Kebijakan pemerintah China untuk melonggarkan pembatasan COVID ternyata memicu kekhawatiran baru. Minat risiko pasar pun turun sehingga menimbulkan tekanan bagi emas dan sejumlah aset berisiko tinggi.
Selamat pagi, para pencari profit! Momen akhir tahun yang cenderung sepi ternyata memberikan ruang bagi isu COVID dan konflik Rusia untuk memicu ketidakpastian pasar. Pound tampak melemah, harga emas mundur dari resistance, Bitcoin masih tertekan, dan saham-saham cenderung lesu.
Bagaimana ulasan lengkap di setiap market? Mari kita bedah satu per satu.
Forex
GBP/USD bertahan di sekitar 1.20400 setelah tertekan oleh risk-off. Padahal, rilis data Pending Home Sales AS lebih buruk daripada ekspektasi pasar.
Fundamental
- GBP/USD rentan mendekati garis support 1.2000 karena Dolar AS telah memperoleh dukungan signifikan di tengah aksi penghindaran risiko.
- Sentimen pasar berubah menjadi sangat bearish lantaran aksi jual di S&P500. Hal ini berkaitan dengan pengumuman pemerintah AS yang mewajibkan tes COVID bagi pelancong dari China.
- Data Pending Home Sales Amerika Serikat sedikit membaik dari -4.6% ke -4.0%. Akan tetapi, angka tersebut jauh di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan ke -0.8%.
- Indeks Dolar AS pulih di sekitar 104.20 dan berpotensi melanjutkan rebound dalam waktu dekat. Imbal hasil Treasury AS 10-tahun juga semakin naik mendekati 3.90%.
Teknikal
- Berdasarkan pengamatan analis Sagar Dua dari FXStreet, GBP/USD telah membentuk pola grafik Descending Triangle pada chart H1. Harga juga turun mendekati garis support 1.1992 (titik terendah 22 Desember).
- Indikator RSI (14) bergerak dalam kisaran 40.00-60.00 atau berkonsolidasi. Sementara itu, indikator EMA 20 masih menunjukkan bahwa tren jangka pendek cenderung bullish.
- Jika GBP/USD berhasil menembus titik tertinggi 27 Desember (1.2112), harga bisa melaju ke 1.2189 hingga 1.2242.
- Namun apabila GBP/USD melemah sampai ke bawah 1.1992, harga berpotensi menembus pola Descending Triangle dan terseret menuju titik terendah 1.1940 atau bahkan 1.1900.
Kripto
Bitcoin kembali memasuki zona merah akibat sentimen negatif dari Rusia dan China. Saat ini, Bitcoin diperdagangkan di kisaran $16,500 dan masih membutuhkan konifirmasi lanjutan untuk kembali mendapatkan momentum.
Fundamental
- Indeks Fear & Greed Bitcoin menetap di angka 28/100, mengindikasikan sentimen BTC masih berada di zona "fear".
- Total market cap kripto global mencapai $795 miliar, turun sekitar 1.30% dari sesi perdagangan sebelumnya.
- Larangan Rusia untuk mengekspor minyak ke negara-negara lain yang mendukung sanksi dari G7 membuat sentimen investor memburuk.
- Lonjakan kasus COVID di China dan penyebaran varian baru berisiko meningkatkan pembatasan global sehingga memicu risk-off.
Teknikal
- Bitcoin bergerak di area $16,500, mengalami penurunan sebesar 0.87% secara harian.
- Menurut analis FXEmpire, Bob Mason, Bitcoin perlu menembus area Pivot $16,600 dan menargetkan penutupan di atas level (R1) $16,755 untuk kembali mendapatkan momentum bullish.
- Jika berhasil menembus R1, Bitcoin berpotensi reli hingga R2 $17,057 atau bahkan level psikologis $17,000.
- Kegagalan Bitcoin menembus level Pivot berpotensi membuat harga terkoreksi ke bawah S1 $16,402 atau bahkan S2 $16,000.
Emas
Harga emas masih bertahan di atas 1800, tetapi kondisi fundamental saat ini kurang memberikan dukungan bagi sentimen bullish. Emas juga masih berpeluang turun di bawah 1800 dan menargetkan 1785 secara teknikal.
Fundamental
- Efek pelonggaran kebijakan COVID di China sudah memudar, sementara negara-negara maju lain seperti AS dan Jepang mulai khawatir dengan masuknya wisatawan China ke negara mereka.
- Hal itu membuat sentimen risiko pasar kembali turun bersama pergerakan harga emas.
- Analis The Fed San Francisco optimis jika AS tidak akan mengalami perlambatan ekonomi dalam 2 kuartal mendatang.
- Emas secara garis besar masih mencerminkan ketidakpastian pasar dan cenderung berkonsolidasi dari kenaikan yang dialami baru-baru ini.
Teknikal
- Anil Panchal dari FXStreet mengutarakan jika penurunan harga emas saat ini merupakan reaksi teknikal yang wajar.
- Pasalnya, harga telah membentuk Triple Top di sekitar 1825 dan sinyal RSI terlihat mundur dari zona overbought.
- Apabila harga jatuh di bawah level psikologis 1800, emas berisiko tergelincir ke level terendah mingguan pada kisaran 1785.
- Namun jika ternyata XAU/USD sukses naik menembus 1825, momentum bullish akan membawa harga ke puncak bulan Juni di 1880.
Saham
Pasar saham AS merosot, begitu juga dengan IHSG yang ditutup melemah. Meski demikian, investor asing tetap memborong saham GOTO dan AKRA.
Saham AS
- Dow Jones melemah 1.10%, S&P 500 merosot 1.20%, sementara NASDAQ anjlok 1.35% pada perdagangan kemarin.
- Saham Apple turun sebesar 3% karena kurangnya tenaga produksi iPhone di Zhengzhou, China.
- Tak hanya sektor teknologi, sektor industri pun terpukul oleh lemahnya sejumlah saham maskapai penerbangan.
- Southwest Airlines terperosok 5%, sementara American Airlines dan Delta Airlines selip 1%. Hal ini berkaitan dengan pembatalan jadwal penerbangan secara masal akibat badai musim dingin.
Saham Indonesia
- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1.05% ke level 6850 pada perdagangan hari Rabu kemarin.
- Penurunan terjadi di 10 dari 11 sektor BEI. Sektor yang mencatatkan penurunan terbanyak adalah energi, teknologi, barang konsumen primer, dan perindustrian.
- Total volume perdagangan BEI kemarin mencapai Rp19.96 miliar dengan nilai transaksi Rp8.93 triliun.
- Meski banyak saham yang terkoreksi, investor asing tetap memborong saham-saham Indonesia. Dua diantaranya adalah GOTO dan AKRA.
- PT GOTO Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) ditutup flat di Rp91 per saham, sementara PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) menguat 2.90% ke Rp1420 per saham.
- Saham yang dapat diperhatikan hari ini adalah ACES, BUKA, PGAS, ITMG, INKP, INCO, PTPP, dan JPFA.
Untuk mendalami ilmu trading di masing-masing pasar, Anda juga bisa belajar di kumpulan artikel Inbizia.