Harga minyak menguat terbatas berkat keputusan OPEC dan Rusia untuk memangkas produksi. Selain itu, melemahnya dolar juga ikut mendongkrak harga minyak.
Harga minyak mentah menguat tipis pada perdagangan hari Selasa (11/Juli). Harga minyak mentah Brent tercatat menguat 0.17 persen pada kisaran $77.80-an per barel. Sedangkan minyak mentah AS bergerak di kisaran $73.29 per barel atau menguat 0.15 persen dari harga open harian.
Harga minyak ditopang oleh langkah Arab Saudi yang memutuskan untuk memperpanjang pemotongan produksi. Otoritas resmi Saudi menegaskan akan melanjutkan kebijakan pengurangan produksi sebesar 1 juta barel per hari (bph) hingga bulan depan.
Akibatnya, produksi minyak Saudi untuk Juli-Agustus diperkirakan mengalami penurunan sebesar 1.5 juta barel per hari jika dibandingkan dengan output tahun 2022.
Rusia juga berencana untuk mengurangi volume ekspor minyak sebesar 500,000 barel per hari mulai bulan depan. Jika dijumlahkan, pemotongan output dari kedua negara ini mencakup sekitar 5 persen dari total permintaan minyak global.
Saudi dan Rusia kompak mengambil langkah pemotongan produksi guna menghadapi penurunan permintaan pasar akhir-akhir ini. Ditambah lagi, prospek permintaan ke depan terlihat suram lantaran pertumbuhan ekonomi China yang melambat di pertengahan tahun.
Perlu diketahui, China adalah salah satu konsumen minyak terbesar di dunia. Oleh karena itu, stabilitas ekonomi China memiliki dampak yang signifikan terhadap tingkat permintaan minyak secara global.
Minyak Tertopang Anjloknya Dolar
Ambruknya nilai tukar dolar ke level terendah 2 bulan juga turut menjadi katalis yang mendongkrak harga minyak. Merosotnya Greenback tak lepas dari komentar bernada dovish yang diutarakan sejumlah pejabat Fed tadi malam.
Meski mereka setuju untuk meningkatkan suku bunga pada pertemuan 25-26 Juli mendatang, para pejabat Fed tersebut juga memberikan petunjuk bahwa siklus pengetatan kebijakan moneter hampir berakhir.
Malam nanti, perhatian pasar akan beralih ke laporan persediaan minyak mentah AS oleh American Petroleum Institute (API). Selain itu, pasar juga tengah menunggu rilis data Inflasi Konsumen AS pada hari Rabu untuk memprediksi proyeksi kebijakan The Fed selanjutnya.