Harga minyak merosot di tengah antisipasi pelaku pasar jelang rapat The Fed pekan ini. Tetapi, harga minyak masih tersokong rencana Arab Saudi.
Harga minyak mentah dunia melemah tajam pada perdagangan hari Senin (12/Juni). Minyak Brent tercatat merosot 3.1 persen dan berada pada kisaran $72.60-an per barel. Sementara itu, harga minyak mentah AS bergerak pada kisaran $67.94 per barel atau ambles sekitar 3.3 persen dari harga open harian.
Kenaikan harga minyak terjadi karena para pelaku pasar mengadopsi sikap hati-hati menjelang rapat The Fed minggu ini. Pasalnya, pada pertemuan FOMC kali ini ada kemungkinan suku bunga The Fed akan tetap bertahan pada tingkat 5,25 persen.
"Sentimen bearish masih akan mendominasi pergerakan harga minyak yang berjuang untuk naik sampai The Fed mengurangi pasokan dolar di pasaran. Bagaimanapun bank tetap memperkirakan harga rata-rata minyak Brent sekitar $80 per barel pada tahun 2023," kata Francisco Blanch, analis Riset Global di Bank of America dalam sebuah catatan.
Direktur eksekutif dan kepala strategi ekuitas di Acme Investment Advisors Sugandha Sachdeva juga menyuarakan pandangan yang serupa. Menurut Sachdeva, perhatian pasar minggu ini difokuskan pada dua faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga minyak ke depan. Dua katalis tersebut adalah rilis data inflasi AS pada hari Selasa dan pengumuman kebijakan moneter The Fed pada Kamis dini hari.
Pasar juga akan mengamati pernyataan Powell guna memperoleh gambaran tentang prospek kebijakan The Fed hingga tahun depan. Jika pernyataan Powell bersifat hawkish, ada potensi bahwa penguatan Dolar AS akan mendorong penurunan harga minyak lebih lanjut dari posisi saat ini.
Baca juga: Beberapa Faktor Penggerak Dolar AS
Pasokan Arab Saudi Jadi Harapan
Selain antisipasi pasar terhadap pengumuman kebijakan The Fed, harga minyak juga terbebani oleh penurunan prospek permintaan minyak China untuk tahun ini. China merupakan negara pengimpor minyak terbesar di dunia dan sedang menghadapi perlambatan ekonomi pada kuartal II/2023.
Selain itu, peningkatan pasokan minyak dari Rusia juga memberikan tekanan tambahan pada harga minyak yang telah terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Meskipun demikian, harga minyak masih mendapatkan dukungan dari rencana Arab Saudi untuk mengurangi produksi sebanyak 1 juta barel per hari (bph) pada bulan Juli mendatang.