Insiden Dot Com Bubble, Subprime Mortgage, dan Brexit adalah beberapa contoh peristiwa Black Swan. Apa sebenarnya fenomena Black Swan itu?
Pernahkah Anda mendengar tentang fenomena Black Swan? Jika Anda sering mengikuti analisis atau berita dari media internasional, Anda pasti pernah mendengar istilah ini beberapa kali. Secara singkat, fenomena Black Swan adalah munculnya peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi dan menimbulkan guncangan besar di pasar finansial.
Berdasarkan teori ekonomi, suatu peristiwa dapat dikatakan sebagai fenomena Black Swan apabila sudah memenuhi tiga syarat utama berikut:
- Probabilitas atau kemungkinan terjadinya rendah.
- Menimbulkan dampak yang sangat besar di pasar finansial global.
- Pasca peristiwa, orang-orang akan menyadari bahwa sebenarnya peristiwa tersebut bisa diantisipasi.
Simak artikel berikut ini untuk penjelasan yang lebih lengkap.
Baca Juga:
Asal Muasal Istilah "Fenomena Black Swan"
Istilah Black Swan dalam dunia finansial tidak merujuk pada Putri Odile yang ingin menyihir Sang Pangeran. Istilah Black Swan dalam dunia finansial bermula dari asumsi masyarakat Eropa pada abad 17 yang menganggap bahwa hanya ada angsa putih di danau. Padahal, sesungguhnya ada angsa hitam yang juga hidup bebas di alam liar.
Dalam konteks ini, angsa hitam (Black Swan) tersebut adalah metafora untuk sesuatu yang tidak terprediksi dan berdampak besar, peristiwa luar biasa di luar kendali, atau sesuatu yang seharusnya eksis dalam anggapan umum.
Seiring waktu, istilah Black Swan pun mulai populer di era modern. Tokoh yang mempopulerkan istilah tersebut adalah Nassim Nicholas Taleb, seorang mantan trader Wall Street yang kemudian berkarier menjadi profesor dan penulis buku kenamaan di dunia finansial. Ia menulis buku berjudul "The Black Swan" di tahun 2007.
Menurut Taleb, penemuan ilmiah dan peristiwa yang tergolong fenomena Black Swan terjadi di luar prediksi alias tidak ada yang meramalkan sebelumnya. Contoh peristiwa yang dimaksud Taleb ini adalah kemunculan internet, komputer pribadi, Perang Dunia I, peristiwa 9/11 (11 September 2001) yang melemahkan Greenback, serangan AS terhadap Irak (2003) yang melambungkan harga minyak, dan sebagainya.
Dalam bukunya, Taleb juga menuliskan sejumlah hal yang perlu dilakukan para pelaku pasar untuk mengantisipasi fenomena Black Swan.
Tak heran, buku karyanya tersebut sukses masuk dalam jajaran Best Seller dan ditempatkan dalam daftar "12 Buku Paling Berpengaruh Pasca Perang Dunia II" oleh The Sunday Times.
Baca juga: Buku Terbaik Untuk Belajar Trading Forex Mulai Dari Nol
8 Peristiwa Black Swan Paling Fenomenal
Sebelum buku "The Black Swan" karya Taleb terbit pada tahun 2007, sudah ada beberapa peristiwa langka tak terduga yang pernah terjadi di dunia finansial. Berikut ini 8 peristiwa Black Swan yang paling diingat karena dampaknya.
1. Krisis Keuangan Asia (1997)
Krisis keuangan ini bermula di Thailand pada Juli 1997, yakni ketika mata uang Baht mengalami tekanan spekulatif yang signifikan. Pada saat itu, Thailand memutuskan untuk melepas pegging (patokan) nilai tukar Baht terhadap Dolar AS.
Krisis keuangan pun menyebar ke negara-negara Asia lainnya seperti efek domino. Peristiwa Black Swan ini menyebabkan sebagian besar mata uang negara Asia seperti Baht Thailand, Ringgit Malaysia, Won Korea, hingga Rupiah Indonesia terdepresiasi hingga 38 persen. Selain itu, dampak krisis keuangan Asia juga membuat berbagai sektor perusahaan bangkrut sehingga menyebabkan kerugian besar bagi pasar finansial global.
Banyak orang menuduh George Soros ikut andil dalam krisis tersebut karena telah melakukan shorting atas Baht dan memanen profit dari jatuhnya mata uang-mata uang Asia. Soros sendiri berdalih bahwa dirinya tidak memicu krisis, meskipun tidak menyangkal bahwa ia ada andil dalam gejolak yang terjadi.
Baca Juga:Trading Lessons from George Soros Quotes
2. Pecahnya Dot Com Bubble (2000)
Seiring dengan penggunaan internet yang meluas di seluruh dunia, bisnis online yang juga dikenal sebagai "perusahaan Dot Com" mengalami pertumbuhan pesat. Pada awalnya, tanda-tanda bubble akan pecah sudah mulai terlihat dari lonjakan harga saham yang signifikan, seperti indeks NASDAQ yang meningkat dari 1,000 poin pada tahun 1995 menjadi lebih dari 5,000 poin pada tahun 2000.
Ketika NASDAQ mencapai puncaknya, beberapa perusahaan besar seperti Dell dan Cisco tiba-tiba mulai menjual saham-saham mereka sehingga memicu aksi panic selling. Akibatnya, investor lebih cenderung menjual saham dan mengalihkan dana mereka ke mata uang yang dianggap lebih aman seperti USD.
3. Krisis Subprime Mortgage (2008)
Krisis Subprime Mortgage disebabkan oleh terungkapnya kebobrokan praktik sertifikasi hipotek dalam sistem finansial AS. Awal mula terbukanya borok ini adalah kebangkrutan Lehman Brothers, salah satu perusahaan jasa keuangan kelas dunia yang menempati ranking keempat sebagai bank investasi terbesar di AS.
Pada 15 September 2008, Lehman Brothers mendadak mendeklarasikan kebangkrutannya. Pada saat itu, total aset yang dimiliki Lehman Brothers adalah senilai $639 miliar dan utang $619 miliar. Tak ayal, peristiwa itu akhirnya menjadi deklarasi kebangkrutan terbesar dalam sejarah.
Akibatnya, investor kehilangan kepercayaan terhadap perekonomian AS dan mencari mata uang lain yang dianggap lebih aman. Hal ini menyebabkan depresiasi Dolar AS terhadap mata uang lainnya. Mereka juga cenderung mencari tempat yang lebih aman untuk menanamkan modal mereka, seperti melalui investasi dalam aset safe haven.
4. Krisis Utang Yunani (2010)
Saat dunia masih mencoba pulih dari fenomena Black Swan Subprime Mortgage, Yunani tiba-tiba dikabarkan mencatat defisit anggaran yang luar biasa besar. Akibatnya, keyakinan pasar langsung kolaps, diikuti dengan deklarasi gagal bayar utang pemerintah terbesar dalam sejarah.
Situasi terus memburuk hingga tiga tahun berikutnya, tepatnya pada tanggal 30 Juni 2015, ketika Yunani menjadi negara maju pertama yang gagal membayar cicilan utang pada IMF (International Monetary Fund). Pasar saham mulai dari Hong Kong hingga London langsung anjlok.
Hingga kini, perekonomian Yunani masih mengalami resesi dan jumlah pengangguran sangat tinggi, meskipun gejolak krisis mulai mereda. Trader Euro di pasar forex pun sampai saat ini masih was-was jika ada kabar renegosiasi utang Yunani maupun kebijakan ECB yang bisa mempengaruhi stabilitas ekonomi negara tersebut.
Baca Juga:Central Bank Policies That Affect the Forex Market
5. Bencana Nuklir Fukushima (2013)
Maret 2013 menjadi momen yang tak akan pernah terlupakan oleh Jepang karena pada saat itu terjadi bencana tak terduga: bocornya instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima. Peristiwa Black Swan tersebut cukup traumatis karena mirip insiden Chernobyl (1986) yang sempat meluluhlantakkan Eropa Timur dengan tingkat kebocoran radiasinya.
Bencana ini menyebabkan kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi Jepang dan stabilitas nuklir di negara tersebut. Akibatnya, Yen Jepang mengalami volatilitas yang tinggi di pasar forex. Investor tentu saja merespons dengan menjual Yen Jepang dan mencari mata uang lain yang lebih aman.
6. Peristiwa Pencabutan Pegging Franc Swiss (2015)
Sebelum tahun 2015, nilai tukar CHF di-pegging setara 1.20 Franc per Euro. Namun, SNB selaku bank sentral Swiss mendadak mencabut pegging tersebut sekaligus menurunkan suku bunga depositnya. Tak ayal, seluruh dunia gempar dibuatnya.
Tak lama setelah pengumuman SNB sampai pada khalayak luas, CHF melesat 30 persen versus EUR dan melonjak 25 persen versus USD. Pasar saham juga ikut terkena imbasnya, di mana indeks saham Swiss merosot 10 persen dalam sekejap.
Daripada Black Swan Event sebelumnya, kebijakan SNB ini bisa dikatakan berdampak paling buruk bagi trader forex. Pasalnya, tidak hanya trader yang langsung bangkrut, tetapi juga banyak broker terpaksa gulung tikar karena balance negatif para trader yang sebelumnya memiliki posisi short terhadap CHF.
Baca Juga:Berita Broker Terbaru
7. Peristiwa Brexit (2016)
Peristiwa Brexit (Britain Exit) adalah saat Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa pada tahun 2016. Sebelum hasil referendum Brexit diumumkan, masyarakat tak pernah menduga bahwa Inggris akan keluar karena konsensus analis pun menilainya demikian. Pada kenyataannya, Inggris tegas memilih "Yes, Brexit". Kubu Pro Brexit unggul dengan selisih tipis melawan Kubu Pro Uni Eropa.
Salah satu dampak paling terlihat dari Brexit adalah penurunan nilai tukar Poundsterling terhadap mata uang lain. Bahkan, level penurunan Pound terhadap Dolar adalah yang terparah dalam 31 tahun (sejak 1985). Hal ini karena keputusan untuk keluar dari Uni Eropa menciptakan ketidakpastian ekonomi dan politik yang signifikan di Inggris.
8. Pandemi COVID-19 (2020)
Merebaknya COVID-19 beberapa waktu silam termasuk peristiwa Black Swan karena tidak ada yang bisa menduga bahwa seluruh dunia akan lumpuh selama dua tahun lamanya. Anjuran lockdown telah membuat berbagai sektor bisnis runtuh, pasar saham mengalami volatilitas tinggi, dan bank-bank sentral dunia sibuk menstabilkan pasar.
Beberapa mata uang, terutama yang terkait dengan negara-negara terdampak pandemi, mengalami penurunan nilai tukar. Sementara itu, sejumlah aset yang dianggap sebagai safe haven seperti Dolar AS mengalami peningkatan.
Cara Mengantisipasi Black Swan Event
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, tidak ada yang bisa memprediksi Black Swan Event akan terjadi. Lantas, bagaimana cara melindungi aset-aset yang dimiliki ketika suatu saat terjadi Black Swan lagi?
- Bangun resiliensi
Diversifikasi portofolio, menyiapkan Plan B, dan mempertimbangkan berbagai skenario yang tidak biasa dapat membantu mengurangi risiko dan dampak yang mungkin timbul dari peristiwa Black Swan. - Belajar dari peristiwa sebelumnya
Seluruh peristiwa Black Swan yang terjadi di masa lalu dapat memberikan wawasan berharga tentang bagaimana mereka memengaruhi pasar serta cara mengelola dampaknya. - Bersikap fleksibel
Terakhir, perlu skill adaptasi yang baik. Misalnya, saat terjadi pandemi beberapa waktu silam, Anda harus bisa menyesuaikan diri di situasi baru dengan mengubah strategi serta rencana trading atau investasi Anda. Ngotot mempertahankan strategi yang lama justru bisa membuat Anda jatuh.
Selain peristiwa Black Swan, para trader forex juga diliputi kecemasan akan terjadi inflasi dalam waktu dekat. Pasalnya, banyak beredar isu hiperinflasi di berbagai negara di dunia.