Bingung mencari strategi trading yang jitu dan mudah? Gunakan salah satu strategi trend following berikut ini untuk meraih profit yang maksimal.
Strategi trend following merupakan strategi trading yang populer dan terbukti efektif dalam menghadapi ketidakpastian dan fluktuasi pasar. Dengan berfokus pada mengikuti tren yang sedang berlangsung, trader dapat memanfaatkan pergerakan harga yang kuat dan memaksimalkan potensi keuntungan mereka.
Pendekatan trend following tidak bergantung pada prediksi pasar atau analisis fundamental yang kompleks. Alih-alih, trend following cukup simple karena hanya mengandalkan data harga yang sudah terjadi dan indikator teknikal untuk menentukan arah tren dan mengambil keputusan trading yang sesuai.
Dalam artikel ini, kami akan memberikan 7 strategi trend following yang paling mudah dan bisa Anda terapkan terlepas dari tingkat pengalaman dan pengetahuan Anda di dunia trading, yaitu:
- Tren Following Dengan Bollinger Bands
- Tren Following Dengan Moving Average
- Tren Following Dengan MACD
- Tren Following Dengan RSI
- Tren Following Dengan Pola Head and Shoulders
- Tren Following Dengan Pola Channel
- Tren Following Dengan Double Top/Bottom
Yuk pelajari bagaimana Anda dapat menggunakannya untuk meraih keuntungan dalam trading!
Tren Following Dengan Bollinger Bands
Bollinger Bands adalah salah satu indikator teknikal yang sangat populer dan luas digunakan oleh para trader di pasar keuangan. Indikator ini dikembangkan oleh seorang pakar analisis teknikal bernama John Bollinger pada tahun 1980-an dan sejak itu telah menjadi alat yang sangat berguna dalam mengukur volatilitas pasar serta mengidentifikasi peluang titik masuk dan keluar saat mengikuti tren.
Bollinger Bands memiliki struktur yang terdiri dari tiga garis yang berada di tengah, atas dan bawah harga yang sedang bergerak. Garis pertama, juga dikenal sebagai simple moving average (SMA), dihitung berdasarkan periode tertentu, misalnya SMA 20.
Garis ini berfungsi sebagai garis tengah atau pusat dari Bollinger Bands dan digunakan sebagai acuan untuk menentukan tren pasar. Garis kedua dan ketiga adalah band atas (upper band) dan band bawah (lower band), yang dihitung berdasarkan deviasi standar harga dari moving average.
Selain sebagai alat untuk mengukur volatilitas, Bollinger Bands juga memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi arah tren pasar. Anda dapat menggunakan indikator ini dengan memperhatikan saat harga menembus salah satu dari band Bollinger Bands.
Jika harga berhasil menembus upper band, hal ini menunjukkan adanya tren naik yang kuat, sementara jika harga berhasil menembus lower band, hal ini menunjukkan adanya tren turun yang kuat.
Untuk melakukan trading dengan mengikuti tren menggunakan Bollinger Bands, ada beberapa langkah yang dapat Anda ikuti:
- Jika harga berhasil menembus upper band dan terdapat minimal satu candlestick yang menutup di luar garis upper band tersebut, ini dapat dijadikan sinyal untuk masuk posisi buy. Sinyal ini menunjukkan adanya potensi kelanjutan tren naik yang kuat.
- Jika harga berhasil menembus lower band dan terdapat minimal satu candlestick yang menutup di luar garis lower band, ini dapat dijadikan sinyal untuk masuk posisi sell. Sinyal ini mengindikasikan adanya potensi kelanjutan tren turun yang kuat.
Dengan menggunakan strategi trading tren following ini, trader dapat memanfaatkan Bollinger Bands sebagai alat yang sangat berguna dalam mengidentifikasi peluang trading potensial serta mengambil keputusan yang lebih tepat saat bertransaksi di pasar keuangan.
Tren Following Dengan Moving Average
Indikator moving average merupakan indikator berjenis tren yang yang menghitung harga rata-rata selama periode waktu tertentu. Indikator ini sangat popular di kalangan para trader karena tampilannya yang sederhana dan kemudahan dalam penggunaan.
Dalam tren following menggunakan moving average, trader umumnya menggunakan dua moving average dengan periode yang berbeda yaitu moving average dengan periode pendek seperti periode 50 dan moving average dengan periode panjang seperti 200.
Moving average periode pendek memberikan gambaran pergerakan harga yang lebih cepat dan responsif, sementara moving average periode panjang memberikan gambaran pergerakan harga yang lebih lambat namun lebih halus.
Cara menggunakan tren following dengan moving average adalah sebagai berikut:
Identifikasi arah tren
Trader pertama-tama mengamati posisi moving average periode pendek (misalnya SMA 50) terhadap moving average periode panjang (misalnya SMA 200). Jika moving average periode pendek berada di atas moving average periode panjang, ini menunjukkan adanya tren naik. Sebaliknya, jika moving average periode pendek berada di bawah moving average periode panjang, ini menunjukkan adanya tren turun.
Konfirmasi sinyal
Setelah tren diidentifikasi, trader mencari konfirmasi sinyal untuk masuk posisi. Salah satu metode yang umum digunakan adalah "crossover" antara dua moving average. Jika moving average periode pendek (SMA 50) melintasi di atas moving average periode panjang (SMA 200), ini memberikan sinyal beli (buy signal).
Sebaliknya, jika moving average periode pendek melintasi di bawah moving average periode panjang, ini memberikan sinyal jual (sell signal).
Tren following dengan moving average dapat menjadi strategi yang efektif untuk mengikuti tren pasar yang sedang berlangsung. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua sinyal yang dihasilkan oleh moving average akan menghasilkan keuntungan sehingga trader harus selalu menggunakan money management agar risiko trading selalu terkendali.
Tren Following Dengan MACD
MACD (Moving Average Convergence Divergence) adalah salah satu indikator teknikal yang digunakan oleh trader dan analis pasar keuangan untuk mengidentifikasi arah tren dan momen pembalikan harga. Indikator ini dikembangkan oleh Gerald Appel pada tahun 1970-an dan telah menjadi salah satu alat yang populer dalam analisis teknikal.
Dalam konteks tren following, penggunaan MACD dapat memberikan konfirmasi yang berguna terkait arah tren dan peluang masuk posisi. Trader dapat memperhatikan persilangan antara garis MACD dan garis sinyal sebagai sinyal potensial untuk melakukan transaksi.
Ketika garis MACD melintasi di bawah garis sinyal dan histogram MACD berada di atas nol, ini menandakan adanya sinyal buy yang lebih kuat. Hal ini menunjukkan kemungkinan terjadinya perubahan arah dari tren turun menjadi tren naik, dan trader dapat mempertimbangkan untuk masuk posisi buy.
Sebaliknya, ketika garis MACD memotong garis sinyal dari atas ke bawah, dan histogram MACD berada di bawah nol, ini dapat menjadi sinyal jual yang lebih kuat. Ini menunjukkan potensi perubahan arah dari tren naik menjadi tren turun, dan trader dapat mempertimbangkan untuk masuk posisi sell.
Dalam prakteknya, trader juga sering mengkombinasikan penggunaan MACD dengan indikator dan alat analisis teknikal lainnya untuk memperoleh konfirmasi yang lebih kuat dan memperbaiki akurasi sinyal perdagangan.
Misalnya, mereka dapat memadukan MACD dengan garis tren atau moving average untuk memvalidasi tren yang sedang terjadi dan mengidentifikasi momen yang tepat untuk masuk atau keluar dari pasar.
Baca Juga: Strategi Trading 4 Jam Menggunakan MACD
Tren Following Dengan RSI
RSI (Relative Strength Index) merupakan sebuah indikator osilator yang digunakan untuk mengukur kekuatan relatif dari harga saat ini dengan membandingkannya dengan pergerakan harga sebelumnya.
Indikator ini dikembangkan oleh J. Welles Wilder pada tahun 1978. RSI memberikan angka antara 0 hingga 100, yang digunakan untuk mengidentifikasi kondisi overbought (keadaan jenuh beli) dan oversold (keadaan jenuh jual) dalam pasar.
RSI dihitung berdasarkan perbandingan antara kenaikan harga (upward price movements) dan penurunan harga (downward price movements) dalam periode waktu tertentu. RSI memberikan informasi tentang apakah harga telah menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah, dan apakah pasar sedang mengalami kondisi yang ekstrem.
Jika RSI berada di atas 70, ini menunjukkan bahwa pasar sedang dalam kondisi overbought, yang berarti harga mungkin telah naik terlalu tinggi dan ada potensi penurunan harga.
Sebaliknya, jika RSI berada di bawah 30, ini menunjukkan bahwa pasar sedang dalam kondisi oversold, yang berarti harga mungkin telah turun terlalu rendah dan ada potensi kenaikan harga.
RSI juga dapat memberikan sinyal pembalikan harga (reversal) ketika terjadi divergensi antara arah tren harga dan arah tren RSI. Divergensi bullish terjadi ketika harga membentuk lembah yang lebih rendah sementara RSI membentuk lembah yang lebih tinggi, yang dapat mengindikasikan kemungkinan adanya pembalikan harga ke atas.
Sebaliknya, divergensi bearish terjadi ketika harga membentuk puncak yang lebih tinggi sementara RSI membentuk puncak yang lebih rendah, yang dapat mengindikasikan kemungkinan adanya pembalikan harga ke bawah.
Penerapan tren following dengan RSI melibatkan penggunaan indikator RSI untuk mengidentifikasi arah tren pasar dan mengambil posisi yang sesuai dengan arah tren yang terkonfirmasi. Berikut adalah cara penerapan tren following dengan RSI:
Identifikasi arah tren
Pertama-tama, Anda perlu mengidentifikasi arah tren pasar secara umum. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan analisis teknikal dan faktor lain, seperti level support dan resistance, pola grafik, atau indikator lainnya.
Misalnya, jika harga cenderung membuat puncak-puncak yang lebih tinggi dan lembah-lembah yang lebih tinggi, ini menunjukkan adanya tren naik. Sebaliknya, jika harga cenderung membuat puncak-puncak yang lebih rendah dan lembah-lembah yang lebih rendah, ini menunjukkan adanya tren turun.
Konfirmasi tren menggunakan RSI
Setelah mengidentifikasi arah tren pasar, Anda dapat menggunakan indikator RSI untuk mengkonfirmasi kekuatan dan kelemahan tren tersebut.
Jika RSI berada di atas 50, ini mengindikasikan adanya tren naik yang kuat. Jika RSI berada di bawah 50, ini mengindikasikan adanya tren turun yang kuat. Konfirmasi tren dengan RSI membantu memastikan bahwa Anda mengikuti tren yang sedang terjadi dan menghindari sinyal palsu.
Identifikasi sinyal masuk posisi
-
Sinyal buy: Dalam tren naik, Anda dapat mencari sinyal beli ketika RSI memotong level 30 dari bawah ke atas. Ini menunjukkan bahwa harga sedang dalam kondisi oversold dan mungkin akan mengalami pembalikan harga ke atas. Ini dapat menjadi sinyal untuk masuk posisi buy.
-
Sinyal sell: Dalam tren turun, Anda dapat mencari sinyal jual ketika RSI memotong level 70 dari atas ke bawah. Ini menunjukkan bahwa harga sedang dalam kondisi overbought dan mungkin akan mengalami pembalikan harga ke bawah. Ini dapat menjadi sinyal untuk masuk posisi sell.
Tren Following Dengan Pola Head and Shoulders
Pola Head and Shoulders (H&S) adalah salah satu pola grafik yang digunakan dalam analisis teknikal untuk mengidentifikasi pembalikan harga dari tren naik menjadi tren turun. Pola ini terdiri dari tiga puncak, dengan puncak tengah (head) yang lebih tinggi di antara dua puncak yang lebih rendah (shoulders). Pola ini dinamakan "Head and Shoulders" karena bentuknya yang menyerupai kepala dan bahu manusia.
Pola H&S biasanya terbentuk setelah periode uptrend yang kuat, dan mengindikasikan kemungkinan perubahan tren menjadi tren turun. Berikut ini adalah komponen utama yang membentuk Pola Head and Shoulders:
Left Shoulder (Bahu Kiri)
- Ini adalah puncak pertama yang lebih rendah setelah uptrend.
- Tingkat puncak bahu kiri biasanya sejajar dengan tingkat puncak yang terjadi sebelum uptrend.
Head (Kepala)
- Ini adalah puncak tertinggi dalam pola H&S.
- Tingkat puncak kepala berada di atas tingkat puncak bahu kiri dan bahu kanan.
- Puncak kepala seringkali lebih tinggi dari puncak-puncak sebelumnya dalam uptrend.
Right Shoulder (Bahu Kanan)
- Ini adalah puncak kedua yang lebih rendah setelah puncak kepala.
- Tingkat puncak bahu kanan biasanya sejajar dengan tingkat puncak bahu kiri.
Neckline (Garis Leher)
- Garis leher adalah garis horisontal yang menghubungkan lembah antara bahu kiri dan bahu kanan.
- Garis leher berfungsi sebagai level support yang menjadi titik kunci dalam pola H&S.
Cara mengidentifikasi Pola Head and Shoulders:
- Identifikasi pola H&S dimulai dengan mengamati pergerakan harga dan melihat adanya formasi tiga puncak seperti yang dijelaskan di atas.
- Setelah terbentuknya puncak kepala dan dua bahu, gambarlah garis leher yang menghubungkan lembah antara dua bahu.
- Pola H&S dianggap valid ketika harga berhasil menembus garis leher dengan menurun.
Tren Following Dengan Pola Channel
Pola Channel, juga dikenal sebagai Channeling, adalah pola grafik yang digunakan dalam analisis teknikal untuk mengidentifikasi tren yang berkelanjutan di pasar.
Pola ini terdiri dari dua garis paralel yang menghubungkan serangkaian lembah (garis support) dan serangkaian puncak (garis resistance) pada grafik harga. Pola Channel menggambarkan kisaran harga yang relatif stabil antara dua garis paralel tersebut. Ada dua jenis pola channel yaitu channel naik dan channel turun.
Pola Channel Naik
- Pola Channel naik terbentuk ketika garis support dan garis resistance cenderung bergerak naik secara paralel.
- Garis support terhubung oleh serangkaian lembah yang semakin tinggi, sementara garis resistance terhubung oleh serangkaian puncak yang semakin tinggi.
- Pola ini menunjukkan adanya tren naik yang kuat, di mana harga cenderung bergerak dalam kisaran antara dua garis paralel tersebut.
Pola Channel Turun
- Pola Channel turun terbentuk ketika garis support dan garis resistance cenderung bergerak turun secara paralel.
- Garis support terhubung oleh serangkaian lembah yang semakin rendah, sementara garis resistance terhubung oleh serangkaian puncak yang semakin rendah.
- Pola ini menunjukkan adanya tren turun yang kuat, di mana harga cenderung bergerak dalam kisaran antara dua garis paralel tersebut.
Menerapkan tren following dengan pola channel sangat mudah, Anda hanya perlu menggambar garis channel terlebih dahulu lalu tunggu harga reject (tertolak) di garis channel untuk masuk posisi. Sinyal entry dapat muncul saat harga mendekati garis support pada pola channel naik atau mendekati garis resistance pada pola channel turun.
Ketika harga mendekati garis support pada pola channel naik, ini bisa menjadi peluang untuk memasuki posisi buy, dengan harapan harga akan memantul kembali ke arah atas.
Sebaliknya, ketika harga mendekati garis resistance pada pola Channel turun, ini bisa menjadi peluang untuk memasuki posisi sell, dengan harapan harga akan memantul kembali ke arah bawah.
Baca Juga: Teknik Trading Pullback dengan Trendline dan Channel
Tren Following Dengan Double Top/Bottom
Pola double top dan double bottom adalah pola chart yang menunjukkan saat pergerakan harga mencapai level tertentu, gagal menembusnya , kemudian berbalik arah dan kembali menguji level tersebut sebelum akhirnya bergerak ke arah yang berlawanan.
Double top terlihat seperti huruf M dan biasanya terjadi di ujung uptrend, sedangkan double bottom terlihat seperti huruf W dan biasanya terjadi di ujung downtrend.
Pola double top menunjukkan indikasi bearish, karena menunjukkan bahwa uptrend telah berakhir dan harga kemungkinan akan turun. Sedangkan pola double bottom dapat menunjukkan indikasi bullish, karena menunjukkan bahwa downtrend telah berakhir dan harga kemungkinan akan naik.
Dalam prakteknya, trading tren following dengan double top/bottom cukup mudah karena hanya menunggu terbentuknya pola ini di level tertentu:
- Sinyal entry untuk pola Double Top muncul setelah harga menembus garis neckline atau level lembah (harga terendah) antara dua puncak. Ini menunjukkan bahwa tekanan seller telah mengambil alih dan ada peluang untuk masuk posisi sell.
- Sinyal entry untuk pola Double Bottom muncul setelah harga menembus garis neckline atau level puncak (harga tertinggi) antara dua lembah. Ini menunjukkan bahwa tekanan buyer telah mengambil alih dan ada peluang untuk masuk posisi buy.
Tips Untuk Trader Pemula
Ada satu tip yang sangat penting bagi trader pemula yang ingin menerapkan dengan mudah strategi tren following yang telah dibahas di atas. Saran tersebut terkait dengan pemilihan pasangan mata uang (pair) yang sedang mengalami tren yang kuat.
Jika Anda melihat dengan seksama, semua contoh dan strategi yang telah dijelaskan akan berfungsi optimal ketika diterapkan pada pasangan mata uang yang sedang mengalami tren yang kuat. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa tren yang kuat memiliki arah yang jelas, sehingga memberikan peluang yang lebih besar untuk menghasilkan keuntungan.
Baca Juga: Panduan Memilih Pair Trading untuk Pemula
Akhir Kata
Dalam artikel ini, kami telah membahas tujuh strategi trend following yang mudah untuk diterapkan dalam trading. Masing-masing strategi ini adalaht tren following dengan Bollinger Bands, Moving Average (MA), RSI, MACD, pola Head and Shoulders (H&S), pola Channel, serta Double Top/Bottom. Setiap strategi ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Dalam trading, tidak ada strategi yang dapat menjamin kesuksesan secara mutlak. Namun, dengan pemahaman yang baik tentang strategi-strategi ini dan penggunaannya dengan bijak, Anda dapat meningkatkan peluang keberhasilan dalam mengenali tren yang sedang berkembang dan memanfaatkannya untuk mengambil keputusan trading yang lebih baik.
Penting untuk diingat bahwa penggunaan strategi ini haruslah dilengkapi dengan manajemen risiko yang baik, termasuk menentukan level stop loss dan target keuntungan yang rasional, serta melakukan evaluasi secara teratur terhadap kinerja trading Anda.
Saat trend berlangsung, Anda juga bisa menggunakan strategi pullback untuk meningkatkan peluang trading. Seperti apa caranya? Simak selengkapnya di artikel berjudul 5 Strategi Pullback untuk Manfaatkan Peluang di Tengah Trend.