Yen Jepang turun setelah tidak ada perubahan dari BoJ, fokusnya bergeser ke inflasi PCE As, 1 hari, #Forex Fundamental | USD/CAD melemah mendekati 1.3650 karena harga minyak mentah yang lebih tinggi, PCE AS dipantau, 1 hari, #Forex Teknikal | Inflasi PCE inti As akan tunjukkan tekanan harga kuat karena pasar tunda prediksi penurunan suku bunga the Fed, 1 hari, #Forex Fundamental | EUR/USD siperdagangkan dengan bias negatif, di atas level 1.0700 karena para pedagang menunggu indeks harga PCE AS, 1 hari, #Forex Teknikal | PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) akan membagikan dividen senilai Rp2.5 miliar dari laba tahun buku 2023, 1 hari, #Saham Indonesia | PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mengalami penurunan kinerja keuangan pada kuartal I/2024, pendapatannya berkurang 10.49% secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, 1 hari, #Saham Indonesia | Top losers LQ45 terdiri dari: PT Mitra Pack Tbk (PTMP) -4.20%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) -2.90%, PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) -2.60%, 1 hari, #Saham Indonesia | Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di awal perdagangan hari ini, turun 0.49% ke 7,120, 1 hari, #Saham Indonesia

Pembatasan COVID Dicabut, Manufaktur China Berekspansi

Crypholic 30 Jun 2022
Dibaca Normal 2 Menit
forex > berita > #covid #manufaktur
Dicabutnya pembatasan COVID oleh pemerintah China telah menghidupkan kembali perekonomian warga. Hal ini mendorong ekspansi sektor manufaktur dan jasa.

Indeks PMI Manufaktur dilaporkan meningkat dari 49.6 menjadi 50.2 pada bulan Juni 2022. Meski lebih rendah dari ekspektasi 50.6, data kali ini terbilang cukup memuaskan karena berhasil berekspansi setelah terjebak di zona kontraksi selama tiga bulan berturut-turut. Dalam rincian data yang dirilis, sub-indeks produksi melonjak hingga 52.8 atau level tertinggi sejak kuartal pertama 2021 lalu. Sementara itu, sub-indeks pesanan baru (New Orders) juga berekspansi untuk pertama kalinya setelah terjungkal di zona kontraksi selama empat bulan.

Untuk data PMI Non-Manufaktur atau jasa, terdapat lonjakan dari 47.8 menjadi 54.7. Performa ini tidak jauh berbeda dari hasil di sektor manufaktur, mengingat terjadi kenaikan ke atas level 50. Perlu diketahui bahwa level 50 merupakan ambang zona kontraksi dan ekspansi dalam pembacaan data PMI, sehingga peningkatan dari kisaran 40-an ke 50-an kerap dianggap signifikan.

Sektor pabrikan dan jasa China yang kembali berekspansi sebenarnya tidak terlepas dari keputusan pemerintah China untuk mencabut pembatasan COVID, sehingga warga dapat keluar dan melakukan aktivitas ekonomi. Sebelumnya, kebijakan lockdown di dua kota besar China (Shanghai dan Beijing) memang sangat membebani tingkat aktivitas masyarakat.

Baca juga: Peran Produsen dan Konsumen dalam Perekonomian

Permintaan Pasar Masih Rapuh

Meski sektor manufaktur China sudah terlepas dari zona kontraksi, sejumlah analis memperingatkan potensi perlambatan yang dipicu oleh melemahnya sektor properti dan konsumsi rumah tangga. Di samping itu, risiko kembalinya infeksi COVID dan lemahnya permintaan turut membayangi ekonomi China ke depan.

Permintaan yang lemah tidak hanya terjadi di pasar domestik, tetapi juga dari mancanegara. Hal ini juga diakui oleh pengamat ekonomi China.

"Sektor manufaktur China berekspansi di akhir kuartal kedua, namun kekhawatiran terhadap risiko perlambatan tetap ada. Sekitar 49.3 persen perusahaan yang kami survei mengaku bahwa pesanan tidak sebaik ekspektasi mereka. Permintaan lemah masih menjadi problem yang tengah dihadapi oleh industri China selama ini," kata ahli statistik senior NBS, Zhu Hong.

Terkait Lainnya