Salah satu strategi trading yang gampang-gampang sulit untuk diterapkan adalah trading candlestick dengan trendline. Pasalnya, trader harus telaten saat menarik trendline, sehingga harga yang terbaca bisa lebih akurat dan tepat.
Perdagangan valas atau kerap disebut trading forex kini makin diminati. Kemudahan meraih profit dengan hanya memanfaatkan selisih harga jual beli mata uang menjadi daya tarik tersendiri bagi calon trader. Kendati demikian, trading forex tak bisa dilakukan seadanya. Perlu mempersiapkan teknik analisa yang tepat, hingga strategi trading yang terbukti profitable.
Nah berbicara soal strategi trading, ada banyak sekali cara yang bisa Anda gunakan. Mulai dari analisa harga berdasarkan berita-berita berdampak, memanfaatkan indikator teknikal, hingga menganalisa pola-pola candlestick. Di antara beberapa strategi tersebut, rupanya trader banyak mengidolakan strategi trading dengan memanfaatkan candlestick. Bagaimana caranya?
DI
|
Daftar Isi |
Mengapa Candlestick?
Candlestick adalah salah satu jenis grafik harga (chart) untuk memetakan dan membaca pergerakan harga di pasar finansial dalam bentuk candle. Satu batang candlestick tersusun dari data OHLC; Open (harga pembukaan), High (harga tertinggi), Low (harga terendah), dan Close (harga penutupan), dalam periode waktu tertentu. Bagian tengah pada candle disebut body, sementara garis tipis yang tergambar di bagian atas dan bawah body disebut shadow atau tail (ekor).
Dalam aplikasinya, candlestick dapat digunakan untuk menunjukkan kondisi trend secara umum, sehingga trader dapat membaca sentimen yang terbentuk saat itu. Agar lebih jelas, simak ulasannya di bawah ini.
1. Memberikan Gambaran Trend Secara Umum
Jika sedang mengamati chart, ada kalanya Anda melihat harga cenderung naik atau turun dalam periode tertentu. Kondisi harga yang demikian dapat disebut sebagai trend. Secara umum, trend dalam forex didefinisikan sebagai rangkaian rekam jejak pergerakan harga dalam bentuk grafik, dengan kecenderungan untuk mengarah ke atas (Uptrend) atau mengarah ke bawah (Downtrend).
Sehubungan dengan hal ini, candlestick ternyata bisa Anda manfaatkan untuk mengidentifikasi trend secara umum dalam pasar forex. Ada dua kunci yang bisa dijadikan acuan:
- apabila susunan candlestick semakin menurun (Lower Low, Lower High), maka trend yang terbentuk saat itu adalah trend menurun (Downtrend),
- sebaliknya jika susunan candle semakin naik (Higher High, Higher Low), maka bisa dipastikan bahwa trend yang terbentuk adalah trend naik (Uptrend).
Chart berikut ini akan menunjukkan kondisi Uptrend dengan susunan candle Higher High (level High semakin tinggi dari High sebelumnhya), serta kondisi Downtrend dengan komposisi candle Lower Low (level Low semakin rendah dari Low sebelumnya).
2. Mampu Menunjukkan Sentimen Pasar
Sentimen pasar adalah sikap kesepakatan bersama (konsensus) dari para pelaku pasar, untuk mengantisipasi pergerakan harga dalam suatu kondisi tertentu. Sikap ini merupakan akumulasi dari berbagai faktor fundamental dan teknikal, termasuk di dalamnya pola pembentukan harga serta rilis data ekonomi ataupun berita global yang dianggap penting. Aneka faktor tersebut secara bersama membentuk suatu persepsi komunitas pasar investasi.
Dalam kaitannya dengan penggunaan candlestick, sentimen pasar dapat ditunjukkan berdasarkan warna candle yang terbentuk. Umumnya, trader menggunakan warna hijau untuk candle bullish, sementara warna merah digunakan untuk menunjukkan candle bearish.
Jika terdapat banyak candle berwarna hijau (bullish) pada chart dalam periode waktu tertentu, dengan susunan candle cenderung semakin naik, maka bisa dikatakan bahwa sentimen saat itu sedang bullish. Jika Anda menjumpai kondisi yang demikian, maka bersiap-siaplah untuk entry Buy.
Sebaliknya bila dalam chart banyak terdapat candle berwarna merah (bearish), serta susunan candle tampak semakin menurun, maka Anda bisa mengambil ancang-ancang untuk entry Sell. Cukup mudah bukan?
Memahami Trendline Dalam Trading
Sebagaimana yang sudah disinggung sebelumnya, susunan beberapa candlestick dalam periode waktu tertentu dapat menunjukkan kondisi trend secara umum. Kendati demikian, trader sebaiknya menggambar trendline untuk memperjelas apakah Uptrend, Downtrend, atau Ranging/Sideways.
Apabila digambarkan dengan benar, trendline dalam forex dapat memberikan sinyal seakurat indikator teknikal bagi trader. Selain itu, pengguna analisa fundamental dapat memanfaatkannya untuk memahami tren harga dalam jangka panjang. Oleh karena itu, setidaknya ada 3 langkah untuk menggambar trendline, antara lain:
- Lakukan identifikasi Support dan Resistance dengan menemukan level-level harga tertinggi (Swing High) dan Terendah (Swing Low) pada sebuah grafik harga. Dalam hal ini, level High berperan sebagai Resistance dan level Low adalah Support.
- Tarik trendline dari Resistance dan Support yang berdekatan. Trendline atas mengambil level Resistance, sedangkan trendline bawah menggunakan level Support . Untuk menarik trendline ini, setidaknya butuh dua titik atau lebih yang bisa dihubungkan. Dengan kata lain, semakin panjang trendline yang bisa ditarik, semakin kuat pula level Support dan Resistance-nya.
- Jangan memaksakan menggambar trendline apabila memang tidak memungkinkan; boleh jadi kondisi pasar memang sedang tidak menentu (choppy).
Chart berikut ini menunjukkan ilustrasi kondisi trending dan Sideways dalam pasar forex.
Maksimalkan Strategi Trading Candlestick Dengan Trendline
Setelah selesai menggambar trendline, Anda dapat menggunakannya untuk trading forex. Biasanya, trader menggunakan trendline sebagai acuan untuk bounce dan breakout.
Bounce dalam forex adalah momen ketika harga memantul setelah mendekati batas Support atau Resistance. Bounce mengindikasikan lemahnya keberlangsungan tren harga terkini. Agar lebih jelas, simak ilustrasi bounce dalam chart berikut ini:
Grafik EUR/USD di atas menampilkan pergerakan harga yang "terkurung" di dalam batas atas Resistance dan batas bawah Support selama kondisi pasar Sideways. Sumbu atas candlestick menunjukkan perlawanan Seller saat harga mendekati batas Resistance, sedangkan Buyer menampilkan dominasi saat candle menampilkan sumbu bawah di dekat batas Support. Bounce sering terjadi ketika harga masih dalam kondisi Sideways, tetapi kondisi pergerakan mendatar tersebut tidak berlangsung selamanya.
Sebaliknya, breakout adalah momen ketika harga bergerak menembus batas Resistance atau Support yang telah tercipta sebelumnya. Seringkali, breakout mengindikasikan kekuatan tren yang sangat besar dalam mempertahankan lajunya, atau membentuk tren baru.
Satu hal yang perlu diperhatikan tentang breakout adalah karakteristik utamanya. Kunci suatu harga dikatakan telah berhasil breakout ialah apabila harga penutupan menembus batas Support atau Resistance. Harga juga harus ditutup lebih tinggi dari batas Resistance atau lebih rendah dari batas Support.
Apabila breakout menembus zona Support, maka harga diprediksi akan mengalami Downtrend. Sedangkan jika breakout menembus zona Resistance, maka harga kemungkinan akan mengalami Uptrend. Jika harga tidak mampu ditutup pada ketentuan tersebut, berarti breakout belum atau gagal terjadi.
Chart berikut ini akan menunjukkan kondisi breakout dan false breakout yang ditemukan pada pasangan mata uang EUR/USD:
Secara umum, dapat disimpulkan skenario trading menggunakan bounce dan breakout terdiri atas beberapa aturan, antara lain:
- Apabila harga memantul (bounce) dari trendline atas, berarti harga berpotensi turun hingga mencapai trendline bawah.
- Apabila harga memantul (bounce) dari trendline bawah, berarti harga berpotensi naik hingga mencapai trendline atas.
- Apabila saat harga bearish terjadi penembusan (breakout) trendline atas, berarti kemungkinan menjadi awal dari tren bullish.
- Apabila saat harga bullish terjadi penembusan (breakout) trendline bawah, berarti kemungkinan menjadi awal dari tren bullish.
Untuk mengkonfirmasi bounce dan breakout, Anda bisa memanfaatkan indikator teknikal lainnya ataupun mengamati pola candlestick apa yang terbentuk di dekat titik-titik bounce dan breakout.
Kiat Sukses Trading Dengan Trendline
1. Tentukan Time Frame Yang Akan Digunakan
Percaya atau tidak, pemilihan time frame rupanya turut menyumbang kesuksesan trading. Time frame dimaknai sebagai kurun waktu tertentu yang ditentukan sebagai masa pengamatan pergerakan harga. Perbedaan time frame akan mempengaruhi visual candlestick dalam chart, sehingga harga yang terbaca juga akan berbeda.
Dalam hubungannya dengan trading trendline, Anda bisa memilih time frame berdasarkan gaya trading. Jika Anda seorang Scalper, maka time frame yang digunakan berkisar M1 (1 Minute) hingga H1 (1 Hour). Begitu pula jika Anda seorang Day Trader, maka time frame yang sebaiknya digunakan adalah H4 (4 Hour) hingga Daily.
(Baca Juga: 5 Mitos Trading Dengan Time Frame Harian)
Akan tetapi, perlu diwaspadai bahwa penentuan time frame juga berdampak pada akurasi. Akurasi artinya validitas, yang dalam hal ini berarti kemungkinan garis trend valid dan bisa ditaati pasar di waktu mendatang. Faktor noise atau kesalahan sinyal seringkali terjadi pada time frame kecil. Itulah mengapa, akurasi garis trend yang ditarik pada time frame kecil (misalnya M1) akan sangat rendah. Akan lebih baik bila Anda melihat trend mayor pada time frame yang lebih besar dulu, kemudian masuk ke time frame kecil untuk menentukan "posisi tembak" dengan tepat.
2. Tentukan Level Support dan Resistance
Menentukan Support dan Resistance merupakan perkara krusial bagi setiap trader forex, karena keduanya menandai lokasi-lokasi dimana harga paling mungkin untuk mengalami pergerakan signifikan. Jika tujuan Anda ingin menemukan level Support atau Resistance yang benar-benar kuat, ada tiga cara yang bisa dicoba:
- Level psikologis, biasanya diinterpretasikan sebagai level angka bulat yang mudah diingat, misalnya 1.3000, 104.00 dan lainnya. Level-level psikologis dipercaya sebagai area krusial yang sangat mungkin terjadi bounce ataupun breakout.
- Melihat level-level Swing High dan Swing Low. Swing High berperan sebagai Resistance jika harga gagal menembus suatu level tertinggi yang baru terbentuk, sementara Swing Low berperan sebagai Support apabila harga gagal menembus suatu level terendah yang baru terbentuk. Semakin sering level tersebut "dikunjungi", maka akan semakin kuat pula level Support dan Resistance -nya.
- Pivot Point, yakni level harga yang dihitung berdasarkan harga penutupan dan pembukaan dalam basis harian (Daily Pivot). Meski kadang bisa sesuai ekspektasi, tetapi akurasi Support dan Resistance berdasarkan Pivot Point ini lebih rendah dibandingkan level psikologis ataupun Swing High dan Swing Low. (untuk menghitung level Support dan Resistance berdasarkan Pivot Point bisa dibaca di sini atau dengan menggunakan kalkulator Pivot Point).
Selain itu, perlu diingat bahwa ada aturan yang tidak dinyatakan dengan tegas, tetapi dipercaya dan diikuti oleh hampir semua trader menyangkut perubahan level Support menjadi level Resistance, dan sebaliknya, yaitu:
Garis horizontal level Support akan berubah fungsi sebagai garis level Resistance bila berhasil ditembus (break); dan sebaliknya, garis horisontal level Resistance akan berubah fungsi sebagai garis Support, bila berhasil ditembus.
3. Identifikasi Arah dan Kekuatan Trend Dengan Indikator
Meski secara umum aturan trading adalah Buy saat Uptrend dan Sell saat Downtrend, faktanya justru tak semudah itu. Memang, bukan tidak mungkin bila Anda entry posisi dengan hanya berdasar pada grafik candlestick. Namun skill yang demikian biasanya hanya dimiliki oleh trader-trader yang sudah lama berkecimpung dalam pasar forex. Bagaimana dengan pemula?
Bagi para pemula, ada banyak alternatif yang bisa digunakan untuk membantu menentukan arah dan kekuatan trend. Satu di antaranya ialah dengan memanfaatkan indikator teknikal.
(Baca Juga: Indikator Yang Sering Digunakan Trader)
Dalam kaitannya dengan trading trendline, Anda bisa menggunakan indikator-indikator trend, baik Overlay maupun Oscillator. Indikator Overlay biasa digunakan untuk mengetahui arah trend, sementara Oscillator kerap dimanfaatkan untuk mengukur kekuatan trend serta level jenuh harga.
1. Indikator Overlay
Indikator Overlay tampil menumpuk di atas candlestick. Jadi, indikator trend ini dapat secara langsung menginformasikan ke mana arah trend selanjutnya. Beberapa indikator Overlay yang bisa ditambahkan dalam chart misalnya Moving Average atau Bollinger Bands. Kedua indikator ini terdiri atas garis indikator yang bisa berperan sebagai trendline. Kuncinya:
Apabila candlestick berada di atas Moving Average, maka hal ini menunjukkan kondisi Uptrend. Begitu pun jika candlestick berada di bawah garis Moving Average, maka bisa dipastikan bahwa trend yang tengah berlangsung adalah Downtrend.
Untuk Bollinger Bands, garis yang digunakan sebagai acuan adalah Middle Band. Jika candlestick berada di atas Middle Band bahkan menembus Upper Band, maka trend yang terbentuk adalah Uptrend. Sebaliknya jika candlestick berada di bawah Middle Band hingga menembus Lower Band, maka hal tersebut menunjukkan kondisi Downtrend.
2. Indikator Osillator
Berbeda dengan tampilan indikator Overlay, indikator trend Oscillator muncul secara terpisah dari grafik pergerakan harga. Meski terpisah, indikator trend ini dapat memberikan informasi penting bagi trader untuk memprediksi arah trend forex, melalui dinamika pergerakan garis Oscillator pada patokan level tertentu.
Ada dua contoh Oscillator yang bisa ditambahkan dalam chart untuk mengukur kekuatan trend, yaitu indikator MACD (Moving Average Convergence Divergence), serta RSI (Relative Strength Index). Kedua Oscillator ini memiliki batas level yang berbeda; MACD menggunakan level 0 sebagai batas Uptrend/Downtrend, sementara range RSI ada di angka 30-70.
Karena memiliki perbedaan range, cara membaca trend juga akan berbeda. Aturannya adalah sebagai berikut:
Jika garis MACD dan garis sinyal di atas titik 0, maka kondisi tersebut mengindikasikan berlangsungnya Uptrend. Sementara itu, jika kedua garis berada di bawah titik 0, artinya momentum Downtrend masih cukup dominan.
Sementara pada RSI, standar osilasi RSI dipatok pada angka 30 dan 70. Pada setting default indikator RSI, kondisi jenuh beli (overbought) tercapai jika harga menyentuh batas angka 70 ke atas, sedangkan kondisi jenuh jual (oversold) pada batas angka 30 ke bawah. Setelah melalui batas zona overbought, maka besar peluang harga untuk menurun dari puncaknya. Sebaliknya, setelah harga menembus di zona oversold, semakin kuat potensi pembeli untuk mendorong harga naik dari dasar tren.
4. Berhati-hati Saat Entry Maupun Exit
Jika Anda ingin mencoba trading dengan trendline, maka aturan entry-nya mudah saja; Buy saat harga berpotensi Uptrend, kemudian Sell saat harga ada kecenderungan menurun (Downtrend). Nah agar persiapan entry makin ciamik, Anda perlu membuat checklist untuk menentukan kriteria entry, seperti level-level Support atau Resistance yang dianggap penting, sinyal trading yang probabilitasnya tinggi, estimasi level entry, Risk Reward Ratio, dan lain sebagainya.
(Baca Juga: Risk And Reward Ratio Dalam Trading Forex)
Di samping itu, checklist ini juga bisa berguna sebagai alat evaluasi trading. Jadi, Anda bisa mengenali poin-poin apa yang perlu diperbaiki di aktivitas trading berikutnya. Pun, checklist diperlukan untuk mempermudah mengenali karakteristik pergerakan pasangan mata uang yang Anda tradingkan.
Bagaimana dengan strategi exit-nya?
Cara exit posisi diawali dengan penentuan target profit. Ada beragam tools dan indikator yang bisa digunakan untuk menentukannya. Namun, ada tiga cara umum menentukan target profit bagi trader trend yang paling populer, yakni Equal Waves, Fibonacci Extension, dan Pivot Points.
- Equal Waves didasarkan pada ekspektasi bahwa "gelombang" pergerakan harga yang akan datang bakal menyerupai gelombang sebelumnya. Meski target profit "tampak" mudah ditentukan dengan hanya mengukur panjang gelombang sebelumnya, tetapi perlu diperhatikan bahwa semakin besar target profit yang disasar, semakin besar pula risiko volatilitasnya. Pun, waktu pencapaian target akan lebih lama.
- Fibonacci Extension pada dasarnya dikembangkan dari pendekatan Equal Wave, tetapi lebih mudah untuk disesuaikan dengan kondisi pasar. Fibonacci Extension sendiri merupakan kepanjangan dari level-level Fibonacci Retracement.
- Pivot Points bisa jadi lebih efektif untuk penentuan exit posisi bagi trader jangka pendek. Dalam kondisi pasar Uptrend, target biasanya dipatok berdasarkan level Resistance-nya (R1 dan R2). Sedangkan pada Downtrend, level Support-lah (S1 dan S2) yang digunakan sebagai patokan target profit.
Selain berbekal tiga cara di atas, trader juga bisa menerapkan langkah - langkah protektif guna melindungi profit manakala harga tiba-tiba berbalik. Pada umumnya, ada dua hal yang bisa dilakukan:
- Menggeser Stop Loss secara manual setelah harga bergerak melampaui level entry, agar minimal bisa Break Even atau melindungi profit yang telah diperoleh.
- Memasang Trailing Stop saat open order, yakni Stop Loss dinamis yang akan bergerak mengikuti pergerakan harga dengan jarak sebesar pip yang telah ditentukan.
5. Set It and Forget It
Ada yang menyarankan trader agar jangan sampai tergoda untuk Close posisi terlalu dini, tapi ada juga saran sebaliknya untuk mengabaikan aturan Money Management agar bisa mendapatkan profit sesuai perkembangan di pasar. Realitanya, tak peduli seberapa siap secara psikologis, Anda akan selalu menanyakan lagi pada diri sendiri kalau-kalau langkah yang diambil sudah tepat atau belum.
(Baca Juga: Contoh Money Management (MM) Yang Baik)
Nah dalam hal ini, Anda perlu belajar untuk melupakan posisi trading yang sudah dibuka. Ketika Open posisi, pasang level Stop Loss dan Take Profit yang cukup longgar sesuai setting Risk/Reward Ratio Anda, lalu tutup platform dan coba lupakan posisi trading itu.
Tak perlu berpikir dua kali, bertanya-tanya kalau tadi kelupaan sesuatu. Tak perlu juga berupaya mencari artikel untuk mendukung analisa Anda pada posisi yang sudah dibuka. Tak perlu menengok posisi trading setiap menit. Singkatnya, tunggu saja hingga tanaman bertumbuh. Bukankah tak ada gunanya membongkar tanah untuk melihat apakah benih sudah bersemi atau belum?
Kesimpulan
Bermain dengan trendline ternyata tidak sulit, bukan? Memang mudah, tapi diperlukan ketelatenan untuk bisa menarik trendline secara tepat dan akurat. Nyatanya, hanya dengan memakai indikator yang sederhana ini, banyak informasi menarik yang bisa didapatkan untuk membantu Anda meraih keuntungan di pasar forex.
Trendline juga bisa membuat chart yang ada di depan mata terlihat lebih sedap dipandang. Pergerakan chart sekilas terlihat acak, tapi dengan eksistensi trendline, kita bisa mudah membaca pergerakan harga yang ternyata membentuk pola cukup konsisten.