Prospek rate hike lanjutan Fed makin kokoh, namun harga minyak tetap stabil. Pasalnya, harga emas masih ditopang oleh rencana pemotongan produksi.
Harga minyak mentah dunia bergerak stabil pada perdagangan hari Senin (03/Juli). Brent Oil terpantau berada pada kisaran $75.20 per barel atau menguat 0.17 persen. Sedangkan, harga minyak WTI Oil tercatat menguat tipis 0.14 persen pada kisaran $70.49 per barel.
Meskipun data inflasi PCE AS yang dirilis pada akhir pekan lalu lebih rendah dari ekspektasi, angka tersebut tetap jauh dari target 2 persen. Oleh karena itu, perkembangan ini tidak mengurangi harapan kenaikan suku bunga lanjutan dari The Fed bulan ini.
"Komentar hawkish terkait prospek suku bunga oleh beberapa pejabat The Fed akhir-akhir ini meningkatkan kekhawatiran pasar terkait prospek permintaan yang akan membebani harga minyak," kata analis National Australia Bank (NAB) dalam sebuah catatan.
Sebelumnya, pasar menunjukkan reaksi yang sangat responsif terhadap pernyataan bernada hawkish Jerome Powell dalam forum ECB. Ia menyatakan bahwa masih ada potensi untuk menaikkan suku bunga sebanyak dua kali lagi dalam tahun ini.
Perlu diketahui, harga minyak memang sangat dipengaruhi oleh kurs dolar AS. Dolar berpotensi menguat apabila The Fed resmi melanjutkan kenaikan suku bunga bulan ini. Kondisi ini berpotensi menekan pergerakan harga minyak.
Baca juga: 3 Faktor Penggerak Harga Minyak
Minyak Masih Tertopang Pemotongan Produksi
Meskipun ada kekhawatiran akan kenaikan suku bunga oleh The Fed, harga minyak sebenarnya tetap didukung oleh tindakan OPEC dalam kebijakan produksi. Baru-baru ini, Rusia sebagai salah satu produsen minyak utama mengumumkan rencana untuk mengurangi produksi lagi.
Selain itu, keputusan Arab Saudi untuk mengurangi produksi sebesar 1 juta barel per hari pada awal Juli juga dapat memberikan dukungan tambahan bagi harga minyak.
Pemerintah Amerika Serikat dilaporkan sedang mengisi kembali cadangan minyak strategis seiring dengan peningkatan permintaan bensin selama liburan musim panas.
Berdasarkan survei Reuters, mayoritas analis memperkirakan harga rata-rata minyak Brent akan mencapai $83.03 per barel pada akhir 2023. Angka ini direvisi dari proyeksi sebelumnya karena adanya tanda-tanda perlambatan ekonomi China tahun ini.