Ada sejumlah katalis berdampak tinggi selama minggu pertama tahun ini: kenaikan yield, notulen FOMC, NFP AS, ISM Manufaktur, dan eskalasi geopolitik.
Selama perdagangan perdana tahun ini (2/Januari), US Dollar Index (DXY) bullish sekitar 0.7% menuju level tertinggi 102.19. Lonjakan ini dipicu oleh beberapa faktor berdampak besar di awal 2024.
Pertama, yield US Treasury 10Y sukses mencapai 3.963%—level tertinggi harian selama tiga minggu terakhir. Meski kini sudah turun ke 3.930%, kenaikan yield berhasil mendorong nilai tukar Dolar AS.
Kemudian, ada sejumlah rilis dan peristiwa penting yang terjadi dalam seminggu ini, yakni:
- ISM Manufacturing PMI AS (Rabu, 3/Januari)
- Notulen rapat FOMC (Kamis, 4/Januari)
- Nonfarm Payroll/NFP AS (Jumat, 5/Januari)
- Konflik geopolitik di Timur Tengah
Baca Juga:Kumpulan Berita Broker Terbaru
Proyeksi Dolar Bergantung pada Data-Data Ekonomi
Menurut Kenneth Broux dari Societe Generale, notulen rapat FOMC yang dihelat Desember lalu dan data NFP AS akan menjadi penentu arah Greenback selanjutnya.
Saat ini, CME FedWatch menunjukkan pasar telah mengantisipasi peluang sebesar 82% untuk Fed rate cut pada Maret 2024. Skala pemangkasannya tahun ini diperkirakan mencapai lebih dari 150 bp.
Akan tetapi, ekspektasi pasar dapat berubah sewaktu-waktu seiring dengan rilis data ekonomi terbaru dan pernyataan para petinggi Federal Reserve.
Dari sektor manufaktur, konsensus mengharapkan pertumbuhan dari 46.7 ke 47.1. Menurut Diego Colman dari DailyFX, apabila terjadi peningkatan yang melebihi ekspektasi, para pelaku pasar mungkin akan mengurangi peluang rate cut dalam waktu dekat.
Mereka memperkirakan The Fed akan enggan menurunkan suku bunga dalam situasi ekonomi yang stabil karena khawatir memicu kembali inflasi. Skenario ini tentu berdampak positif pada Dolar AS.
Namun, apabila data ternyata mengecewakan, apalagi jika NFP di bawah 100K, Colman memperkirakan The Fed akan bersikap dovish sehingga membebani Greenback.
Di sisi lain, para pelaku pasar juga sedang memantau kondisi geopolitik di Laut Merah. Amerika Serikat dan Inggris mengirim armada tempur untuk menyerang Houthi yang berupaya membajak kapal-kapal Israel.
Sebagai bentuk solidaritas, Iran pun mengerahkan kapal perangnya untuk membantu Houthi. Situasi ini dapat memicu kenaikan harga minyak dunia sekaligus daya tarik Dolar sebagai mata uang safe haven.