Saat ini, pasar tengah fokus menantikan rilis kebijakan The Fed terkait suku bunga. Harga minyak bergerak dalam rentang sempit karena turunnya volatilitas.
Pada hari Selasa (02/Mei), harga minyak mentah mengalami pergerakan yang terbatas karena para pelaku pasar fokus menunggu keputusan kebijakan moneter dari The Fed. Saat ini, harga minyak Brent diperdagangkan sekitar $79.27 per barel, sementara harga minyak WTI berada di kisaran $75.58 per barel.
Menurut FedWatch Market, kemungkinan besar The Fed akan meningkatkan suku bunga sebesar 25 bps pada pertemuan mereka minggu ini. Namun, pasar minyak tidak ingin berspekulasi terlalu jauh mengenai hal tersebut dan lebih memilih untuk menunggu dan melihat perkembangan terbaru. Hal ini lah yang membuat volatilitas pasar cenderung turun.
Saat ini, pasar tidak hanya memperhatikan tingkat suku bunga yang akan ditetapkan oleh The Fed, tetapi juga mencari sinyal yang menunjukkan akhir dari siklus rate hike Fed. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa inflasi inti terbaru menunjukkan bahwa tekanan harga konsumen masih sulit dijinakan. Di sisi lain, krisis perbankan dan potensi resesi juga menjadi faktor yang mempengaruhi pertimbangan Federal Reserve dalam melanjutkan kebijakan ketat.
Aktivitas Bisnis China Loyo, Pasar Khawatirkan Propsek Minyak
Selain kekhawatiran mengenai hasil rapat the Fed, harga minyak juga terpengaruh oleh rilis data aktivitas bisnis China yang mengecewakan. Padahal, sektor manufaktur China telah memberikan kontribusi besar bagi perekonomian dan berhubungan langsung dengan permintaan minyak. Dengan pemulihan ekonomi China yang melambat di kuartal kedua tahun ini, pasar semakin khawatir mengenai prospek permintaan minyak di masa depan. Sejumlah investor memilih untuk menyesuaikan kontrak minyak mereka, dan ini berdampak pada penurunan harga.
Meskipun ada beberapa sentimen yang mempengaruhi pergerakan harga minyak, pelemahan tersebut diyakini akan teratasi oleh pemangkasan output minyak OPEC+ sebesar 1,6 juta barel per hari yang mulai diberlakukan pada awal bulan ini. Selain itu, meningkatnya permintaan minyak di AS menjelang liburan musim panas juga diprediksi dapat menopang harga minyak dalam jangka pendek.