Data GDP terbaru mengonfirmasi Inggris telah mengalami resesi sehingga nilai tukar Pound sterling turun drastis. Namun, para analis justru melihatnya sebagai peluang buy.
Data GDP (Gross Domestic Product) Inggris ambles dari -0.1% ke -0.3% pada kuartal terakhir tahun lalu. Padahal, pasar memperkirakan angkanya akan stabil di -0.1% QoQ (quarter-over-quarter).
Dengan demikian, pertumbuhan GDP secara kuartalan telah turun dua kali berturut-turut. Ini merupakan pertanda bahwa Inggris telah mengalami resesi teknikal pada 2023.
Laporan GDP tahunan juga sangat mengecewakan. UK ONS (Office for National Statistics) mencatat GDP Inggris jatuh dari +0.2% (setelah direvisi dari +0.3%) ke -0.2% YoY (year-over-year). Sebelumnya, konsensus hanya mengantisipasi penurunan ke +0.1%.
Data GDP Inggris kali ini memicu penurunan nilai tukar Pound sterling lebih lanjut setelah rilis inflasi CPI kemarin. Selama perdagangan hari ini (15/Februari), pasangan mata uang GBP/USD merosot lagi ke 1.2540-an.
Baca Juga:Info Seputar Broker Terbaru
Prospek Rate Cut BoE Bertambah, Analis Masih Optimis
Setelah rilis data GDP Inggris, para pelaku pasar yakin Bank of England (BoE) akan mulai menurunkan suku bunga pada Juni. Peluang pemangkasan suku bunga pada bulan tersebut kini sudah naik dari 50% menjadi 75% lebih.
Akan tetapi, sejumlah analis mengatakan bahwa situasi tersebut dapat menjadi peluang buy on dips terhadap Pound sterling karena dua alasan.
Pertama, perekonomian Inggris diperkirakan pulih pada kuartal pertama tahun ini. Kedua, frekuensi pemotongan suku bunga BoE mungkin akan lebih kecil ketimbang bank sentral utama lain.
Jane Foley, senior pakar strategi forex dari Rabobank mengatakan:
"Pelemahan data GDP Inggris menunjukkan potensi aksi ambil untung buy GBP. Oleh sebab itu, kami lebih memilih untuk buy GBP saat menurun terhadap EUR dan memperkirakan EUR/GBP bergerak ke 0.84 pada akhir tahun."
Sementara itu, George Vessey dari Convera berpendapat bahwa Sterling akan sedikit membaik terhadap beberapa pair mayor pada tahun ini meskipun prospek jangka pendeknya melemah.
Menurut Vessey, Pound sterling akan pulih tipis terhadap Dolar AS dan Euro karena penurunan suku bunga BoE mungkin lebih sedikit daripada The Fed dan ECB.
Ahli strategi forex tersebut mengatakan bahwa GBP/USD saat ini kembali ke $1.25 dan bergulat dengan MA 200-day. Apabila support utama tersebut terlewati, ia mengincar MA 100-day yang terletak di $1.25 sebagai target penurunan berikutnya dalam jangka pendek.