagai signal entry buy. Untuk SL, bisa beberapa pips di bawah harga terendah (posisi buy) atau beberapa pips di atas harga tertinggi (posisi sell).
Menggunakan strategi scalping dengan Stochastic harus menyesuaikan dengan kondisi market yang sedang terjadi agar performanya baik. Jangan melawan trend dengan mengambil posisi berlawanan arah ketika terjadi persilangan di area jenuh beli atau jenuh jual, karena akan banyak sinyal palsu. Pahami langkah-langkahnya agar penggunaan indikator Stochastic bisa akurat dan efektif.
FAQ Indikator Stochastic
1. Berapa settingan indikator Stochastic terbaik?
Setting indikator Stochastic bisa bermacam-macam tergantung kebutuhan Anda. Namun, settingan standar untuk Stochastic adalah:
- %K Period: 14
- %D period: 3
- Slowing: 3
2. Bagaimana cara membaca indikator Stochastic?
Indikator ini menunjukkan kondisi overbought dan oversold yang ditunjukkan dengan angka 20 dan 80. Apabila indikator berada di bawah 20, artinya pasar sedang oversold. Tetapi, jika indikator berada di atas 80, berarti pasar sedang dalam kondisi overbought.
Ketika terjadi persilangan garis Stochastic di bawah level 20, itu berarti harga akan berbalik menguat. Sebaliknya, Persilangan di atas 80 menunjukkan harga akan berbalik melemah.
3. Apakah Stochastic cocok untuk scalping?
Bisa saja, tetapi indikator ini tidak bisa menentukan struktur pasar. Karena itu trader harus menentukan terlebih dahulu apakah pasar sedang trending atau sideways. Caranya bisa bermacam-macam, misalnya seperti price action atau memanfaatkan Moving Average (MA) dan MACD.
4. Indikator apa yang cocok digunakan bersama Stochastic?
Ada beberapa indikator yang bisa digunakan seperti Support dan Resisten (S&R) atau Supply and Demand (S&D). Keduanya dapat membantu trader untuk menentukan level. Selain itu trader juga bisa menggunakan Relative Strength Index (RSI) dan Bollinger Bands. Tools teknikal lain seperti Pivot point atau Fibonacci Retracement juga bisa dimanfaatkan.
5. Bagaimana cara trading dengan indikator Stochastic?
Trading dengan Stochastic harus menyesuaikan dengan kondisi pasar (sideways atau trending). Jangan melawan kondisi pasar ketika terjadi persilangan di titik jenuh, sebab trader akan rawan terjerat sinyal palsu.
Secara garis besar, Stochastic tidak hanya bisa menunjukkan level overbought dan oversold, tapi juga bisa memberikan fingsi-fungsi analisa lainnya. Apa sajakah itu? Pelajari di Cara Membaca Indikator Stochastic Menurut 3 Macam Fungsinya.