Berkurangnya klaim pengangguran mencerminkan perekonomian AS yang masih tangguh sehingga ekspektasi Fed rate cut menurun. Alhasil, nilai tukar Dolar naik lagi.
Jumlah klaim pengangguran (Initial Jobless Claims) di Amerika Serikat turun dari 227k (setelah direvisi naik dari 224k) menjadi 218k. Angka tersebut melampaui perkiraan konsensus yang hanya mencapai 221k.
Menurut Thierry Wizman dari Macquarie New York, data klaim pengangguran kali ini merupakan kejutan yang manis karena merefleksikan tangguhnya sektor ketenagakerjaan AS.
Di saat yang sama, minimnya data-data positif dari China dan Zona Euro juga mendukung penguatan Dolar. Wizman mengatakan:
"Jika nilai tukar Dolar akan turun, kita pasti melihat pelemahan pada data-data ekonomi China dan Eropa terlebih dahulu. Terkait waktu, masih sulit untuk menentukannya."
Jeffrey Roach dari LPL Financial juga memiliki pandangan yang serupa. Pakar ekonom tersebut mengungkapkan:
"Asalkan pasar tenaga kerja tetap stabil, ekonomi akan terus tumbuh, dan inflasi akan menghadapi beberapa tantangan sebelum menuju target Federal Reserve."
Ekspektasi Fed Rate Cut Menurun, Dolar Pulih
Tangguhnya pasar tenaga kerja AS membuat ekspektasi Fed rate cut kian melemah. Berdasarkan data FedWatch CME terbaru, peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada Maret kini sudah melandai ke 16.5% saja. Sementara itu, ekspektasi rate cut pada Mei stabil di kisaran 80%. Dolar AS pun pulih dari aksi ambil untung kemarin.
Selama perdagangan hari ini (8/Februari), Indeks Dolar AS (DXY) berhenti turun dan merambat ke 104.26.
Sementara itu, USD/JPY naik sampai lebih dari 0.8% ke level tertinggi 149.400. Pelemahan signifikan Yen terhadap Dolar dipicu oleh pernyataan dovish seorang petinggi Bank of Japan (BoJ) yang mengatakan bahwa kenaikan suku bunga mungkin tidak akan terjadi meski NRP (Negative Rate Policy) diakhiri.
Baca Juga:Tanya Jawab Trading Terlengkap Khusus Pemula