Dolar AS melemah karena mencuatnya minat risiko global sehubungan dengan keputusan OPEC untuk meningkatkan produksi jika output Rusia anjlok akibat sanksi Barat.
Pada perdagangan New York hari Kamis (02/Juni), Indeks Dolar AS melemah 0.65 persen di level 101.88. Kinerja bursa saham global yang kompak menghijau menjadi pertanda minat risiko pasar kembali menggeliat. Aset-aset berisiko tinggi kini menjadi incaran setelah mengalami penurunan tajam beberapa sesi sebelumnya.
Arab Saudi dan OPEC siap melakukan intervensi untuk meningkatkan produksi harian mereka jika output minyak Rusia anjlok akibat sanksi dari Barat. Kabar terbaru dari Organisasi Negara Produsen Minyak ini tentu saja meredakan kekhawatiran yang sempat berkembang setelah Uni Eropa sepakat memblokade 90 persen impor migas Rusia.
Baca juga: Prospek Pasokan Kian Ketat, Harga Minyak di Level Tertinggi 2 Bulan
Kabar tersebut memicu peningkatan minat risiko pasar sehingga cenderung meredupkan daya tarik Dolar AS yang sejak krisis Rusia-Ukraina pecah menjadi primadona di kalangan investor. Laju kenaikan aset-aset berisiko juga ditopang oleh optimisme dari China yang telah melonggarkan pembatasan COVID-19 di beberapa kota utama seperti Shanghai dan Beijing.
"Kami melihat terdapat sejumlah katalis yang menekan pergerakan Dolar AS hari ini, tetapi kebanyakan adakah (karena) sentimen risk-on," kata John Doyle, VP Dealing dan Trading di Monex AS.
Mata Uang Komoditas Paling Unggul
Di tengah sentimen risk-on yang sedang menekan Dolar, mata uang komoditas (Commodity Dollar) seperti AUD dan NZD menjadi yang paling diuntungkan pada hari ini. Tidak tanggung-tanggung, pair AUD/USD melonjak lebih dari satu persen, begitu juga dengan Dolar New Zealand dan Dolar Kanada yang membukukan kinerja ciamik selama sesi New York malam ini.
Sementara itu, mata uang mayor lain seperti Euro dan Poundsterling terpantau bergerak terbatas versus Dolar AS. USD/JPY pun hanya terkoreksi tipis di dekat level psikologis 130 lantaran prospek kebijakan BoJ yang sangat dovish dan bertolak belakang dengan sikap bank sentral AS.