Harga minyak mentah menguat tipis pada hari Selasa setelah mencuatnya ekspektasi stimulus ekonomi oleh Bank Sentral China.
Harga minyak mentah terpantau menguat tipis pada perdagangan Asia hari Selasa (18/Juli). Minyak Brent bergerak pada kisaran $78.69 per barel atau menguat 0.22 persen secara harian. Sedangkan harga minyak mentah AS tercatat menguat 0.43 persen pada kisaran $74.40 per barel.
Anjloknya kurs dolar AS ke level terendah 15 bulan belakangan ini membantu meghadang penurunan harga minyak lebih jauh. Ditambah lagi, tambahan stimulus masif dari pemerintah China juga mendukung prospek bullish.
Berdasarkan laporan media setempat, pada kuartal ketiga mendatang, People's Bank of China (PBoC) berencana untuk memangkas persyaratan cadangan perbankan.
Selain itu, pemerintah China juga memperpanjang keringanan pajak untuk pembelian kendaraan listrik hingga tahun 2027. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas dan memberikan dampak positif pada perekonomian.
Namun, beberapa ahli berpendapat bahwa stimulus ekonomi China masih diperlukan dalam sektor-sektor lainnya.
"Untuk melawan rintangan yang menghambat pertumbuhan, kami mengekspektasikan stimulus yang lebih tertarget dalam beberapa bulan ke depan, utamanya di sektor fiskal, properti, dan konsumsi," kata seorang analis dari Goldman Sachs.
Peningkatan kondisi ekonomi China dapat mendorong permintaan minyak global mengingat China merupakan salah satu konsumen energi terbesar di dunia.
Fokus Berikutnya: Laporan Persediaan Minyak Mentah AS
Selain kebijakan China dan kondisi Dolar, minyak juga mendapatkan dukungan dari kebijakan produksi OPEC+ dalam rangka penyesuaikan output. Ditambah lagi, Arab Saudi memutuskan untuk memperpanjang pemotongan produksi hingga bulan Agustus, sementara Rusia berencana untuk mengurangi ekspor minyak mulai bulan depan.
Selanjutnya, perhatian pelaku pasar akan difokuskan pada laporan persediaan minyak mentah AS yang dirilis oleh American Petroleum Institute (API) dan Energy Information Administration (EIA). Data minggu lalu menunjukkan penurunan konsumsi bensin yang tidak lazim terjadi selama musim panas.
Hal ini disebabkan oleh cuaca ekstrem yang menyebabkan kebakaran hutan dan bencana alam seperti banjir, yang berdampak pada penurunan jumlah perjalanan dengan kendaraan.