Analisa harga perlu dilakukan untuk memperkirakan arah dan mendapatkan peluang keuntungan terbaik. Lantas, apa saja indikator terbaik untuk trading emas?
Perdagangan emas sebagai komoditas memiliki daya tarik tinggi. Emas punya keunggulan tersendiri dibandingkan komoditas atau instrumen perdagangan lainnya, seperti forex, saham, dan crypto. Nilainya cenderung lebih stabil dan peluang kenaikannya lebih besar jika dilihat dalam panjang. Di saat instrumen-instrumen perdagangan lain rentan mengalami fluktuasi harga, performa emas tampak lebih stabil karena permintaannya di pasar cenderung meningkat walau hanya sedikit. Itulah kenapa, selain diperdagangkan secara fisik, saat ini komoditas emas juga semakin populer dijadikan instrumen perdagangan secara digital atau online.
Baca juga: Kelebihan Trading Emas Online Daripada Investasi Emas Fisik
Sebagaimana instrumen perdagangan pada umumnya, emas sebagai komoditas perdagangan (trading) juga sarat dengan analisis fundamental dan teknikal untuk membaca, memprediksi, dan memahami pergerakan atau sinyal-sinyal di pasar. Memang, fluktuasinya tidak sebesar komoditas trading lainnya, tetapi menganalisis pergerakan harga emas dan mengetahui kapan sebaiknya melakukan aksi jual-beli juga memerlukan sejumlah indikator umum yang sejauh ini terbukti efektif dalam meningkatkan dan menjaga profitabilitas.
Lalu, apa saja indikator terbaik untuk trading emas? Terlepas dari gaya trading yang bisa beraneka ragam, inilah 5 indikator yang direkomendasikan untuk trader emas:
1. Moving Average
Merupakan satu indikator perdagangan yang paling sering digunakan, Moving Average (MA) terkenal sebagai indikator dasar yang sederhana dan mudah diterapkan. Banyak trader pemula yang mengandalkan MA sebagai tolok ukur dalam membaca pergerakan pasar dan mencari sinyal perubahan (reversal) ataupun mengidentifikasi tren harga emas dalam jangka pendek dan menengah.
Sebagaimana namanya, indikator Moving Average mengenali beberapa posisi harga rata-rata (average) dalam satuan waktu tertentu dan menarik garis di sepanjang titik-titik tersebut untuk mengetahui pergerakan harga yang terjadi, sekaligus penanda apakah terjadi tren naik (uptrend) atau tren turun (downtrend) selama rentang waktu tersebut.
Periode yang sering digunakan dalam indikator MA adalah 15, 30, 50, 100, dan 200. Memahami tanda-tanda yang ditunjukkan oleh MA memberi gambaran jelas mengenai bagaimana pasar berjalan.
Baca juga: 3 Cara Trading dengan Moving Average
2. Exponential Moving Average
Sebagai pengembangan dari MA, indikator Exponential Moving Average (EMA) memberi penegasan analisis pada harga-harga terbaru. Dalam analisis teknikal, Exponential Moving Average merupakan penyempurnaan perhitungan MA dengan menambahkan bobot atau multiplier ke dalam satuan waktu MA. Misal, rentang waktu MA yang dipilih adalah 20 hari, maka formula dasar EMA-nya menghitung faktor rata-rata (smoothing factor) menjadi: [2/(20 + 1)] = 0.0952.
Kemudian, nilai faktor rata-rata tersebut dihitung dengan EMA sebelumnya untuk mendapatkan nilai terbaru saat ini. Smoothing factor inilah yang menjadi penitik-berat sebagai multiplier dalam MA eksponensial di rentang-rentang waktu lainnya. Dengan perhitungan bobot seperti ini, analisis Moving Average menjadi lebih akurat karena besaran perubahan rata-rata dari waktu ke waktu dapat dengan jelas terlihat.
Banyak trader menganggap EMA lebih sensitif terhadap berita-berita atau perkembangan kondisi psikologis para trader yang sedang aktif di pasar. Apakah ada berita yang bisa mempengaruhi tren emas seketika? Hal itu bisa ditunjukkan oleh pergerakan EMA dalam chart.
Baca juga: Panduan Setting EMA Terbaik Untuk Scalping
3. Fibonacci Retracement
Indikator Fibonacci Retracementdiperkenalkan oleh matematikawan Leonardo Pisano pada abad ke-13. Dalam teorinya, Fibonacci (panggilan akrab Leonardo) mencetuskan sederet angka penentu yang ia sebut sebagai rasio.
Angka-angka Fibonacci didapatkan dengan mengalikan deret angka dalam Fibonacci Sequence, yakni 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 84, 144, dan seterusnya. Misal, rasio 23.6% didapatkan dari membagikan satu angka dalam deret dengan angka ketiga setelahnya, di mana 8 / 24 = 0.2361. Sementara itu, rasio 61.8% didapatkan dengan mengalikan satu angka dengan angka di sebelahnya. Jadi 8 / 13 = 0.618.
Deret rasio Fibonacci umumnya terdiri atas 23.6%, 38.2%, 50%, 61.8%, dan 100%. Angka-angka ini jadi dasar menentukan level Support dan Resistance. Untuk bisa menampilkan Fibonacci, trader tidak perlu menghitung secara manual, karena tool Fibonacci Retracement hanya perlu ditarik dari level harga tertinggi dan terendah.
4. Relative Strength Index (RSI)
Indikator berikutnya yang juga cocok untuk trading emas adalah Relative Strength Index atau RSI. Cukup populer di kalangan trader dan banyak disarankan untuk trader emas pemula, indikator RSI bertujuan menentukan apakah terjadi level jenuh beli (overbought) atau jenuh jual (oversold), sekaligus menentukan area terjadinya.
RSI sering kali disebut sebagai indikator momentum, karena dapat menghitung besaran perubahan harga atau fluktuasi yang sedang terjadi di pasar. Dalam grafik, indikator RSI biasanya ditampilkan sebagai oscillator atau grafik garis yang bergerak di antara kedua titik terjauh; atas dan bawah. Area atas dibatasi pada level 70, sedangkan area bawah umumnya dibatasi di level 30.
Untuk menghitung nilai RSI, biasanya rentang waktu yang diambil adalah 14 hari dengan rata-rata potensi keuntungan sebesar 1%. Ini juga berlaku dalam komoditas emas karena perdagangannya bisa dihitung secara harian (intraday).
5. Bollinger Bands
Indikator Bollinger Bands cocok digunakan oleh trader pemula dan banyak direkomendasikan sebagai alat yang pas dalam analisis teknikal perdagangan emas. Sebagaimana digunakan dalam berbagai instrumen lain, Bollinger Bands dalam perdagangan emas juga bertumpu pada pengamatan tingkat volatilitas harga dan pergerakan tren yang sedang terjadi.
Baca juga: Mengenal Sosok Pencipta Indikator Bollinger Bands
Indikator ini menunjukkan standar deviasi yang bisa dihitung dari pergerakan MA, dengan besaran standar deviasi yang umum digunakan adalah 2.
Sejatinya, indikator ini juga bisa dipakai untuk menentukan tingkat overbought (puncak) dan oversold (dasar) dari sebuah tren. Mengetahui jarak Bollinger Bands akan membantu trader menentukan aksi beli ataupun jual. Saat jarak Bands menyempit dalam sebuah periode tenang (low volatility), maka ini merupakan sinyal pergerakan harga yang besar, entah itu naik atau turun. Sebaliknya, jika jarak antar kedua Bands sangat lebar, maka pergerakan harga kemungkinan akan sangat besar pula dan sulit diprediksi. Trader emas dapat mengidentifikasi level profit yang diinginkan dengan indikator Bollinger Bands.
Perdagangan komoditas emas dalam pasar digital memang terkesan lebih intens dan penuh perhitungan mendalam. Tetapi setelah memahami kelima indikator dasar di atas, Anda bisa memperbesar peluang keuntungan sesuai tren pasar.