XAU/USD masih wait and see karena trader tunggu NFP AS, 2 hari, #Emas Fundamental | EUR/JPY berada dalam tekanan jual di bawah harga 164.50, kondisi RSI yang oversold dipantau, 2 hari, #Forex Teknikal | GBP/USD bergerak di atas level 1.2550, menguji batas atas channel, 2 hari, #Forex Teknikal | EUR/USD naik mendekati level 1.0750 karena sentimen risiko kembali netral, 2 hari, #Forex Teknikal | Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada awal perdagangan Jumat (3/Mei), naik 0.4% ke 7,160, 2 hari, #Saham Indonesia | PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp691.2 miliar per Maret 2023. , 2 hari, #Saham Indonesia | PT Mitrabara Adiperdana Tbk. (MBAP) menganggarkan belanja modal dan investasi senilai $58 juta, 2 hari, #Saham Indonesia | PT Sumber Sinergi Makmur Tbk. (IOTF) atau Fox Logger membidik peluang bisnis dari implementasi pembayaran tol tanpa sentuh berbasis Global Navigation Satellite System yang akan segera diterapkan di Indonesia, 2 hari, #Saham Indonesia

PMI Manufaktur dan Jasa China Kompak Tergelincir

Crypholic 31 Oct 2022
Dibaca Normal 2 Menit
forex > berita > #china #manufaktur #pmi
Perlambatan konsumsi dan kekhawatiran konsumen terkait pembatasan COVID telah menyebabkan kontraksi di sektor manufaktur dan jasa China.

Data PMI Manufaktur China yang dirilis pada hari Senin (31/Oktober) turun dari 50.1 menjadi 49.2. Angka ini di bawah ekspektasi ekonom yang memperkirakan penurunan ke 50.0 saja. Di saat yang sama, data PMI Jasa juga merosot dari 50.6 menjadi 48.7. Penurunan tersebut menjadi yang terbesar sejak Juni 2022 sekaligus kontraksi ke-3 dalam tahun ini. Perlu diketahui, angka PMI di bawah 50.0 menandakan kontraksi, sedangkan di atas 50.0 mengindikasikan ekspansi.

Permintaan pasar domestik maupun luar negeri memang tengah meredup dalam beberapa waktu terakhir. Selain itu, perekonomian China dinilai belum pulih dari rentetan langkah pembatasan COVID yang diterapkan pemerintah. Kondisi ini semakin diperparah oleh dampak krisis properti yang sudah terjadi sejak tahun lalu.

Di samping itu, inflasi tinggi ikut menekan minat konsumen untuk membelanjakan uang mereka, sehingga mengakibatkan sektor ritel dan jasa China terus memburuk.

Baca juga: Penjualan Ritel China Merosot, USD/CNY Melonjak

Menanggapi kondisi suram fundamental China, IMF menurunkan proyeksi ekonomi China ke 3.2 persen, begitu pula dengan Bank Dunia yang mematok pertumbuhan untuk tahun 2022 di 2.8 persen. Jika tidak memperhitungkan goncangan ekonomi akibat pandemi di awal 2020 lalu, proyeksi IMF dan Bank Dunia ini merupakan yang terlemah dalam empat dekade terakhir.

Perlambatan yang terjadi pada outlook ekonomi China diyakini akan menekan otoritas untuk melakukan intervensi lanjutan. Perlu diketahui, pemerintah China sejauh ini telah berjuang meredam kejatuhan ekonomi dengan cara mengucurkan stimulus. Kebijakan ini ditargetkan mampu mendongkrak sektor investasi dan bisnis, sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi di tengah kebijakan Zero COVID yang terus digalakkan hingga kini.

Sementara itu, nilai tukar USD/CNY terus menanjak karena penguatan Dolar AS. Saat berita ini ditulis, posisi Yuan China sudah berada di 7.28 per Dolar, melemah 0.47% dari level pembukaan harian.

Terkait Lainnya
Kategori Terkait